Bagian 2: Sialan! Gara-gara kamu!

249 43 4
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBandung, Kelas Olahraga, Teras Cihampelas dan Kaki Keseleo karena wajahmu mengalihkan duniaku.

ㅤㅤㅤㅤ
____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSubuh itu Neandro terbangun tepat setelah Bunda selesai melakukan ibadah. Dirinya masih terduduk di kasur sambil mengerjap mata sekali-dua kali, mengumpulkan kesadaran sepenuhnya sebelum turun dari kasur dan merebus air panas di dapur. Menunggu air panas mendidih, Neandro hampiri Bunda yang tengah melipat pakaian kering di ruang tengah sembari menonton ceramah pagi. Lantai menjadi alas duduknya dan kepala Neandro menyandar santai di paha Bunda.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Anak Bunda masih ngantuk?" Bunda bertanya basa-basi, seperti biasa setiap hari. Jemari ringkih namun hangat itu bergerak menyisir pelan rambut Neandro. Pelan, lembut. Abaikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan dan memilih untuk sandarkan punggung sejenak di sofa, memberi sedikit afeksi untuk anak bungsunya. "Nanti mau dibikinin sarapan apa?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Nanti aja beli roti di Indomaret, yang beli dua gratis satu," ujar Neandro sambil membenamkan wajah di paha Bunda. "Nggak mau sekolah, ah ...."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Pasti gara-gara ada olahraga, ya? Kamu, tuh, nggak pernah olahraga. Coba nikmatin sesekali."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Gimana bisa, Bun. Mana panas banget lagi sekarang ini." Neandro malah makin-makin, dengan suara manja dan tubuhnya yang semakin dirapatkan ke Bunda. Buat Bunda geleng-geleng kepala akan aksi protes anak 'semata wayang'-nya itu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Anak Bunda kenapa, sih, hari kayak lemes banget hari ini? Sakit? Tapi nggak panas, tuh, badannya." Tangan Bunda diletakkan di belakang leher Neandro untuk mengecek suhu tubuhnya, namun tidak ada rasa panas seperti orang yang sedang demam biasanya. "Nggak ada bolos-bolos, ya. Itu air udah ngegolak. Sana mandi," ujar Bunda sedikit memerintah.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤPadahal hari ini Neandro ingin menghindari seseorang. Sebenarnya hal yang tidak perlu karena belum tentu mereka akan kembali bertemu. Tapi mimpi yang semalam dia alami membuatnya enggan untuk pergi ke sekolah sekedar untuk menginjakkan kaki.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMau tak mau itu membuatnya harus segera bangkit untuk mandi. Mengingat juga dia hanya punya waktu tidak sampai satu jam lagi sebelum gerbang sekolah tertutup rapat dan dirinya tidak diperbolehkan masuk.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤYang pasti ada di pikirannya hari ini adalah bagaimana caranya agar bisa membolos pelajaran olahraga. Neandro sudah sangat malas bahkan hanya dengan memikirkannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
____________________
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSatu hal yang tidak terbayangkan oleh Neandro di pelajaran olahraga hari ini adalah tentang mereka yang harus melakukan pemanasan dengan cara naik-turun tangga Teras Cihampelas. Padahal semua tahu kalau sekolah mereka memiliki fasilitas yang cukup untuk suatu hal yang dinamakan pemanasan. Yah, walau lapangannya aneh karena sebelah tiang gawang dan sebelahnya ring basket, tapi setidaknya bisa dipakai untuk sekedar berlari.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMalas sekali memang rasanya, tapi setidaknya Neandro bisa curi kesempatan untuk bersantai-santai di salah satu bangku Teras Cihampelas sembari menikmati segarnya air putih yang masuk dan membasahi kerongkongan. Pemberian dari Cataka yang tadi bilang ingin beli minuman dingin.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤEntah apa yang membuat matahari di Bandung jadi seterik ini dan buat keringatnya bercucuran tanpa henti. Sekarang juga Neandro bisa merasakan bagaimana menggelikannya keringat yang mengalir di punggung dan bagian dada.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro ingin sekali ucapkan beribu sumpah serapah, tapi terurungkan niatnya mengingat Cataka berada di sana dan sahabatnya itu pasti akan menggigit lengannya karena bicara kasar. Yah, untung saja ini adalah mata pelajaran terakhir sebelum pulang sekolah hari ini, jadi Neandro bisa langsung pulang dan beristirahat, atau bermanja-manja di pangkuan Bunda yang sedang menjaga warung.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMata Neandro bergulir menatap ke bawah, mengamati segerombolan anak laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah sedang berkerumun di warung kopi bawah Teras Cihampelas. Kata Cataka, itu anak kelas XI IPS-3.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSalah satu di antara mereka ada yang tengah membuka dompet untuk membayar, Neandro tahu kalau itu adalah Jayendra. Nama panggilannya agak kasar—ASU alias Anak Sultan. Kalau dari sudut pandang ini jelas sekali kalau mereka tengah membolos. Entahlah, Neandro pada dasarnya memang tidak mau tahu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Bolos lagi mereka."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤAtensi Neandro kembali pada sosok Cataka yang sedang merapikan pakaian olahraga. Minuman dingin milik temannya yang habis disesap sudah berpindah ke tempat sampah.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Siapa?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Gengnya si Sultan."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Oh ...."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤHanya itu yang menjadi jawaban Neandro. Seluruh atensinya kembali pada anak-anak yang terkenal badung itu. Matanya mengabsen satu persatu dari mereka. Ada Jayendra, dua orang adik kelas dan ... lelaki es jeruk yang beberapa hari lalu sempat bertatap mata dengannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMeski berada dalam satu lingkungan sekolah yang sama, Neandro merasa heran mengapa dia sama sekali tidak tahu kalau ada anak seperti itu sana. Padahal jarak dari kelasnya—IPS-1—dan IPS-3 hanya diselingi oleh satu ruang kelas lain. Entah Neandro yang jarang sekali beranjak keluar kelas, atau memang sikapnya yang terlalu apatis pada hampir semua hal yang membuatnya tidak tahu-menahu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤJadi saja kali ini Neandro yang tengah memandangi lelaki itu menyadari kalau ternyata ada seseorang yang senyumannya mampu mengalahkan sinar matahari bulan Agustus yang sekarang membuatnya berkeringat dan pacu jantungnya makin laju walau tubuhnya diam di tempat.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan dia teringat mimpinya kemarin malam. Di mana dia bermimpi tentang bintang yang bersinar terang di atas kepala, dersik angin malam yang seolah berkata, "Aku mencintaimu." Ucapan selamat malam dan sebuah kecupan kecil yang buat dirinya terus berdebar tak karuan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebelumnya, Neandro tidak pernah merasa seperti ini dan ini membuatnya kebingungan sendiri. Apa arti dari mimpi itu?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSayangnya, momen itu harus segera terlewat ketika mendengar suara peluit yang kencang tanda mereka harus segera kembali ke lingkungan sekolah. Membuat Neandro harus segera tinggalkan pemandangan yang baru saja menjadi kesukaannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Males banget," gumamnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Bolos aja. Tuh, bareng Jayendra," sahut Cataka, yang langsung dihadiahi tatapan malas dari Neandro.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDirinya yang masih tidak fokus itu berjalan menuruni tangga Teras Cihampelas yang sebelumnya memang sudah goyang dengan sedikit mengawang. Mungkin tubuhnya terasa lemas karena habis berlari, sampai oleng dan terjatuh padahal masih ada dua anak tangga lagi yang membawanya benar-benar sampai ke bawah. Alhasil kini Neandro terduduk di tangga dengan kaki kirinya yang tidak bisa digerakkan sama sekali.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤCataka sudah berteriak panik dengan suara lumba-lumbanya, buat pandangan orang-orang kini tertuju pada mereka yang sedang membuat adegan sinetron dramatis. Sementara Cataka panik, Neandro hanya bisa menunduk guna menutupi wajahnya yang merah hingga telinga.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Sialan .... Gara-gara kamu," bisiknya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤGara-gara siapa, Neandro?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ

____________________

Kala Sang Surya Tenggelam | JubbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang