Bagian 14: Yang Tidak Bisa Terucap

108 23 1
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤAda sebuah kejujuran yang sulit sekali untuk diungkapkan.

____________________
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ Waktu akan berjalan secepat ini. Neandro bahkan sudah kehilangan hitungan tentang dirinya dan Sangkara yang sudah berjalan entah berapa lama. Masih juga diam-diam walau Jayendra kadang datang untuk mengusili mereka dan Cataka masih tidak tahu kalau Neandro menyimpan rahasia.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTidak apa-apa. Begini mungkin lebih baik. Demi menjaga 'persahabatan' mereka.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤGosip-gosip tentang Neandro yang menjadi korban palak-memalak Sangkara kini juga sudah mereda dan pemandangan di mana Neandro, Sangkara dan Jayendra duduk di satu sudut yang sama menjadi sebuah pemandangan biasa. Tidak ada satupun yang curiga dengan kedekatan mereka.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTidak terasa juga sudah berada di kelas tiga. Pelajaran dan tuntutan untuk belajar semakin tinggi dan sulit tentunya. Untungnya bunda tidak menuntut Neandro untuk belajar lebih, berbeda dengan orang tua Sangkara yang entah sejak kapan menjadi peduli akan nilai-nilai anaknya. Jadilah tiba-tiba jadwal Sangkara harus dipenuhi dengan bimbingan belajar di luar sekolah yang merusak agenda kebersamaan Neandro dan Sangkara. Tiga kali dalam seminggu jadwal bimbingannya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebenarnya, tidak apa-apa. Toh, Neandro juga sekarang lebih sering memilih untuk pulang ke rumah lebih cepat dari biasa tanpa singgah untuk bermain di warnet. Katanya sudah gantung keyboard dari permainan Dota 2.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSulit memang, tapi Neandro merasa ini tidak ada apa-apanya. Hanya tinggal menahan diri, setidaknya sampai Ujian Nasional dan kelulusan. Mungkin ikut tes masuk, kemudian mempersiapkan keberangkatan setelah mendapat pengumuman penerimaan mahasiswa baru dan mereka bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSedikit lagi. Tinggal sedikit lagi.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤHari ini seperti biasa, Sangkara datang menyambangi kelas Neandro untuk mengajaknya makan di kantin. Dua kali waktu istirahat selalu mereka  gunakan untuk duduk sembari bertukar cerita tentang keseharian mereka.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Handphone aku kalau malem suka diambil biar aku belajar. Padahal di dalam kamar juga aku nonton anime yang dikasih sama temenku," ujar Sangkara sambil memasukkan potongan bakso ke dalam mulutnya. "Terus juga di tempat bimbel aku ketemu anak ambis lagi. Padahal udah capek lihat anak ambis di kelasku. Ini ditambahin lagi."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara bercerita panjang lebar, namun merasa Neandro tidak menanggapi perkataannya, Sangkara langsung mendongak dan menatap kekasihnya yang ternyata tengah termenung.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Neandro?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTidak ada sahutan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Nean?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Neandro Chandrarukmawa?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Chan? Chandra?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro yang sedari tadi diam sambil mengetuk cup plastik kopi panasnya pun tersadar kala nama tengah yang biasa bundanya sebutkan itu dipanggil oleh Sangkara. Pandangannya langsung bertemu dengan sepasang netra Sangkara yang kini seolah tengah menyapu gurat wajahnya. Mata yang selalu berhasil membuat jiwanya bergetar.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kenapa?" Setelah sekian lama menyusun kata dalam kepala, hanya itu yang berhasil lolos dari bibir Neandro yang tampak masih mencoba mengambil kembali kesadarannya yang mengawang terlalu jauh.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kamu sakit? Ke UKS, yuk?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKepala Neandro langsung menggeleng pelan dan dengan cepat dia membalas, "Nggak, kok. Cuma kepikiran nilai. Bisa atau nggak aku lolos ke kampus yang kita pilih itu."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤTanya itu buat Sangkara tertawa, kemudian dengan lembut dia menjawab, "Bisa, kok. Aku yakin kamu bisa."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Gitu?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSangkara mengangguk. "Nggak usah khawatir. Tiga bulan lagi kita udah bisa mulai hidup baru."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤHidup baru, kata Sangkara. Neandro mengembangkan senyum setelah mendengar dua kata itu, tetapi tetap tidak serta-merta membuat gundah di hatinya menghilang atau bahkan sedikit berkurang. Masih ada hal lain yang mengganjal di hatinya. Sesuatu yang tidak mampu untuk Neandro katakan karena dia terlalu takut.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Pulang sekolah main, yuk? Karaoke?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤAjakan Sangkara membuat senyum Neandro memudar. Dengan segala keterpaksaan, Neandro menggeleng kepala seraya berkata, "Aku harus bantu bunda jualan."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤItu adalah jawaban yang sama dengan yang pernah Sangkara dengar sebelumnya. Alasan yang selalu Neandro pakai untuk menolak ajakan Sangkara. Sejujurnya, sejak mulai kelas tiga, Sangkara hampir tidak pernah mampir ke rumah Neandro. Paling hanya mengantar Neandro pulang kemudian pergi untuk mengejar jadwal bimbingan belajar yang menyita waktunya. Juga, kalau dia tidak sempat mengantar Neandro, dia hanya berikan titipan salam untuk bunda. Berkata kalau dia rindu pecal ayam buatan bunda, walau sebenarnya lebih rindu lagi dengan anaknya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤMelihat raut bersalah di wajah Neandro membuat Sangkara tidak bisa lagi memaksa. Belum lagi bel tanda istirahat berakhir membuat percakapan mereka terpaksa terhenti sampai di sana.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebuah usapan di kepala Neandro rasakan, seketika itu juga matanya menatap sekeliling dan bersyukur kalau tidak satu pun murid tersisa di kantin. Jadi tidak ada yang melihat mereka berdua.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Semangat bantu bundanya," kata Sangkara, kemudian menggusak pelan helai rambut Neandro.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ"Kamu juga semangat bimbelnya."
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤDan di detik kemudian mereka berpisah menuju kelas masing-masing.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤKe jalan masing-masing.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤNeandro menghela nafas kuat-kuat. Masih ada kalimat yang tidak bisa dia ucapkan. Pada Sangkara.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤSebuah kejujuran.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤ
____________________

Kala Sang Surya Tenggelam | JubbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang