ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBandung, hari yang tenang untuk tidur bersandar di bahu orang.ㅤㅤㅤㅤ
____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMenunggu sebuah pesan untuk masuk ke dalam notifikasi WhatsApp-nya sepanjang malam hingga fajar hampir menyingsing adalah sebuah kebodohan paling parah yang pernah Neandro lakukan seumur hidup. Bahkan malam itu dia sampai lupa mengerjakan tugas rangkuman mata pelajaran sejarah yang membuatnya harus bangun pagi-pagi sekali tadi untuk menyelesaikannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan karena itu dia hanya punya waktu kurang lebih tiga jam untuk tidur. Sungguh waktu yang sangat bagus untuk membuatnya merasakan bagaimana nikmatnya darah rendah saat kambuh, bukan?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤJadilah pagi itu Neandro dengan kakinya yang masih terasa nyeri karena keseleo harus hadir di sekolah dalam keadaan yang cukup mengerikan. Sepasang mata yang sebelumnya memang tidak pernah tampak ramah itu kini makin terlihat mengerikan dan suasana hatinya cukup kacau-balau. Untung saja, Cataka yang hari itu berbaik hati menjemputnya untuk berangkat bersama sama sekali tidak merasa takut dan malah menganggap kondisi Neandro sekarang ini lucu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤLucu, karena jarang-jarang bisa melihat Neandro menunjukkan perasaannya di depan umum.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNiatnya, siang itu setelah pelajaran ketiga dan keempat berakhir, waktu istirahatnya mau digunakan untuk tidur sejenak. Neandro sudah membuka lebar-lebar tas ransel yang dia letakkan di atas meja dan akan memasukkan kepalanya ke dalam tas untuk tidur. Sayangnya, usaha kali ini harus gagal karena ponsel yang di simpannya dalam saku celana bergetar, buatnya berdecak kesal dan mau tak mau langsung memeriksa siapa yang mengirimkan pesan padanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKepala Neandro buru-buru keluar dari dalam tas, mendongak untuk melihat siapa yang kini berada di depan pintu kelas setelah membaca pesan tersebut.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara dengan senyum secerah mataharinya, berdiri di sana sambil melambaikan tangan pada Neandro, kemudian berjalan masuk ke dalam kelas Neandro. Sebenarnya, anak kelas lain tidak boleh memasuk kelas, tapi ini Sangkara, siapa yang mau melarang? Ini saja orang yang duduk di kursi depan tempat duduk Neandro langsung berdiri dan beranjak pergi. Dan kesempatan itu diambil Sangkara untuk segera duduk menghadap Neandro.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Laper, nggak?" Sangkara bertanya singkat dijawab gelengan oleh Neandro. Jujur, dia lapar, tapi lebih butuh sekejap waktu untuk pejam mata daripada mengisi perut yang sebenarnya juga berteriak minta diisi. "Mau kopi?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Mau."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKecepatan Neandro menjawab tak lewat dari satu detik, mengundang tawa renyah dari Sangkara yang kembali berdiri sambil berujar, "Yuk, ke kantin. Aku traktir kopi. Tenang aja, jalannya aku papah, kok."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan di dalam beberapa waktu kemudian Neandro sudah duduk di salah satu kursi kantin bersama dengan Jayendra yang tengah mengunyah bakso tanpa kuah dengan lahap. Ya, hanya bakso dicampur dengan kecap, saos dan bawang goreng. Sangkara sendiri kini tengah berada di satu sudut kantin, membelikannya secangkir kopi sesuai yang sudah dijanjikan sebelumnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDalam waktu hampir dua tahun dia bersekolah, kedatangannya ke kantin sekolah ini bisa dihitung jari. Biasanya juga Neandro hanya datang untuk membeli dua potong gorengan dan makan sendirian di dalam kelas. Hampir tidak pernah dia duduk di tengah-tengah ruangan seperti ini, terlebih hampir semua mata kini tertuju padanya. Atau mungkin pada Jayendra? Secara, dia adalah murid yang terkenal kaya dan tampan, minus kelakuannya yang kurang mencerminkan seorang pelajar teladan. Kalau saja Jayendra itu murid rajin, jelas sekali dia akan jadi laki-laki sempurna yang biasa muncul di cerita-cerita romansa picisan kesukaan remaja.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Nggak pernah lihat orang makan bakso kayak gini?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro yang memang sejak awal wajahnya suram hari itu, kini semakin tampak suram ketika mendengar pertanyaan Jayendra. Dahinya semakin berkerut karena ditekuk terlalu dalam, bukan karena marah tapi karena tidak mengerti apa yang tengah Jayendra maksudkan. Perasaan dari tadi dia menatap kosong ke depan tanpa memikirkan apapun, tapi mengapa Jayendra terdengar agak sewot?
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Dih, ditanyain."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Jangan ditanyain macem-macem dulu. Ngantuk itu anaknya."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebelum sempat Neandro membuka mulut untuk membalas perkataan Jayendra, Sangkara sudah lebih dulu kembali dengan satu cangkir plastik kopi di tangan kanan dan es stroberi yakult di tangan kiri. Cangkir kopi tadi disodorkan, diterima dengan baik oleh Neandro dengan kedua tangan dan sekarang dirinya tengah menunduk, memejamkan sepasang mata sambil menghirup aroma kopi itu pelan-pelan. Tidak menyadari sama sekali kalau kini Sangkara dan Jayendra tengah menatap ke arahnya kebingungan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Aah ... bau kopi memang paling enak sedunia. Kecuali kalau jadi parfum mobil kayak di mobil Cataka," gumam Neandro.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤYang tanpa sadar kalimat itu ternyata digumamkan terlalu keras sampai-sampai kedua orang yang kini tengah berada di dekatnya itu tertawa setelah mendengar apa yang dia ucapkan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤBuru-buru Neandro mengangkat kembali kepalanya, menatap kedua orang itu dengan wajah kebingungan. Tidak mengerti apa yang tengah mereka tertawakan saat itu, padahal dia tidak sedang melucu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Abis ini bawa, Ra," kata Jayendra sebelum menyuap potongan terakhir bakso ke dalam mulutnya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Mau?" Sangkara bertanya tiba-tiba pada Neandro. "Tempatnya aman, kok. Di sekolah ini cuma aku sama Jayen yang tahu."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Yang lain tempe." Jayendra menimpali sambil terkekeh. "Ikut aja. Percaya sama Kara."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤJujur sejujur-jujurnya Neandro sama sekali tidak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan saat itu. Namun karena kondisinya yang sudah mengantuk berat dan tak mampu lagi mencerna segala informasi yang masuk dari telinga menuju otaknya, Neandro hanya menganggukkan kepala.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤPercaya sama Sangkara. Neandro percaya Sangkara. Jadi hari itu, setelah istirahat selesai, Neandro pasrah saja dibawa oleh Sangkara menuju 'tempat'nya, entah di mana pun itu.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤApa yang sudah terjadi hari ini sangatlah berada di luar bayangan Neandro. Betapa terkejutnya ketika kesadarannya sudah terkumpul sempurna, keadaan sekolah sudah hampir sunyi-senyap. Puluhan pesan dan beberapa panggilan masuk dari Cataka yang tak terbalas. Seluruh perlengkapan sekolahnya sudah berakhir dititipkan di pos satpam.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan lebih terkejut lagi ketika melihat wajah Sangkara berada terlalu dekat dengan wajahnya ketika baru bangun tadi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSeingat Neandro, Sangkara membawanya ke lorong paling pojok gedung lama sekolah yang katanya akan direnovasi. Di sana terdapat tumpukkan kursi dan Sangkara sudah menata kursi untuk Neandro agar bisa berbaring. Tapi Neandro malah duduk sambil menyenderkan kepalanya ke dinding, menatap langit sambil mencoba kembali menahan kantuknya. Ternyata, kopi yang dia minum tidak berefek sama sekali.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara duduk di samping Neandro pada akhirnya. Neandro ingat bagaimana tangan remaja itu yang ternyata cukup besar membawa kepalanya untuk bersandar di bahu. Sayup-sayup telinga Neandro mendengar Sangkara berkata kalau dirinya bisa tidur sepuasnya tanpa ketahuan di tempat itu dan benar saja, dalam hitungan detik Neandro sudah terlelap. Pulas. Di bahu Sangkara.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Cataka pulang duluan?" Sangkara bertanya basa-basi. "Aku anter lagi, ya, pulangnya?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan mau tidak mau Neandro akhirnya menurut (lagi), karena dengan kakinya yang masih keseleo itu, mana mungkin dia bisa berjalan pulang sendirian.ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMeski harus menahan rasa malu dan degup jantungnya yang semakin terasa tidak normal, dirinya kembali duduk di jok motor matic Sangkara dan memakai helm yang sama seperti kemarin hari. Bedanya, dengan kepala yang sedikit bersandar di bahu Sangkara karena sebelumnya remaja lelaki itu berkata padanya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kalau masih ngantuk, sandaran lagi aja. Atau kapan aja butuh bahu buat sandaran, aku siap, nih! Sekalian bolos juga."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTuhan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro mau mengubur diri saja.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala Sang Surya Tenggelam | Jubbang
FanfictionSebuah penggalan dari lembaran kisah dua anak manusia yang mungkin tak akan pernah bersatu. JuBbang lokal AU. BxB. Disclaimer: Penulis pernah mempublikasi cerita yang sama dengan pairing SeungZz melalui oneshot di twitter @etlenoire