❝ Pemuda rana Jawa,
Yang untaian takdirnya,
Tertoreh dijumantara Jogja ❞
Perihal aksara yang dirancang semesta,
Untuk anak bersamat nama Hesa,
Dan torehan kisah pelik dari bumi Jogja,
Tentang anak-anak yang penuh luka.
「 Lini masa lalu Jogja 」
「 Lok...
⸙03》Setiap orang punya rasa sakit, bedanya hanya pada banyak dikitnya porsi yang mereka terima ✎... ΉΣƧΛ 1975
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳〔 Magelang 1975 - 〕࿐
Gelapnya malam mulai menyelimuti desa dengan deru angin dingin yang menghiasinya,
Sedangkan Hesa kini tengah berjalan tanpa tujuan, ia tak tau mengapa tungkai ini tak berhenti berlari, terus saja berjalan tanpa ada niatan tuk menepi,
Iya, kini Hesa telah pergi.
Jendela tua dalam gudang sampit itu lah yang kini menjadi alasan kaburnya ia dari tempat itu, meninggalkan segala pahitnya pertentangan masa lalu di tampat itu.
Namun, tiba-tiba saja tirta langit bernama hujan datang. Kini mereka berjatuhan kebumi tanpa permisi, membasahi seluruh isi bumi termasuk Hesa sendiri.
"Bagus sekali duniawi, disaat ibu kini tlah pergi, kamu justru datang menyelimuti. Tangis ku akan redam disini, segala sedih ku juga akan hanyut disini..."
"Aku sama sekali tidak mengerti apa mau mu duniawi?!!, telah ku jalani hidup ini sendiri, sekuat hati, sebisanya tubuh ini. Namun, kenapa?!... kenapa Hesa tidak bisa bahagia!, Hesa masih kecil Tuhan!!... Hesa gak sekuat itu, Hesa butuh ibu... Hesa butuh ayah... Hesa butuh kasih sayang ya Allah!!... HESA BUTUH ITU SEMUA!!!..."
Rasanya jumantara kini tengah bergetar hebat, bukan sebab gemuruh diatas sana namun suara dari telapak mungil yang berpijak didasar tanah. Emosi Hesa meluap begitu saja malam ini, ditengah jalan pedesaan yang amat kumuh itu, lututnya tertekuk dengan kepala yang merunduk. Berharap pada sang Tuhan tuk turunkan sang ibu tepat dihadapan.
***
Tinn...!! tinn...!!
Tinnn...!!!!
Riuhnya bunyi klakson dari pick up, membangunkan Hesa dari tidur lelapnya. Ia kaget bukan kepalang saat manik nya melihat dengan jelas kendaraan berporos enam itu kini tengah berdiri kokoh dihapan.
"Oi!!, minggir nak!!. Jangan nyari mati di tengah jalan begini!" Tegur seorang pria parubaya dari dalam pick up itu.
Mendengar teguran dari sang sopir, Hesa pun sadar dari lamunannya. Ia berdiri dengan baju lusuh dan tubuh kotornya, berjalan kearah sang sopir lalu mengajukan ayat tanya...
"Pak, bapak emang nya mau kemana?" Begitu tanya nya dari jendela dekat si sopir.
"Tuh nganter sayur-sayuran kekota sebelah buat dijual" jawab si sopir seadanya.
"Saya boleh ikut gak, pak?. Soalnya saya mau pergi jauh-jauh dari sini" pinta Hesa dengan sopan, berharap sopir itu mau memberikan tumpangan untuknya.
"Eh, emangnya kamu mau kemana?"
"Kemana aja pak, asal jauh dari sini"
"Kamu ini masih kecil, pulang aja sana orang tua kamu pasti nyariin kamu. Entar ada apa-apa saya juga yang salah"