El membungkukkan tubuhnya, sungguh meminta maaf dari lubuk hati yang paling dalam karena kesialannya membawa nasib orang lain.
“Jangan dipikirkan, jangan dipikirkan—haha ....”
Untungnya wanita yang menjadi korban El sangatlah baik dan ramah.
“Ini, aku ada permen untukmu.”
Namanya Serena, tetua yang sudah bekerja di Tabu sebagai Penyanyi Kebaktian selama sepuluh tahun. Katanya sebentar lagi akan berhenti mengingat suaranya sudah tidak diperlukan, belum lagi menghalangi para perempuan muda yang butuh pekerjaan.
“A-ah, terima kasih!”
El menerima permen yang diserahkan Serena dengan perasaan bingung.
Selama dua bulan ini, El banyak menyebabkan masalah. Ia pernah tergelincir dan menendang ember pel, menjatuhkan vas bunga, merusak pintu, salah mengambil makan siang, salah masuk ruangan, menginjak banyak kaki orang. Kemarin saat gilirannya melepas gorden untuk dicuci, kakinya yang memijak tangga malah terpelecok sampai-sampai ia menggelantung pada gorden sebelum terjatuh ke permukaan lantai yang keras dan tertimbun kain berat tersebut.
Lalu untuk hari ini, El tidak sengaja menghantam dagu Serena yang sedang mengintip kegiatannya dalam melamun usai menanam tanaman di halaman belakang Tabu.
“Tapi saya benar-benar minta maaf atas kejadian barusan. Saya memang orang yang sial ..., ” lirih El lesu.
Untungnya selama menyebabkan masalah, El tidak pernah dikeluarkan pihak Penyanyi Kebaktian. Selain itu, peringkatnya naik dari hitam menuju kuning gading.
Ada tingkatan penyanyi dalam pekerjaan yang El ambil, yaitu hitam, kuning, dan putih. Ia sudah tidak berada di latar paling belakang, melainkan wakil dari penyanyi utama. Ada banyak bait yang bisa dinyanyikannya ketimbang la-la-la atau huuu saja.
Serena berada di tingkat putih, bersama tetua lain. Namun ada juga yang muda sebagai penyanyi utama. Dan mereka semua memiliki jadwal masing-masing untuk dijadikan pimpinan lagu suci.
“Itu bukan kesialan, lho? Tidak semua hal bisa dikaitkan dengan hal tak kasat mata. Dan aku yakin sekali kalau Lady El hanya mengalami hambatan kecil saat kecil hingga sulit mengontrol gerak tubuh. Aku punya keponakan yang sama cerobohnya seperti Lady El, lho? Dia tidak ada bagusnya kata orang-orang, bahkan kalah dari anak tiri, tapi karena dia imut maka menurutku dia sudah sangat sempurna, haha!”
El termangu mendengarkan celotehan Serena yang amat menyenangkan hati. Detik berikutnya ibu muda tersebut tersenyum, mengangguk paham seraya membalas dengan ocehan yang serupa.
“Saya mengerti! Putri saya pun begitu! Ezra—meski dia selalu merengek kesal karena tidak bisa membantu saya dalam urusan rumah, tapi karena dia cantik dan baik—maka dia juga anak yang sangat sempurna bagi saya!”
Membicarakan Ezra—atau Rapunzel—seketika ingatan El kembali pada hari-hari di mana ia selalu kerepotan dan merasa putus asa dalam merawat anak. Ia yang terkadang menangis kelelahan saat memandikan, menyusui, memasangkan pakaian, dan mengawasi setiap saat akhirnya dapat terbiasa dengan itu semua di tahun kedua mereka bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapunzel's Stepmother
FantasySeluncuran pelangi ini pembawa sial. Dirinya yang sudah berpikir akan memasuki tubuh Rapunzel malah berakhir dalam sosok Penyihir Tua Jahat, yaitu Madam Gothel! "Sengaja sekali memasukkanku ke tubuh penjahat licik!" Tetapi mau bagaimana lagi? Yang p...