“Lady, catatan kegiatan Miss Ezra hari ini.”
Tangan berbintik Lisa yang tengah menyerahkan kertas laporan ke samping piring kosong El pun bersambut hangat.
El menerima lembaran tersebut dan membacanya. Tulisan dari seorang pelayan yang Redian berikan untuk mereka sangatlah bagus. Itu rapi dan terlatih. Lisa bahkan menawarkan diri mengajar Ezra baca dan tulis mengingat El tidak punya waktu untuk putrinya sendiri.
Dan—iya. Uluran tangan itu yang menjadi permasalahan.
Mencurigakan.
Mengapa Redian sampai repot memberi El dan Ezra seorang pelayan yang sangat beradab? Padahal yang murah tak akan merugikan.
Apakah agar El tidak macam-macam? Misal, mencoba mengendalikan hati dan pemikiran dari seorang pelayan murahan?
“Tsk ...!”
Tanpa sengaja El berdecak, membuat Lisa memiringkan kepala.
“Apakah ada yang salah?” tanya sang pelayan.
El mendongak, menggeleng singkat dan mulai membaca kegiatan yang dilakukan Ezra.
Katanya, pada jam sembilan pagi, Ezra menangis. Berujar rindu Lakin. Ingin bersekolah bersama teman. Lalu Ezra melanjutkan pembelajaran membaca dan menulis. Bertekad menyusul teman. Setelah makan siang, Ezra tidur dan terbangun untuk jalan keluar kamar. Di penghujung musim gugur ini, Ezra mengenakan mantel cokelat tua dan sepatu bot. Akibat cuaca yang mulai mendingin, pipi Ezra yang besar sudah seperti apel merah—
El mendongak kembali, menatap Lisa dengan alis bertaut saat menemukan perumpaan menggemaskan tersebut.
“Apel ... merah?”
“Itu benar, Lady. Apel merah.”
Lisa membenarkan.
Pun El menyipitkan mata, dalam kepala membayangkan pipi besar Ezra di musim dingin tengah memperlihatkan warna merah segar seperti apel, seolah siap dipetik. Mau tak mau ia tertawa.
“Itu sangat imut! Haha! Lalu matanya yang hijau bakal terlihat seperti ... uhm, tolong berikan aku perumpamaan yang cantik, Lisa?”
“Mungkin Peridot, Lady.”
“Apa itu Peridot?”
“Itu sebuah batu permata yang warnanya serupa mata Ezra.”
“Oooh.” El mengangakan mulut, lalu mengangguk. “Aku cuma tahu batu Zamrud. Lisa memang cerdas dan berpengetahuan luas.”
Lisa memejamkan mata dengan dagu mendongak. “Terima kasih atas pujiannya, Lady.”
El tersenyum tipis, melanjutkan laporan Lisa tidak berbentuk narasi, melainkan lebih rinci disertai jam yang sangat tepat tiap menitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel's Stepmother
FantasySeluncuran pelangi ini pembawa sial. Dirinya yang sudah berpikir akan memasuki tubuh Rapunzel malah berakhir dalam sosok Penyihir Tua Jahat, yaitu Madam Gothel! "Sengaja sekali memasukkanku ke tubuh penjahat licik!" Tetapi mau bagaimana lagi? Yang p...