“Sial.”
Kedatangan pelanggan yang paling dihindari ialah sebuah kesialan pagi ini. El menepuk kedua pipinya hingga memerah dari dapur, lantas menarik dan mengembuskan napas panjang.
Pria itu datang bersama orang lain. Entah siapa, tetapi menurut El dua lelaki tersebut tidak memiliki hubungan keluarga. Bentuk wajah yang tajam, dan rambut putih gading milik si tua. Berbanding terbalik dengan si muka bundar yang bermahkota biru gelap. Lalu perbedaan bahu keduanya teramat mencolok, yang tertua terlihat lebar, sementara yang lebih muda lumayan kecil dengan pinggang ramping.
Yang jelas, keduanya menawan.
Dan jika saja El tidak terlalu bangga dengan fisiknya yang selalu dielu-elukan setiap orang sampai-sampai dijadikan bahan taruhan, maka ia tak akan berbicara sejauh itu untuk Sang Pria Terpandang di kursi pojokan dan merasa mempermalukan diri sendiri.
Tetapi—haaah ....
Biar bagaimanapun, sebagai seorang pekerja dengan jabatan pelayan, maka El harus keluar dari tempat persembunyian dan melayani kedatangan pelanggan tersayang.
“Selamat datang! Apakah Para Tuan sudah menentukan menu makan siang kalian hari ini? Atau perlu ‘kah saya rekomendasikan yang sedang hits di restoran kak—mi ...?”
Awalnya El berucap percaya diri seperti tugas biasa sehari-hari. Tetapi di akhir kalimat, ia tercekat dan mengecilkan volume suara hingga membuat dua lelaki dengan tampilan berkelas di hadapannya menahan tawa.
“Yang, uhm ... aku rekomendasi saja,” jawab Arsena seraya memperhatikan wajah cantik dari petugas yang melayani mereka.
Iris mata Lady El berwarna hitam, sama persis seperti rambut wanita itu yang keriting dengan lingkar mungil. Bibir El kemerahan macam buah stroberi segar, dan labium bawahnya terlihat penuh. Lalu pandangan Arsena menurun sedikit demi sedikit, ia meneguk ludah memperhatikan belahan dari susu besar di dalam kemasan yang seolah hendak tumpah. Namun dehaman sang kakak membuatnya terperanjat dan segera mengalihkan tatapan.
“Saudaraku alergi unggas, tolong jangan sampai menu rekomendasi kalian membuatnya menghadap tabib selain dikarenakan pukulanku.”
Seketika Arsena bergidik ngeri akan ancaman Wendy. Ia mengangguk-angguk takut.
Awalnya Wendy bukanlah penerus Duke Vantalyon karena kemampuannya lebih unggul di bidang militer, melainkan Arsena-lah yang diharuskan menjadi penerus Menteri Pendidikan. Namun otak Arsena sangat menyedihkan sampai-sampai ia dan Wendy harus bertukar peran setelah sang kakak berhasil menggapai status Komandan.
Padahal Wendy hobi berpedang. Bisa terlihat bagaimana sukanya pria itu terhadap sesuatu yang berhubungan dengan fisik. Sering Arsena mendapati sang kakak masih sering melakukan pemanasan seperti saat pelatihan meski sudah berhenti dalam dunia kemiliteran. Namun karena Wendy adalah anak yang penurut, maka kakaknya mengalah demi keutuhan Vantelyon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel's Stepmother
FantasySeluncuran pelangi ini pembawa sial. Dirinya yang sudah berpikir akan memasuki tubuh Rapunzel malah berakhir dalam sosok Penyihir Tua Jahat, yaitu Madam Gothel! "Sengaja sekali memasukkanku ke tubuh penjahat licik!" Tetapi mau bagaimana lagi? Yang p...