Coffee Bagian II : Bab 15

41 5 1
                                    

Begitu mobil milik Joe berhenti di depan rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggal Alissa, seketika perasaan Alissa menjadi gugup dan gelisah. Tersadar pada sebuah kenyataan kalau besok akan bertemu dengan Garash. Merasakan kembali perasaan sedih, kecewa, sakit hati, dan marah, pada lelaki itu akibat sesuatu yang telah diketahui Alissa saat mendatangi Bandung. Tidak tahu harus berbuat apa ketika melihat wajah Garash yang berada di depan mata Alissa.

Sejujurnya Alissa tidak ingin merasakan semua itu. Ia ingin bersikap tidak peduli dengan semua yang telah diketahui tentang Garash. Akan tetapi, Alissa hanya manusia biasa yang sulit untuk mengendalikan perasaannya. Tetap kepikiran meski ingin membuangnya. Alissa tidak ingin hari besok tiba. Tidak mau ketemu Garash sampai ia benar-benar bisa menerima semua ini.

Ingin sekali Alissa pergi jauh ke suatu tempat yang dapat membuatnya benar-benar tenang dan bisa mengendalikan diri saat bertemu Garash nanti. Sayangnya, mau pergi kemanapun kalau masalahnya dengan Garash belum selesai, perasaan Alissa tidak akan tenang.

Setelah mengetahui soal Garash yang berpacaran dengan Sofia, Alissa tinggal menentukan seperti apa ke depannya dengan Garash. Mau berlanjut atau berakhir. Tapi semua itu sulit untuk dilakukan.

"Gimana kalau kita makan malam dulu?" tanya Joe sambil memandangi Alissa yang terlihat gelisah begitu sampai di depan rumah, "Bukannya kamu bilang kita bakal mulai makan malam lagi, setelah kamu pulang dari Bandung."

Alissa menoleh menatap Joe yang tengah memandanginya. Perasaan gugup dan gelisah yang Alissa rasakan mulai muncul saat lelaki itu mengatakan sudah waktunya untuk kembali ke Jakarta usai menonton film di Paskal. Alissa tidak kesal atau marah pada Joe, karena memang waktu saat itu sudah sore dan takut kena macet di jalan. Saat itu juga Alissa tersadar sempat melupakan sesuatu yang seharusnya ia cari solusi.

Saat bersama Joe, Alissa benar-benar melupakan Garash. Menikmati waktu berbelanja dengan penuh kebahagiaan bersama lelaki itu. Tertawa lepas sambil membicarakan setiap scene di film yang mereka tonton bersama. Lalu perasaan Alissa tersentuh saat Joe meneleponnya, tepat saat Alissa dilanda ketakutan kalau lelaki itu tidak akan kembali.

Joe tidak banyak melakukan apa-apa selama mendekati Alissa. Bahkan untuk kalimat gombalan anehnya terlontar begitu saja tanpa ada maksud apa-apa. Lelaki itu perlahan-lahan mulai bisa menyentuh perasaan Alissa. Apalagi Joe tidak pernah membuat Alissa bingung atau ragu dengan tindakannya. Membuat Alissa begitu tenang berada di samping Joe.

"Boleh, kebetulan aku lapar."

"Mau makan di mana? Mau aku atau kamu yang tentuin tempatnya?"

"Kang Joe," jawab Alissa sambil tersenyum tipis, "Soalnya Kang Joe yang punya rekomendasi tempat makan yang bagus."

Selain itu, Joe tidak pernah bertanya sesuatu yang bersifat pribadi. Biasanya saat melihat perempuan sedih pasti akan ditanya alasannya, tapi Joe diam sambil memandangi Alissa. Sekalinya bertanya tentang keadaan atau perasaan Alissa, seperti 'kamu baik-baik aja' bukan 'kamu kenapa'

Saat Alissa menangisi Garash, Joe hanya menanyakan 'kamu sudah gak nangis' dan tidak pernah menanyakan penyebab. Lalu mengeluarkan kata-kata yang membuat perasaan Alissa tersentuh saat mendengarnya. Joe lebih memilih menenangkan Alissa, daripada mencari tahu alasannya. Joe tidak mau semakin melukai perasaan Alissa hanya untuk memenuhi ingin tahunya.

Hanya saja Alissa penasaran, apakah Joe tidak pernah marah melihat perempuan yang disukainya disakiti oleh lelaki lain. Joe selalu datar, tidak pernah menunjukkan emosi, dan tidak pernah mau tahu. Anehnya, Alissa merasa nyaman dan tidak meragukan perasaan lelaki itu. Malah selalu berpikir kalau Joe sangat menjaga privasi Alissa.

Karena itulah, Alissa jadi ingin tahu perasaan Joe yang sesungguhnya. Ingin tahu seberapa besar ketulusan perasaan untuk Alissa, dan seberapa dalam rasa suka Joe untuk Alissa.

COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang