⸙35 . Dia Pergi Seperti Mimpi Saat Fajar

1.1K 162 56
                                    

⸙35》 Bahagia didunia ini tidak mudah, kamu perlu membayarnya. Itulah kenapa kebahagiaan tidak pernah bertahan lama ✎... ΉΣƧΛ 1975

Siapkan lagu sedih favorit mu, kawan!

Kini hari yang benar-benar ditunggu oleh sebagian orang termasuk Hesa dan Karina pun tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini hari yang benar-benar ditunggu oleh sebagian orang termasuk Hesa dan Karina pun tiba. Ini akan jadi hari yang tidak akan mereka lupa kan sepanjang hidup mereka...

Sebuah masjid yang megah telah dirancang untuk menjadi saksi bisu, pengucapan akad nikah yang akan disampaikan langsung oleh Hesa. Kini pemuda rupawan itu tengah duduk, di dampingi Ratna, sang bibi.

Setelah terus-terusan dibujuk oleh Jaya, pada akhirnya sang bibi mau juga datang dan memberikan restunya pada Hesa. Beberapa kerabat jauh Hesa juga datang dan mereka sudah siap, tinggal menunggu mempelai wanita...

Degup jantung Hesa seolah berirama tak karuan, jari-jemarinya bahkan terasa mendingin. Tak dapat dipungkiri dia gugup sekali.

Namun, saat beberapa detik berlalu. Hesa baru menyadari adiknya yang lain belum juga datang saat ini.

"Jaya, kamu tau dimana Jaka dan Restu?" Dia bertanya pada Jaya yang disebelah nya.

Pemuda itu menggeleng, "tidak tau, mungkin saja sedang dalam perjalanan"

"Coba telpon dia" Jaya mengangguk dan menelpon Jaka.

Namun, nihilnya telpon itu tidak diangkat. Membuat mereka bertanya-tanya kemana Jaka serta Restu?...

***

"Mau kemana kamu?" Seorang wanita parubaya kini bertanya pada Jaka dengan tatapan tajam.

Pemuda yang kini sudah berdandan rapi, dengan kemeja batiknya pun menoleh pada sumber suara.

"Ke acara pernikahan kak Hesa lah, kenapa?. Mama mau ikut?" Tanyanya seraya memasang sepatu kulit yang hitam pekat itu.

Mendengar itu membuat sang ayah keluar dari biliknya, menjumpai Jaka di teras rumah. "Kamu tidak boleh pergi" Janar berkata dengan nada ketusnya.

Itu membuat Jaka berdiri dari duduknya setelah memasang sepatunya, "papa tidak punya hak melarang, Jaka. Apa pun alasannya Jaka akan tetap pergi kesana" Dia dengan lantang menentang.

"Papa bilang tidak maka tidak, Jaka!!. Jangan pernah sekali-kali kamu menentang keputusan papa!... Sudah cukup kamu mempermalukan keluarga ini dan papa minta jangan lagi" Jaharagung menaikan nada bicaranya.

"Mempermalukan bagaimana pa?, tidak ada yang mempermalukan kita, kak Hesa bahkan mengundang papa secara khusus waktu itu, tapi papa malah menolaknya mentah-mentah. Jadi, saat ini Jaka harus pergi sebagai perwakilan dari keluarga ini" Dia kembali beranjak pergi.

Itu membuat Janaragung mengepalkan tangan, dia pasti naik pitam. "Sekali kamu melangkah keluar dari rumah ini, kamu bukan lagi anak ku, Jaka Soerdjanar!!" Suara pria itu melengking tanpa ampun.

HESA 1975 | Lee Heeseung ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang