Bagian 7: Kicau Kabar Burung

168 33 2
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Bandung dan kabar burung yang suka aneh-aneh ceritanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kalau sama bunda nggak boleh, manja-manjanya sama kamu aja, boleh nggak?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤJikalau Neandro diperbolehkan untuk terang-terangan akan perasaannya, maka saat itu juga dia langsung anggukkan kepala, menyatakan kalau Sangkara boleh bermanja-manja padanya. Dengan senang hati, Neandro akan beri peluk hangat penuh kasih berserta usapan pelan di punggung agar lelaki itu tak merasa sepi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTapi tetap, banyak ragu menghantui.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara walau seram pada tampilan luar, rupanya cukup banyak siswi-siswi yang jadi penggemar beratnya. Bahkan tak jarang dari mereka yang secara terang-terangan tunjukkan rasa suka pada Sangkara, meski tampaknya lelaki itu sedikit tidak memiliki kepekaan akan hal-hal menjurus kisah percintaan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNamun walau begitu, di balik seberapa populer dirinya di kalangan siswi, tetap saja ada banyak kabar burung yang bersiul tentang keburukan Sangkara. Entah ada yang berkicau kalau Sangkara adalah preman yang suka palak uang adik kelas, ada juga yang berbisik kalau Sangkara ini seorang playboy kelas kakap yang mainannya ada di mana-mana. Dan lebih anehnya lagi, selama Neandro berada di sekitar Sangkara, dirinya sama sekali belum pernah melihat bukti atas cerita-cerita tak jelas itu. Neandro maklum, memang biasanya burung suka begitu. Berkicau berisik tanpa alasan pasti. Mungkin hanya karena hati terselubung dengan iri dengki.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤHal yang lebih lucu lagi adalah sekarang dirinya juga ikut dalam perkisahan aneh ini. Penokohannya begini: Neandro adalah korban palak-memalak Sangkara dan sekarang harus tunduk menjadi bawahan yang mengintil kemana langkah bosnya membawa. Benar-benar tidak habis pikir Neandro dibuatnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kamu beneran dipalakin Kara?" tanya Cataka sembari memeriksa baris demi baris buku catatan keuangan OSIS. "Kalau dipalakin bilang. Nanti aku palakin balik lewat duit kas OSIS."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro melemparkan tatap datar pada Cataka, salah satu korban cerita si burung yang berhasil membuat tangan Neandro bergerak untuk menoyor dahi Cataka pelan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Apa aku kelihatan sebabu itu kalau di samping Sangkara?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Nggak juga, sih. Kan aku nanya, lho," timpal Cataka. "Tapi aku nggak percaya sama kabar-kabarnya, cuma kalau bener kejadian ke kamu, ya, mana bisa aku terima."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Uuu, so sweet. Manis banget, deh, Cataka. Tapi nggak ada cerita palak-palakan di antara kami berdua. Malah kadang Sangkara yang beliin aku kopi atau seblak. Gratis."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤCataka hanya anggukkan kepala mendengar perkataan Neandro, fokusnya kembali pada buku kas OSIS yang tadi sempat teronggok terabaikan, sedang Neandro ditinggal diam sampai tiba-tiba suara Sangkara terdengar dari balik pintu kelas. Sosoknya tersenyum sambil melambaikan tangan seperti yang biasa dilakukan. Seluruh atensi kelas kini tertuju pada Neandro yang bahkan sama sekali tampak tak peduli dan segera menghampiri setelah izin pada Cataka untuk pergi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTujuan mereka seperti biasa adalah kantin yang ramai tempatnya, tapi Neandro tidak perlu khawatir karena ada Sangkara berjalan di sisi. Jalan sepenuh apapun bisa menjadi lengang ketika Sangkara ada di sana. Sebenarnya karena mereka takut berurusan dengan Sangkara, sih. Tidak apa, satu keuntungan untuk Neandro karena tidak perlu bersempit ria dan antri berlama-lama.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Hari ini mau bakso. Kamu?" tanya Sangkara setibanya mereka di tempat duduk yang biasa. Seperti biasa juga, Neandro yang jaga tempat selama Sangkara pergi memesan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Mau mienya aja. Nggak usah pakai bakso," balas Neandro yang langsung diacungi jempol.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSelama Sangkara pergi memesan, selama itu juga Neandro bisa mendengar bisikan-bisikan dari siswa-siswi yang ada di sana. Kebanyakan berkata, "Astaga .... Itu tolongin. Kasihan." Tapi tidak ada satupun yang menghampirinya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSaat Neandro melemparkan tatapan dengan dahi berkerut juga mereka malah alihkan pandangan. Memang dasar kebanyakan orang-orang bermulut besar. Cuma modal omongan saja.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTak lama berselang, Sangkara akhirnya kembali dengan dua mangkuk di tangan. Satu yang tanpa bakso disodorkan pada Neandro, sudah dibubuhi saos dan sambal sejumlah yang biasa dirinya makan. Alis Neandro bergerak naik, lalu pandangannya berpindah pada Sangkara yang tunjukkan cengir lebar.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Biasanya segitu 'kan?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro langsung menganggukkan kepala dan berkata, "Kenapa bisa hapal?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Hm ... karena aku emang naruh perhatian."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤUjaran santai Sangkara itu hampir saja membuat Neandro melempar sendok yang ada di tangan. Untungnya juga belum satu seruput kuahpun masuk ke dalam mulutnya, kalau tidak, bisa dibayangkan betapa sakitnya tersedak kuah bakso dengan sambal berjumlah tujuh sendok makan itu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTarik nafas kuat, kemudian dihembuskan pelan-pelan. Neandro kembali menatap Sangkara yang masih tunjukkan sebuah senyuman di wajah tampannya. Kali ini tampak lebih lembut dari sebelumnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Makan dulu, gih."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Nggak mau sebelum kamu kasih tahu maksud omongan yang tadi."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTampaknya Sangkara tertawa ketika melihat raut wajah Neandro yang seperti tengah menuntut sesuatu. Tahu kalau Neandro tidak suka sesuatu yang ambigu, cepat Sangkara berujar, "Aku bakal kasih tahu, kok, tapi nggak bisa di sini. Nanti banyak yang denger."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kapan? Pulang sekolah?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara mengiyakan perkataan Neandro. "Ke rumahku, yuk? Sekali-sekali."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara dan kelakuannya yang selalu membuat Neandro terheran, namun entah mengapa tetap saja dia menuruti setiap apapun yang keluar dari mulut remaja lelaki itu. Jadi saja dia harus bersabar menunggu waktu pulang sekolah tiba. Demi jawaban dari sebuah tanya yang kini menggelayutinya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKira-kira apa yang butuh Sangkara katakan hingga dia harus menunggu begitu lama, ya?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤApa jangan-jangan klarifikasi dari segala gosip yang beredar dan ternyata itu juga menganggu Sangkara?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTidak tahu juga, Neandro sudah bingung dibuatnya. Lebih baik makan dulu mie bakso yang disuguhkan di depan mata.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTapi apa ya ...? Sumpah Neandro benar-benar penasaran.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

___________________

Kala Sang Surya Tenggelam | JubbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang