12' PESAN TERSIRAT

243 38 3
                                    

“Boleh Paman tahu namamu, Anak Manis?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Boleh Paman tahu namamu, Anak Manis?”

Bukannya mencoba bersikap seperti orang yang baru pertama saling mengenal, Zesa yang selesai memberikan obat-obatan dan anjuran kesehatan di desa Triana malah sengaja mampir ke Lakin dengan bertingkah sok akrab demi menyaksikan kehidupan El lebih dekat.

Itu minggu sore, saat rombongan El yang berjumlah tiga orang menumpang di gerobak barang berniat menuju Ratus.

“Kebetulan sekali Paman ini adalah kenalan Mamamu yang luar biasa!”

Ezra berbinar matanya saat mendengar ibunya dipuji oleh seorang laki-laki tampan berambut panjang. Penampilan si paman terlihat elegan walau aroma tubuhnya membuat ia yang masih kecil merasa muak.

“Bau obat! Tak suka!” pekik Ezra, spontan menutup hidungnya.

El menyeringai, menunjuk Zesa yang mematung disertai dengkusan mengejek. “Kau harus berkenalan dengan paman ini, Ezra. Biar bisa minta pengobatan gratis nantinya.”

“Benar ‘kah?” Ezra mendongak, menatap El yang tersenyum tipis dan mengangguk. “Iya ‘deh kalau Mama bilang gitu!”

Sementara itu, Zesa tidak bisa mengelak di depan anak kecil. El yang sekarang rupanya mata duitan.

Gratis? Enak saja! Biaya hidupku ini mahal! protesnya dalam hati. Tetapi Zesa tetap berkenalan mau tak mau, sudah terlanjur mengingat dirinyalah yang memulai perkara lebih dulu.

“Jadi Paman Zesa sorang tabib?”

“Itu benar, lho? Paman Zesa suka meracik obat-obatan!” Zesa menyentuh rambut hitam Ezra yang berbau arang, kemudian memperhatikan anyaman yang panjangnya dimulai dari atas kepala sampai bokong gadis tersebut. “Omong-omong, kenapa rambut Ezra tidak dipotong? Bukan ‘kah ini sudah terlalu panjang?”

Mendengar pertanyaan Zesa selagi El mengobrol bersama Lisa, sontak tubuh wanita itu tersentak. Ia menoleh kesal, memicingkan mata pada Sang Penyihir yang berpura-pura tak menyadari emosi negatifnya.

Pun Ezra menggeleng, dengan cepat menyahut karena muak selalu mendapat pertanyaan sama setiap berkenalan orang baru. “Ezra tak suka! Mama juga sudah minta potong! Tapi kalau dipotong, rambut Ezra jadi cokelat! Itu tidak mirip Mama!”

Zesa tercengang, menoleh pada El yang bersedekap tangan. “Hah?”

Lelaki itu bergegas berdiri, melangkah menuju El dengan raut keki. Zesa menunjuk bahu El, berbisik penuh penekanan. “Anak kecil tidak berbohong! Kau mau kabur sungguhan?! Bahkan dari indahnya dunia?!” tanyanya.

Cukup lama El memproses ucapan Zesa yang sulit dimengerti sebelum berakhir menggesekkan gigi dan balas menunjuk lelaki tersebut setelah memastikan Ezra cuma bisa mengintip kegiatan bisik-bisik mereka.

“Kau tidak tahu apa-apa! Jadi jangan banyak bicara! Kau bahkan sudah mengingkari janji untuk bersikap baru saling mengenal!”

Zesa berdecak, memutar bola mata saat wajahnya kena terpaan rambut milik sendiri. Ia berkacak sebelah pinggang, mengibaskan rambut ke belakang.

Rapunzel's StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang