Tatkala salju mendarat di atas kepalanya, El berlari semakin cepat menuju Tabu demi memenuhi persyaratan kerja untuk berhadir menyanyikan lagu berisikan doa.
Musim dingin mampu membawa teror bagi siapa saja. Dan memanjatkan doa adalah salah satu solusi kerajaan dalam mensejahterakan penduduknya. Jadi tidak hanya Tabu di Ratus yang mengumandangkan lagu, melainkan seluruh tempat ibadah di setiap wilayah Sandiris.
“Jangan berlari, Lady El!” tegur prajurit yang berjaga di gerbang saat menyadari wanita beranak satu itu melaju, padahal pijakan yang basah sangat licin. Namun peringatannya terlambat, Lady El sudah terjungkal disertai tawa terbahak.
“Aku memang sial melulu! Haha!”
Biasanya El akan mengumpat. Tetapi karena hari kemarin ia mengalami kenaikan gaji, maka perasaan bahagianya masih terpakai sampai sekarang.
“Kalau memang selalu sial, tolong bersikaplah hati-hati, Lady El ....”
El menerima uluran tangan yang membantunya. “Berhati-hati hanya akan membuatku tegang. Itu sangat tidak nyaman, tahu? Tapi terima kasih.”
“Suatu kehormatan bagi prajurit membantu seorang masyarakat.” Prajurit tua itu mempersilakan El lewat, tak lupa memberi petuah lagi. “Tidak ada ruginya menjaga nyawa sendiri, Lady El. Tolong jangan meremehkan tergelincir.”
Karena peringatan prajurit tersebut ada benarnya, mau tak mau El mengiyakan sembari melanjutkan perjalanan.
“Baik, baik! Sekali lagi terima kasih!”
Kali ini El berjalan lebih perlahan dan penuh perhitungan. Tetapi dirasa itu membuang waktu, maka ia kembali berlari yang untungnya berakhir selamat.
El bergegas ke ruang ganti, mengganti baju serba hitam ke jubah putih. Ia lalu memakai ikat pinggang emas kuning, tanda bahwa statusnya lebih tinggi dari sekadar selendang keras yang terbuat dari staplek.
Setelah rambut hitamnya disanggul, kerudung putih dipasang menutupi seluruh sisi kepala yang panjangnya mencapai bahu. El kemudian mengambil emas kuning berbentuk mahkota duri, lantas meletakkannya di puncak tubuh.
Tapi sayang sekali emas ini tidak bisa dijadikan kepemilikan sendiri, batin El meringis.
El menyusuri lorong bersama penyanyi lain. Di salah satu spot pemberhentian, mereka menggunakan parfum yang sama secara bergantian.
Dan sampailah para Penyanyi Kebaktian yang berisikan lelaki maupun perempuan itu menjejak panggung, di mana Raja dan Ratu berstatus lebih rendah dari mereka, karena yang bekerja lebih keras untuk Tuhan dan masyarakat adalah orang-orang Tabu sekalian.
Di balik kerudung tipisnya, El menatap para bangsawan yang berhadir di rumah ibadah. Aula Tabu besar dan luas, jarak alas dan atapnya sangat jauh sehingga akan menggemakan nyanyian. Tempat ini serba putih, jadi pakaian seluruh bangsawan diseragamkan menggunakan warna cokelat agar mengingatkan status manusia kembali ke dasar, yaitu tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel's Stepmother
FantasySeluncuran pelangi ini pembawa sial. Dirinya yang sudah berpikir akan memasuki tubuh Rapunzel malah berakhir dalam sosok Penyihir Tua Jahat, yaitu Madam Gothel! "Sengaja sekali memasukkanku ke tubuh penjahat licik!" Tetapi mau bagaimana lagi? Yang p...