Coffee Bagian II : Bab 40

32 5 0
                                    

Alissa berdiri di depan rumah sambil memegang helm. Seperti biasa Garash akan menjemputnya untuk berangkat bersama. Jelas perasaan Alissa sangat senang. Karena mereka bisa menghabiskan waktu berdua, hingga saling tertawa ketika berbicara di atas motor. Keinginan yang selama ini Alissa inginkan ketika bisa bersama Garash lagi.

Namun semua itu tidak bertahan lama, ketika senyum Alissa perlahan-lahan menghilang. Raut yang semula dipenuhi keceriaan berubah muram dan tatapan menjadi kosong. Alissa melamun karena merasakan sesuatu yang hilang darinya. Bahkan, kehampaan yang menerpa perasaan Alissa kembali muncul.

Aneh sekaligus bingung dengan semua ini. Padahal seharusnya Alissa tengah menikmati kebahagiaan karena bisa bersatu dengan Garash. Ya, meski belum memiliki status karena Alissa belum mau, tapi inilah yang ia inginkan. Namun, kenapa ada perasaan kosong dan hampa yang dirasakannya?

Alissa tidak merasakan kegembiraan yang sepenuhnya. Tanpa sadar Alissa membuka whatsapp, lalu menatap kontak Joe cukup lama. Alissa sudah benar-benar tidak berhubungan lagi dengan lelaki itu.

Entah karena keduanya sama-sama sibuk atau ada sesuatu yang sebenarnya terjadi tapi tidak ada yang mengetahui. Alissa juga masih mencari tahu. Karena menurutnya selama ini, ia dengan lelaki itu masih baik-baik saja. Tidak ada masalah sama sekali.

"Kamu lagi ngapain sekarang, Kang?" Alissa menghela nafas panjang, "Sudah lama kamu juga gak syuting."

Rindu. Dorongan itulah yang entah kenapa membuat Alissa ingin sekali menghubungi Joe dan mau tahu kabarnya. Apalagi Joe sudah benar-benar tidak pernah syuting sebagai pembawa acara Ayo Indonesia Sehat lagi selama tiga bulan terakhir.

"Haruskah aku pergi ke rumah sakit? Karena cuman itu tempat yang bisa aku datangi tanpa bikin orang curiga."

Tepat saat itu, Alissa merasakan sesuatu yang menyakitkan pada perasaannya sampai sulit sekali untuk bernafas. Bagai ada yang menghantam dadanya cukup keras. Alissa semakin bingung merasakan perasaan ini. Karena perasaan ini seperti seseorang yang baru saja putus tapi masih cinta. Sakit.

Alissa mendengar klakson motor, lalu menoleh dan melihat Garash sudah menjemputnya. Alissa berusaha untuk terlihat baik-baik saja dengan tersenyum. Jangan sampai lelaki tahu kalau tadi Alissa sedang memikirkan Joe.

"Hai, Ca. Maaf ya nunggu lama, tadi gue isi bensin dulu," ucap Garash begitu ada di hadapan Alissa.

"Santai aja. Gue juga baru keluar kok."

Garash mengambil helm dari tangan Alissa, lalu mengenakannya pada perempuan itu, "Oh iya, Ca, malam minggu nanti kita nonton yuk. Kebetulan ada film baru dan kayanya lo bakal suka deh."

Alissa langsung tersenyum senang, "Hayu. Gue pengen banget nonton nih. Apalagi kalau ada film baru."

"Oke, tapi kita pergi sorean. Soalnya gue mau ngajak lo ke suatu tempat."

Alissa memerlihatkan antusiasnya, "Kita mau kemana?"

"Rahasia."

Alissa berdecak sebal, "Selalu saja rahasia."

"Buruan naik, nanti telat lagi."

"Okelah."

Untuk pertama kalinya, Alissa tidak begitu senang berkendara dengan Garash. Pikiran seketika dipenuhi dengan Joe. Alissa ingin tahu keadaan lelaki itu. Setidaknya ingin bertemu agar bisa mengucapkan terima kasih atas kebaikan Joe selama ini padanya.

*****

"Gak panas tuh."

Alissa membuka matanya ketika ada yang menyentuh dahi dan membicarakan keadaannya. Saat itu, Alissa melihat Cherrisa yang berdiri di sampingnya. Raut housemate Alissa itu menunjukkan khawatir tapi bingung dengan dahi mengerut.

COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang