Coffee Bagian I : 27 (I)

77 9 2
                                    

Garash dan Alissa melangkah menuju kursi mereka yang berada dibagian F7 dan F8. Garash mempersilahkan Alissa untuk jalan terlebih dahulu menuju kursi, dia mengikuti di belakang.

"Yang ini bukan, Rash, kursinya?"

Alissa menoleh ke belakang begitu sampai di depan kursi dan melihat Garash yang mengangguk.

"Oke."

Alissa duduk dan menyimpan minumannya. Begitupun dengan Garash yang duduk di sebelahnya. Alissa menyukai posisi tempat duduknya yang tidak terlalu atas dan tidak terlalu bawah.

Alissa bersandar sambil melihat Garash yang menatapnya sehabis menyimpan popcorn dipembatas kursi.

"Kenapa?"

"Lo cantik malam ini."

"Gue selalu cantik, Rash."

"Lo selamanya cantik di mata gue, Ca."

"Wah! Lo jago ngegombal yah."

Garash menepuk bahunya, "Kalau ngantuk lo bisa bersandar di sini."

"Oke, tapi manti deh soalnya masih kenyang."

"Suruh siapa habis makan, terus beli kkuldak ukuran besar."

"Gak tahu, Rash. Tiba-tiba pengen kkuldak. Malah sekarang gue mau shihlin."

Garash melotot kaget mendengar Alissa ingin makan shihlin. Matanya melirik ke arah perut Alissa. Terheran melihat perut Alissa yang rata tapi bisa menampung banyak makan. Garash curiga usus Alissa lebih besar dari manusia biasanya.

"Ca, lo gak hamil, kan?"

Alissa melotot kaget, "Enggalah. Gue kaya gini biasanya mau menstruasi."

"Ohh kirain hamil. Gue sempat bingung buat tanggung jawabnya."

"Gue mau shihlin," gumam Alissa yang tidak mendengar perkataan Garash tadi. Alissa sampai menepuk-nepuk perutnya saking ingin shihlin.

Garash geleng-geleng melihat Alissa yang merajuk. Emang perempuan kalau mau menstruasi suka banyak makan ya? Alissa kaya ibu-ibu hamil yang sedang ngidam.

"Tapi gak akan gue beliin ya. Soalnya uang gue sudah habis beli topi, kaos, sama bayarin makan tadi."

"Yang minta bayarin makan siapa tadi. Gue sudah nawarin buat bayar masing-masing tapi lo gak mau."

Garash tertawa kecil, "Gue gak tega lihat lo bayarin makan. Gue yang ngajak ya sudah sepantasnya gue yang bayarin."

"Kalau gitu parkir gue yang bayar ya. Pasti gak akan semahal makanan."

Garash tersenyum, "Jangan kaget aja nanti."

Alissa berdecih sebal. Emang seberapa mahal sih biaya parkir di Ciwalk? Pastinya cuman dua ribu rupiah yang bertambah setiap satu jam. Paling sekarang baru enam ribu.

"Rash,"

Alissa kembali menoleh dan melihat Garash sedang membalas chat temannya.

Garash mendongak menatap Alissa, "Apa, Ca?"

"Besok ada kelas gak? Sampai jam berapa?"

"Kelas pagi aja, tapi ada shift sore di kafe. Kenapa?"

Alissa sedikit cemberut. Dia lupa kalau Garash bekerja sebagai barista di Thirtynine.

"Tadinya gue mau ngajak lo nonton film. Tapi film nya Thailand."

"Gue hayu aja paling yang siang. Gak apa-apa?"

"Gue lihat jadwalnya dulu ya."

"Emang mau nonton film apa, Ca?"

Garash menatap Alissa yang sedang melihat-lihat jadwal film yang ingin ditonton. Alissa memperlihatkan film yang ingin ditontonnya pada Garash.

COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang