kencana : kedua puluh sembilan

34 7 1
                                    

" hoamm ! " junkyu merengangkan semua ototnya rasa pegal di bus tadi sudah hilang, terimakasih pada jeongwoo yang sudah menyewakan villa nyaman ini.

trakk trakk

junkyu tidak tuli, junkyu mendengar itu. suaranya seperti kelereng kecil yang di lempar ke kaca. junkyu mengedarkan pandangannya, hanya dua kaca yang berada di dalam sana. kaca pada jendela di sebelahnya dan kaca cermin di sebrang dekat pintu toilet.

suaranya tidak jelas jika mendekatkan telinga ke arah jendela, junkyu bangun dari tempat tidur dan mendekati cermin suaranya sangat kuat dari sini.

junkyu menyentuh setiap bagian dari cermin itu, cermin itu menyatu dengan lemari rias dan tak sengaja junkyu melihat jarinya yang menempel dengan cermin. tak ada jarak disana, apa artinya cermin ini adalah cermin satu arah ?.

" kak " junkyu terperanjat ketika sebuah tangan dan suara berat menyapanya.

" aihh haru ! ngagetin aja deh "

" masih pegel ? " tanya haruto dengan senyum polos.

" engga udah enakan ko, makasi ya haru "

" anything for you, sekarang makan malam dulu yuk yang lain udah nunggu di meja makan " junkyu mengangguk mengiyakan, membiarkan haruto berjalan terlebih dahulu.

junkyu menatap cermin itu lagi, mungkin ia akan mengeceknya lagi selepas makan malam.

di meja makan sudah ada anak anak yang duduk, kecuali jay.

" loh jay kemana ? " tanya junkyu.

" masuk angin, katanya " jawab jeongwoo. 

hyunsuk sibuk menata piring piring untuh adik adiknya, oh kebetulan tadi sotaro dan sungchan telah datang. sungchan memutuskan untuk tidur sejenak, ia lelah karena harus menyetir dari pagi hingga malam. 

" aku bantu kak " 

" makasi taro "

setelah menyerahkan semua piring ke shotaro, hyunsuk beralih untuk mengurus makanannya, memindahkannya ke wadah dan menatanya di tengah meja makan persis seperti makan malam bersama keluarga. urusan hajun sudah di tangani oleh jihoon, hajun anaknya betahan kok sama orang lain kecuali sama orang yang belum pernah hajun lihat.

" eh eh ! indra meninggal " 

informasi singkat yang terucap membuat semuanya bungkam, padahal kemarin mereka melihat inhong sehat sehat saja masih menyunggingkan senyumnya, menguarkan tawanya namun kehendak sang ilahi tidak bisa di ganggu gugat kan ? secepat itu dan semendadak itu.

" yang bener lo wo ? " hyunsuk tak percaya, baru saja ia bertegur sapa kemarin.

" beneran kak, ini juga informasinya dari awan " 

hyunsuk yang notabenya seseorang yang mudah menangis meneteskan air matanya, dan dengan shotaro yang berdiri di sebelahnya berusaha menenangkan hyunsuk. junkyu yang melihat hyunsuk juga langsung menggendong hajun keluar villa, tak ingin hajun melihat kesedihan ibunya.

" kapan meninggalnya ? " tanya jaehyuk yang langsung mengabil posisi duduk di meja paling ujung.

" sore tadi, katanya indra kambuh dan langsung di bawa ke rumah sakit. " jelas jeongwoo " tapi setelah nyampe di rumah sakit indra dalam keadaan udah ngga bernafas, tandanya indra meninggal di perjalanan. hal ini janggal engga sih ? " 

semuanya menatap jeongwoo, termasuk hyunsuk yang sudah tak terisak lagi.

" maksud lo ? "

" indra meninggal di ambulance, mungkin engga sih ? maksud gua indra kan cuman kambuh "

ungkapan jeongwoo membuat semuanya berfikir. apa benar ? hanya satu dalam fikiran mereka, inhong dibunuh. tapi mengapa ? oleh siapa ? dan tujuannya apa ?. 

mereka masih bergelut dengan isi fikiran masing masing, disisi lain mereka tidak sadar jika junkyu tengah mengerang meminta tolong dengan mulut yang sudah di bekap.

.

 .

yedam sedang berdiri menghadap ke arah jendela yang terbuka, membiarkan udara masuk mengusir bau obat obatan yang sebelumnya meruak di dalam kamarnya. 

yedam memandangi langit tanpa bintang dan hanya ada satu bulan yang bersinar disana terlihat kesepian tanpa adanya teman teman kecil disekelilingnya. yedam juga sendirian sekarang, doyoung pergi untuk membeli makanan. katanya hanya sebentar, tapi sudah tiga puluh menit berlalu doyoung belum kembali.

" kak ben apa kabar ? " tanya yedam entah pada siapa, mungkin pada bulan ?.

" kak yesffa kangen, maaf karena yesffa seolah jadiin kakak bahan pelampiasan yesffa. yesffa engga bermaksud untuk itu, yesffa bener bener cinta sama dobby dan kakak tau itu. emang dari dulu, yesffa harusnya engga jatuh cinta sama dobby . . cowok hidung belang yang selalu godain cewe sana sini. tapi kita gabisa milih pada siapa kita jatuh cinta. iya kan kak ? "

yedam tersenyum, sesekali jari lentiknya memainkan liontin rubah kecil yang mengalung di leher putihnya.

" tapi sekarang dobby udah berubah, dobby cuman terpaku sama yesffa. dobby nempatin janjinya sama kakak "

brakk !

suara pintu terbuka dengan kesar, menampilkan seseorang yang sangat ingin yedam hindari. bukan, bukan hanya hindari tapi yedam benar benar tak ingin bertemu dengannya.

" kayaknya lo kangen ya sama ben ? gua bakalan kasi jalan buat nemuin dia "

" k - keita "


tbc

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kencana [ treasure ] - end ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang