Coffee Bagian I : 3

262 51 13
                                    

Selepas kuliah Alissa pergi menuju lantai empat, tempat sekretariat himpunan, komunitas, dan BEM berada. Saat kelas tadi Alissa dapat chat dari Samudra—ketua divisi pendidikan dan kebudayaan himpunan, memintanya bertemu setelah kelas. Alissa adalah anggota himpunan divisi pendidikan dan budaya.

Alissa sengaja melambatkan langkahnya saking malas menemui Samudra. Harusnya sudah di kosan, sedang mengerjakan tugas karena tidak ada kelas, tapi semuanya gagal Samudra meminta bertemu dan pasti akan memakan waktu lama. Berat amat hidup Alissa di semester empat ini.

Setibanya di sekretariat himpunan, Alissa melihat Samudra sedang duduk sambil membaca sesuatu di atas meja. Alissa melepaskan sepatu, masuk ke dalam, tak lupa menyapa kakak tingkat yang ada di himpunan. Sebagai adik tingkat, Alissa harus sopan sama senior walau sudah kenal. Toh mereka juga membalas sapaannya.

"Kang Sam, maaf aku baru datang, baru selesai kelasnya," ucap Alissa berdiri di sebelah Samudra atau yang kerap disapa Sam.

Namun, sang ketua divisi diam saja fokus membaca. Alissa memutar bola mata sebal diabaikan oleh Samudra. Sudah capek-capek naik ke lantai empat malah dianggurin. Kampret!

Alissa jadi penasaran sama yang dibaca Samudra sampai mengabaikannya. Alissa mendekatkan dirinya untuk mengintip, seketika matanya membulat melihat yang dibaca Samudra adalah proposal konsep acara untuk program kerja kedua divisi pendidikan dan kebudayaan milik Alissa.

Tiba-tiba Alissa dilanda kegugupan. Karena yang dibaca Samudra adalah proposal miliknya. Mana Samudra tidak bersuara daritadi cuman menghela nafas aja. Alissa punya firasat buruk kalau proposalnya sangat jelek.

Apalagi proposal itu hanya dibuat tiga hari tiga malam, sudah pasti isinya sangat hancur dan berantakan. Bisa jadi ini alasan Samudra mengajaknya bertemu setelah kelas, untuk menegur Alissa yang sudah berani memberikan proposal berantakan. Belum lagi raut Samudra yang terlihat tidak suka dengan isi proposalnya. Alissa menatap miris proposalnya. Kalau sudah begini Alissa perlu mempersiapkan diri dimarahi ketua divisinya.

Alissa mengedarkan pandangan mencari keberadaan anggota divisi pendidikan dan kebudayaan yang lain tapi tidak ada satupun. Alissa terheran. Ada apa nih? Kenapa cuman dirinya seorang? Jangan-jangan...

"Alissa." panggil Samudra tanpa mengalihkan pandangan dari proposal milik Alissa.

Jantung Alissa berdebar kencang. Dia belum siap dimarahin dengan pedas oleh ketua divisinya. Alissa belum punya alasan kenapa kasih proposal yang berantakan.

"I-iya, Kang." Alissa berusaha setenang mungkin meski gugupnya sudah menjadi-jadi sampai kedua tangannya berkeringat.

Samudra menyandarkan punggung ke sandaran kursi dengan pandangan yang masih menatap proposal konsep acara milik Alissa.

"Ini proposal punya kamu?" Samudra mengetuk-ngetuk jarinya di atas proposal Alissa.

"Iya, Kang, itu milik aku."

Samudra manggut-manggut lalu bangkit dari duduknya sambil menyodorkan proposal milik Alissa. Senyuman terbentuk di bibirnya.

"Selamat proposal kamu saya acc buat jadi konsep proker kita."

"Apa?!" teriak Alissa kaget mendengar proposal konsep acara miliknya terpilih.

Alissa tidak percaya sama yang barusan didengarnya. Demi apa proposal tiga hari tiga malamnya diterima. Di luar dugaan dalam hidupnya.

Samudra menarik tangan Alissa dan memberikan proposal karena pemiliknya tak kunjung menerima. Sudah pasti Alissa kaget sekaligus senang karena konsepnya terpilih untuk digunakan buat proker nanti.

COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang