Coffee Bagian I : 28 (I)

74 12 4
                                    

Garash berjalan menuju ruang BEM yang berada di lantai tiga gedung fakultas ilmu komunikasi. Lantai tiga gedung ini digunakan untuk Himpunan mahasiswa, BEM, dan komunitas kampus. Seperti komunitas radio kampus yang sedang siaran sekarang.

Garash berhenti saat mendengar suara Alissa yang sedang siaran dari speaker lantai tiga. Suara yang sudah dua minggu tidak Garash dengar secara langsung, kini sedang membacakan surat cinta dari seseorang.

Sudah dua minggu, Garash tidak bertemu Alissa yang sibuk menjadi penyiar radio. Apalagi perempuan itu sekarang memegang program baru yang membuatnya semakin sulit ditemui.

Garash tahu alasan Alissa berubah karena meragukan perasaan Garash, setelah Nisrina menceritakan kejadian itu ke Alissa. Garash menduga ada yang dilebih-lebihkan oleh Nisrina. Kalau melihat perubahan Alissa.

Garash ingin menjelaskan semuanya, tapi waktunya belum tepat. Garash tidak mau memperburuk suasana.

"Kalau kamu menganggapku sebagai teman. Maka perlakukan aku selayaknya teman. Jangan buat perasaanku salah memahami sikapmu. Karena hatiku bukan untuk dipermainkan."

Perkataan Alissa hari itu masih terngiang dalam pikiran Garash. Membuatnya semakin menyesal. Harusnya Garash menolak ajakan Nisrina, dan meluruskan masalah di hari lain. Garash bodoh.

"Woy, Rash! Ngapain bengong ditangga."

Garash tersadar dari lamunan saat Kenan menyenggol bahunya. Suara Alissa mengalihkan perhatiannya sampai melamun.

"Buka puasa masih dua jam lagi sudah bengong aja. Pasti lo stress sama ujian tadi."

"Gimana gak stress lagi puasa disuruh ngisi soal ujian. Aslinya mah mau ghodin."

Sekarang sudah memasuki bulan puasa dan juga minggu ujian akhir semester. Minggu depan adalah minggu terakhir semester empat. Begitu UAS berakhir, mahasiswa-mahasiswi rantau akan kembali ke kampung halaman untuk liburan. Itu artinya waktu Garash semakin sedikit. Garash harus segera nememui Alissa, dan menjelaskan semuanya.

Kenan menepuk bahu Garash, "Hayu ke BEM. Kita kumpul sama yang lain sekalian ngabuburit."

Garash kembali berjalan bersama Kenan. Garash melihat anggota BEM yang lain sedang berkumpul di lorong koridor. Sudah pasti mereka sedang mendengarkan siaran radio. Garash duduk di kursi panjang kayu yang ada di lorong , mendengarkan Alissa membaca surat pada siaran radio.

"Surat selanjutnya dari purplepink untuk Garash."

"Wah! Kayanya banyak banget ya yang suka sama Garash. Bahkan rabu kemarin waktu acara ini pertama siaran sudah banyak banget surat buat Garash yang kita bacakan," sahut Rendy yang menjadi rekan Alissa siaran

Garash tersenyum tipis mendengarnya. Program Love Letter yang baru siaran rabu lalu langsung mendapat antusias tinggi dari mahasiswa-mahasiswi. Sudah banyak sekali yang mengirimkan surat dengan nama samaran.

"Ibaratkan sebuah buku ya Alissa. Kayanya Garash tuh buku best seller."

"Jangan lupakan Kenan juga, Ren. Soalnya dia juga best seller dari minggu lalu."

"Oh iya benar. Kenan juga kemarin dapat banyak surat ya."

Garash dan Kenan tersipu malu ketika diledek oleh teman-teman BEM yang sedang berkumpul bersama. Mereka berdua yang paling banyak mendapatkan surat cinta yang dibacakan dalam program tersebut.

"Aduh aing era euy dibacain surat cinta sama Alissa. Serasa selingkuh padahal sudah mantan," celetuk Kenan yang duduk di samping Garash.

"Alah mantan tapi masih sayang," ledek Rony yang duduk di lantai.

COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang