Coffee Bagian I : 18

101 16 0
                                    

Tok.tok.tok.tok.tok.

Alissa mengerang kesal mendengar suara pintu kamar kosannya diketuk terus-terusan oleh seseorang di luar sana. Tidak bisakah dia menikmati hari minggu dengan tenang. Alissa turun dari tempat tidur. Langkahnya dihentakkan kencang saat menghampiri pintu.

"Apa!" bentak Alissa ketika membuka pintu. Sedetik kemudian tatapan berubah kaget mengetahui siapa yang mengetuk pintunya.

Kedua tangan Alissa bersilang di depan dada sambil menatap kesal orang yang sudah membangunkan tidurnya di hari minggu.

"Lo gabut apa gimana sih ketukin pintu orang kaya kesurupan gitu, Rash."

Orang yang mengetuk pintu kamar kosan Alissa terus-terusan adalah Garash yang sekarang tengah menyengir lebar tanpa dosa.

"Malah nyengir si kehed teh. Sia mau ngapain ke sini?"

Bukannya menjawab, Garash malah nyelonong masuk ke dalam kamar Alissa, lalu membuka lemari bajunya. Alissa sampai melotot kaget melihat Garash membuka lemari baju dan mengeluarkan kaosr berwarna putih.

"Stop! Jangan buka yang itu."

Paham maksud perkataan Alissa, Garash tidak membuka laci kecil dalam lemari. Apalagi saat menoleh, Garash melihat kaget.

"Jangan buka. Itu ada barang privasi gue." Alissa tersenyum kikuk, "Paham, kan."

Garash tersenyum paham, lalu kembali menggerakan tangannya mengambil celana olahraga milik Alissa dan melemparnya ke atas tempat tidur.

"Lo ngapain sih buka lemari baju gue?" Alissa melihat kaos putih dan celana olahraga yang tergeletak di atas tempat tidur, "Terus ngeluarin baju olahraga punya gue."

Alissa menatap Garash. Menunggu penjelasan lelaki yang sudah membangunkannya dan membuka lemarinya tanpa izin.

"Garash!" geram Alissa karena Garash tidak bersuara sama sekali.

Garash mengambil baju yang diambil tadi, menarik tangan Alissa dan menaruh baju tersebut di atas tangan perempuan itu.

"Gue mau ngajak lo ke tempat yang bagus buat nikmatin hari minggu. Kebetulan juga lagi cerah."

Garash membalikkan badan Alissa, mendorongnya sampai masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintunya. Dia tidak peduli dengan Alissa yang memelototi

"Eh bentar!" Alissa menahan Garash yang hendak menutup pintu kamar mandi, "Kasih tahu gue dulu tempatnya sampai gue harus pake baju olahraga gini."

Garash tersenyum, "Nanti gue kasih tahu ya."

"Tunggu!" Alissa kembali menahan Garash yang hendak menutup pintu. Garash memutar bola mata sebal melihat Alissa terus menahannya menutup pintu.

"Apalagi, Alissa?"

"Ambilin pembalut," jawab Alissa menyengir, "Lagi datang tamu bulanan."

Ekspresi Garash berubah datar, "Di mana?"

"Di lemari baju sebelah kiri."

Garash melangkah ke lemari pakaian, membuka pintu sebelah kiri lemari, dan mengambil satu pembalut.

"Satu cukup?"

Aliss menyembulkan kepala dari kamar mandi, "Cukuplah."

"Tangkap."

Garash melempar pembalut tersebut tapi sayangnya meleset. Alissa berdecak sebal sambil mengambil pembalut yang ada di lantai. Matanya menatap kesal lelaki yang menyengir tanpa dosa.

"Ngariwehkeun."

Alissa menutup pintu kamar mandi. Di dalam kamar mandi Alissa menerka-nerka kemana Garash membawanya pergi pagi ini. Kalau melihat pakaian yang ada ditangannya sekarang sepertinya Alissa tahu kemana Garash akan membawanya.

COFFEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang