Bagian 13: Sedikit Egois

111 26 1
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Sedikit egois tidak akan menyakiti, bukan?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Cari siapa?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Langkah Neandro yang baru memasuki pagar rumah Sangkara terhenti. Pandangannya terpaku pada sosok seorang wanita yang kemungkinan besar berusia sama dengan bundanya sedang menyiram tanaman di halaman rumah yang sebelumnya tidak terawat.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Neandro tebak, itu adalah ibu Sangkara dan ini kali pertamanya melihat wanita itu. "Mau cari Sangkara, Bu," ucapnya ragu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Temennya Sangkara, ya? Masuk aja langsung. Sangkara lagi belajar di kamarnya," ujar ibu Sangkara ramah. Neandro berikan senyum tipis sebelum kembali menghampiri ibu Sangkara untuk menyalaminya, namun langkah untuk masuk ke dalam rumah terhenti ketika ibu Sangkara kembali buka suara. "Ih, ibu mau tanya, dong. Sangkara suka pulang agak malem itu ke mana, ya? Main ke rumah pacar? Sangkara punya pacar, nggak?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤJelas pertanyaan itu langsung membuat Neandro gugup, bahkan cengiran yang biasa tidak terlihat di wajahnya kini terukir untuk menutupi kegugupannya itu. "Nggak ada, Bu. Itu Sangkara main ke rumah saya. Buat belajar bareng, sebenernya. Soalnya kita sama-sama anak IPS," jawab Neandro. Jelas, itu adalah sebuah kebohongan yang dia buat.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Oalah, gitu. Ya, udah, kalau Sangkara punya pacaran kabar-kabarin ke ibu, ya? Kasihan itu anaknya kayak kesepian."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤLagi, Neandro hanya terkekeh ketika mendengar itu. Kepalanya mengangguk pelan sebelum izin untuk masuk menghampiri Sangkara di kamarnya. Dalam hati dia berpikir, bukankah orang tua Sangkara sendiri yang membuat kekasihnya itu merasa kesepian? Mengapa sekarang tiba-tiba mengasihani anaknya itu? Aneh sekali.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSampai di kamar Sangkara, Neandro mendapati Sangkara tengah menatap keluar jendela kamar. Buku-buku di atas meja belajarnya seakan terabaikan begitu saja karena mungkin imaji Sangkara saat itu tengah membumbung tinggi. Pantas saja waktu Neandro ketuk pintu tadi, tidak ada jawaban sama sekali.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Serius amat mikirnya."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Suara Neandro berhasil membuat Sangkara berbalik badan. Terlihat cukup terkejut melihat sosok Neandro yang tengah menggantungkan tasnya lalu mengunci pintu sebelum mendekati Sangkara yang masih terdiam menatapnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Kok di sini?" tanya Sangkara pada Neandro yang sudah berbaring santai dengan kepala di atas pahanya. Wajah Neandro juga sudah berada di hadapan perut Sangkara, tenggelam di sana.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Kangen aja," jawab Neandro sekenanya. "Tumben ibu kamu di rumah."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Sangkara hanya mengendikkan bahu, tangannya bergerak mengusap pelan-pelan tiap helai rambut hitam legam Neandro yang terasa halus lembut karena baru saja dicuci.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Tadi ditanya, lho, kamu punya pacar atau nggak. Aku jawab aja nggak. Kamu pulang malem karena belajar bareng di rumah aku."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Tadi juga ibu nanya gitu ke aku," kata Sangkara. "Kita jawab hal yang sama."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Kepala Sangkara menunduk kala merasakan Neandro tengah mendongak menatapnya dengan air muka tak terbaca. Antara senyum yang menggantung, namun tatapnya penuh kesedihan. Miris akan keadaan yang mengharuskan mereka untuk terus bersembunyi agar tak ada satupun yang bisa menyakiti.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Ibu jari Sangkara mengusap, melintasi garis rahang Neandro. Menganggumi bagaimana bentuk tajam yang berlawanan dengan pipi tembam kekasihnya itu.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Capek, ya, sembunyi-sembunyi gini ...?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Perlahan Neandro mengubah posisinya kembali menjadi duduk. Pandangannya langsung dibuang ke arah jendela kamar Sangkara dan melihat bagaimana langit sore itu mendadak gelap dan dedaunan pohon mulai bergoyang berisik diterpa angin kencang. Padahal tadi matahari bersinar terik sekali saat Neandro berada dalam perjalanannya menuju rumah Sangkara.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Cuaca Bandung memang tidak pernah bisa ditebak. Bagaimana yang tadinya terang mendadak berubah menjadi gelap. Tidak menentu, tidak pernah sesuai dengan perkiraan. Sama seperti takdir manusia. Tidak akan ada yang bisa membaca dan tahu apa yang akan terjadi, bahkan di detik selanjutnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Merasa pertanyaannya tidak dijawab, Sangkara kembali menyentuh kepala Neandro. Mengusap lagi helai rambut hitam yang entah sejak kapan menjadi kesukaannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Neandro ...," panggil Sangkara lembut, sampai Neandro mengembalikan fokusnya pada ke wajah Sangkara. "Kalau kita kuliah di luar kota, mau?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro tahu betul mengapa pertanyaan itu Sangkara lontarkan tiba-tiba karena sebelumnya juga dia pernah memikirkan hal yang sama. Berkuliah di luar kota adalah salah satu rencana terbaik untuk kabur. Bukan kabur dalam artian mereka akan putus kontak dengan keluarga mereka saat ini, melainkan agar orang tua mereka tidak menaruh curiga pada kedekatan mereka yang sepertinya tidak biasa. Lagi, mereka akan memiliki waktu lebih banyak untuk dihabiskan bersama.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Yang deket aja. Kalau kejauhan nanri susah ketemu bunda." Neandro mendekatkan diri untuk menyandarikan dahi di bahu Sangkara. "Kasihan kalau bunda sendirian kalau aku ikut kamu kuliah di luar kota. Seenggaknya, cari kampus dan tempat yang aku bisa pulang tiap seminggu atau dua minggu sekali."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Bogor? Depok?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ "Di mana aja. Jurusannya dulu, sih, yang penting. Sebentar lagi kita naik kelas tiga, nanti pasti ditanya tujuan kita mau ke mana."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Sangkara mengangguk setuju pada perkataan Neandro. Tangannya masih setia mengacak-acak rambut kekasihnya itu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Perlahan gemerisik hujan yang mulai menderas, terdengar dari rintiknya yang mulai menghujam bening kaca jendela. Tercium juga bau tanah basah menyeruak, Bau menenangkan yang mengisi indera penciuman Neandro. Sangkara juga memiliki bau yang sama menenangkannya, Memambukkan, candu bagi Neandro.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Bagi Neandro, yang terpenting saat ini hanyalah bisa berada dekat dengan Sangkara selalu. Hanya dengan Sangkara seorang.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Jauh dari bunda bukan masalah besar, kan? Lagipula dia sudah beranjak dewasa dan harus mampu mengambil keputusan untuk menjalan hidup dan masa depan yang akan dia hadapi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Sedikit saja, Neandro ingin egois untuk kebahagiaannya. Hanya sedikit.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Tidak akan menyakiti, bukan?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
____________________

Kala Sang Surya Tenggelam | JubbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang