O4' OTAK UDANG

594 66 0
                                    

“Huh? Ezra bilang pada yang lain bahwa kita akan ke Ibu Kota? Sudah dikatakan? Ezra serius?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Huh? Ezra bilang pada yang lain bahwa kita akan ke Ibu Kota? Sudah dikatakan? Ezra serius?”

Ezra menolehkan kepala ke kanan, menatap El yang memasang senyuman 'mati kutu' seperti yang dijelaskan para orang dewasa di sekitarnya. Namun ia tetap mengangguk polos, sama sekali tidak mengerti atas kerisauan yang berada di dalam kepala Sang Mama.

Dan El mengembuskan napas pasrah, menurunkan bahunya yang sempat menegang.

El mesti dapat pekerjaan jika tujuannya sudah disebarluaskan Ezra. Kalau mereka berakhir pulang ke rumah pemberian ini karena lamarannya ditolak, maka ia tak akan punya muka.

“Ya sudahlah.”

“Apa Ezra melakukan kesalahan?”

“Tidak. Tak ada yang berbuat salah.”

Yang bermasalah itu jika sampai kabar mereka pergi ke ibu kota Sandiris, terdengar oleh Makka Redian.

Tok. Tok. Tok.

Hari menunjukkan kegelapan malam, di mana suara jangkrik dan piring maupun kericuhan yang dibuat tetangga samping rumah, mampu didengar kediaman El dan Ezra, termasuk ketukan pelan pintu dari luar.

El melirik Ezra yang bangkit dari duduk di atas lantai. Gadis kecil itu berjalan menuju pintu utama rumah mereka dan membukanya, menampilkan sesosok perempuan berambut merah yang berkibar indah akibat ditiup angin malam.

Itu Makka Redian.

Mati, dah.

“Kalian mau kabur?” tuduh Redian, yang telah dipersilakan duduk di kursi makan. “Yakin?”

“Tentu saja tidak, Miss!” El membantah secepat kilat, tak sanggup jika Redian salah paham dan membantainya serta Ezra. “Saya perlu uang tambahan untuk menyekolahkan Ezra ...! Miss Makka pasti mengerti, bukan?” bisiknya setelah memastikan putrinya sibuk menyiapkan teh.

Redian mendengkus, melirik Ezra yang bersenandung sembari menumpahkan air panas ke dalam teko. “Aku tidak peduli dengan alasanmu. Intinya, kau mengingkari persyaratan Nomor Dua.”

“Ugh ....”

El menundukkan kepala, memainkan jari-jemari di atas paha. Ternyata Redian tahu jika ia tengah berkontak dengan seorang bangsawan untuk mencari kerja.

Mau bagaimana lagi? Rezeki El dan Ezra benar-benar menjadi sempit. Jadi ia mengungkit kembali tawaran Penyanyi Kebaktian yang Duke Muda Vantelyon tawarkan dan berusaha meminta bantuan.

Untungnya pria yang terlihat baik dan berwibawa tersebut tidak mengingkari janji sehingga El memutuskan untuk menaruh harapan ke tangan Sang Duke Muda dan berusaha menyembunyikan rencananya dari Redian.

Tapi ternyata tetap ketahuan ....

“Dia bilang akan merekomendasikan saya sebagai Penyanyi Kebaktian, jadi saya berniat mencari peruntungan dengan mencoba pergi ke ibu kota.”

Rapunzel's StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang