⸙09 . Disaat Kamu Sendiri

1.4K 314 78
                                    

⸙09》Salah jika kamu tidak membutuhkan orang lain. Disaat kamu sendiri dan terpuruk begini, kamu pasti ingin kembali. Kembali pada sosok rumah bagimu ✎... ΉΣƧΛ 1975

➳〔 Yogyakarta 1981 - 〕࿐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳〔 Yogyakarta 1981 - 〕࿐

Bebarapa hari berlalu sejak keberangkatan Surya ke Bandung, bohong jika Hesa tidak merasa kesepian sejak hari itu dan bohong juga jikalau ia tak merindu kan anak itu.

Menghela nafas sesaat, setelahnya ia mulai mencari kerja. Hingga saat ini ia bahkan belum menemukan pekerjaan tetap, masih banyak orang yang meragukan dia. Beranjak dewasa itu memang sesulit ini kah?

Belum genap melangkah pergi dari pelataran rumah, langkah Hesa sudah dicegat beberapa pria parubaya bertumbuh kekar salah seorang dari mereka berpakaian rapi bak pengusaha kaya, pria itu berjalan mendekat tepat dihadapan Hesa, "bawa semua barang-barang mu dari sana dan pergi sejauh-jauhnya dari sini"

Sempat kaget, tapi Hesa mulai mencerna tentang siapa pria itu, "apa kau anak tertua, nenek?" Hesa bertanya memastikan meski hatinya sudah tau jawabannya.

"Iya, dan kau juga taukan bahwa rumah ini bukan milikmu?" Pertanyaannya bernada singgungan agar Hesa cepat meninggalkan rumah itu.

"Saya tau betul akan hal itu. Hanya saja, anda benar-benar tidak merasa malu dengan perbuatan anda?" Pertanyaan Hesa membuat pria itu memunculkan urat-urat dikepalanya.

Pria itu kemudian sedikit menunduk menyamakan tingginya dengan Hesa, menatap anak itu tajam serta mengintimidasinya, "jangan berdebat dengan ku. Gunakan otakmu lalu cepat pergi dari sini" setelahnya pria itu keambali berdiri tegak membusungkan dada menunjukkan betapa angkuhnya dia.

Hesa mulai berjalan masuk kerumah lalu mengambil beberapa barang-barang berharganya dan memasukkan itu semua kedalam tas yang ia punya. Memang tidak pernah terpikirkan oleh Hesa jika ahli waris dari sang nenek akan datang kesini lalu mengusirnya dipagi buta begini, apa sebenarnya yang pria itu mau dari rumah tua yang hampir roboh ini?

Tidak ada hak untuk Hesa mengatahuinya karna pada dasarnya dia bukan siapa-siapa, lantas jika sudah begini kemana lagi Hesa akan berhindap akan kah ada keajaiban dari Tuhan mengirimkan ia sebuah tempat berteduh yang aman? Atau justru sebaliknya?

***

Pemuda itu berjalan-jalan diantara hiruk pikuknya kendaraan, dengan satu tas dipunggung serta setelan sederhana. Jangan tanya padanya kemana arah tujuannya karna ia sendiri bahkan tidak bisa menjawabnya, satu hal yang ia ketahui bahwa kini semuanya berputar ulang lagi, seperti dulu... kembali hidup sendiri, kembali tinggal sana-sini, kembali kehilangan tujuan hidup ini. Hanya satu yang tidak berubah, pendiriannya.

Sepanjang hari berkeliling, sampai akhirnya ia berfikir bahwa hari ini dia tidak dapat pekerjaan lagi sedangkan uang pada dompet telah menipis, tiap lembar itu habis hanya untuk makan sendiri. Ini benar-benar hal yang sulit baginya bahkan tuk sekedar meneguk minum saja ia harus memperkirakan, apakah sisa air ini dapat diminum lagi saat makan malam nanti. Hingga pada akhirnya tungkai kuat itu berhenti tepat dihadapan pintu Masjid, menyentuh tiap ubin dingin itu seraya memandangi desain indah didalamnya... setelah panjang perjalanan, Tuhan menuntunnya untuk pulang kerumah-Nya memberikan pemuda ini tempat berteduh sementara dan kembali meminta berkah untuk hidup kedepannya. Pemuda itu kembali beribadah ketika Adzan mengetuk gendang telinga.

HESA 1975 | Lee Heeseung ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang