Riuh ramai jalan aspal memantulkan panas terik dari matahari, membuat keringat nggak tanggung tanggung memenuhi wajah tampan Kyungsoo,
Belum juga sampai rumah, Ibunya menelfon agar mau mampir ke pasar membeli kekurangan bahan yang di butuhkan ibunya,
Kyungsoo memang nggak ngerti belanja makanya dia cuma diem, Rose yang bertugas masuk kedalam membeli ini itu pesanan ibunya,
Dari kejauhan Kyungsoo bisa melihat siluet rose yang membawa banyak barang, se-plastik dawet ayu pakai es yang hampir habis dia buang begitu saja ke tempat sampah sebelum mengambil alih kantong belanjaan di tangan Rose,
"Ih mas, beli es nggak nraktir"
"Kamu kelamaan sih, udah puanas haus lagi,,,, udah semua? " Rose mengangguk,
"Kluwek, kacang snerek, daging sapi, kulit melinjo, kayaknya Ibu kamu mau masak sayur brongkos deh,,,, " tebak Rose ya walaupun kelihatannya bener tapi nggak tau juga sih, makanya Kyungsoo cuma diem aja, mana tau dia ibunya mau masak apa, yang penting mateng, enak, kenyang,
"Itu di plastik satu lagi apa? " Rose nyengir lagi, terhitung ini adalah cengiran yang ke 31 per setengah hari ini menurut perhitungan Kyungsoo,
"Getuk, masa ibu kamu mau punya acara aku dateng nggak bawa apa apa sih,, "
"Terserah,, ayo naik"
Perjalanan dari pasar sampai ke rumah Kyungsoo emang nggak cukup jauh, mungkin hanya 10 menit, selagi Kyungsoo memarkirkan motor pitung kesayangannya Rose dengan lincah berjalan ke arah dapur yang memang jika di lihat letaknya di belakang garasi, jadi dari garasi tinggal lurus aja, masuk pintu yang di double tralis buka tutup itu udah dapur,
Sebelum masuk Kyungsoo cuci tangan dulu, setelah merapikan flatshoes Rose yang gadis itu letakkan sembarangan, menurut pengamatan Kyungsoo ukuran sepatunya 38 , terbilang kecil untuk gadis se tinggi 168 cm, tinggian dia sih dikit,
"Kyung,,,bantuin adekmu mindahin sofa sana"
Dengan patuh Kyungsoo pergi, meninggalkan dua wanita yang masih sibuk mengobrol sembari meracik bahan masakan,
Di ruang tamu, Kyungsoo lihat adiknya sudah selesai memindahkan sofa, menggelar tikar dan karpet bulu yang baru di beli ibunya bulan lalu, karena tema arisan yang di inginkan ibunya adalah lesehan, maka dari itu Kyungsoo inisiatif mengambil meja kecil untuk menyusun snack snack nanti,
"Mas ngajakin nenek sihir lagi? "
"Nenek sihir sopo? "
"Mbak Jennie lah, siapa lagi yang judes nya ngelebihin dia? " jawab Yoyo sewot, adeknya ini emang selalu sewot kalo udah ngomongin Jennie,
"Nggak, ngajak Rose"
"Apa? "
"Ngajak Rose! " ulangnya tegas,
"Aku denger, cuma aku kaget,,, kok mas udah sadar sih? Baru aja mau gebet mbak Rose kalau mas nyakitin dia terus"
Kyungsoo diem aja, Yoyo pikir kalau ngomong gitu Kyungsoo bakal cemburu?? Biasa aja!"Mas aku serius, mbak Rose itu kasihan, tiap kesini nggak ketemu sama mas, ngobrol doang sama Ibuk, kadang juga nemenin aku ngerjain tugas, pokoknya D'best banget, nggak kaya yang itu, monopoli! "
"Hus,, nggak boleh ngomongin orang yang jelek jelek,,, udah sana bantuin mbah Jum masukin snack ke kardus"
Kyungsoo heran sama kelakuan adiknya, badan aja yang bongsor tapi kelakuan masih kaya anak-anak, setelah selesai pekerjaan di ruang tamu, Kyungsoo milih pergi ke kamarnya untuk sekedar ganti baju, nggak nyangka kalo dia ketiduran,
Ketiduran selama 30 menit bikin Yoyo ngomel ngomel secara tugas yang seharusnya di kerjain berdua, cuma bisa di kerjain Yoyo doang, untung anak bungsu ganteng ibuk sabar ya,,,
"Heh, mas bantuin nyusun kek, malah clingak clinguk! "
"Rose mana? "
"Tuhh, di luar, nyalamin tamu, yaiyalah perfect, emang nenek sihir yang ketemu gue aja mukanya langsung jutek "
Nggak nanggepin omongan Yoyo yang menurutnya unfaedah, Kyungsoo langsung pergi nyamperin Rose setelah selesai bantuin Yoyo nyusun kardus snack di atas meja,
"Eh mas,,, udah bangun? "
"Kamu pake dress siapa? "
"Punya budhe, waktu masih kuliah, kenapa cantik ya? " ucapnya dengan alis yang naik turun, Kyungsoo akui Rose emang cantik tapi,,,
"Belahannya terlalu tinggi,,,"
"Nggak ah, emang modelnya gini" Kyungsoo pasrah Rose udah pasti ngeyel, kalau di terusin acara keburu mulai,
💐💐💐💐
Setelah rekan arisan ibu Kyungsoo pulang, Rose, Kyungsoo, dan Yoyo baru bisa makan, sedari tadi mereka riweuh mengerjakan ini itu karena memang tamu yang datang banyak, nggak hanya 10 orang,
"Rose maaf ya, baru sempet nawarin makan, pokoknya kamu makan yang banyak ya nduk, cah ayu"
"Iya budhe,,, "
"Buk,,, ibuk buka warung makan aja deh, di jamin laris" cetus Kyungsoo dengan mulut penuh makanan, Yoyo setuju
"Iya buk, lumayan duitnya buat Yoyo liburan ke Cappadocia" sementara Marini, ibu mereka hanya tersenyum kecil,
"Padahal Ibuk nggak masak hari ini, Ibuk cuma bantuin ngracik bahan aja, yang masak Rose"
Keselek, Kyungsoo segera mengambil air mineral gelasan di depannya,,, Yoyo heran sendiri abangnya ini kenapa sih?,
"Ohhh mbak Rose yang masak, D'best lah mbak, udah cantik, baik, pinter masak, bisa otomotif, kaya gini di sia- siain? " Yoyo emang nggak bisa pengertian dikit sama kakaknya, sampai saat ini wajah Kyungsoo masih merah padam,
Kok bisa ya selama ini dia nggak tau Rose pinter masak, mana masakannya rumit rumit begini, sayur Brongkos, mangut lele, perkedel daging, pokoknya yang rumit rumit menurut Kyungsoo,
Sementara Rose yang lagi di omongin diem aja, perasaannya sedikit terusik saat mengingat bahwa Kyungsoo nggak pernah mau makan masakan dia selama ini, terus gunanya dia bangun pagi pagi masak buat dia itu apa coba?
"Multitalenta banget mbak Rose udah suaranya bagus pinter main gitar, mas Kyungsoo mah apa? Nyanyi doang udah gitu suaranya di hidung"
"Yoyo diem bisa nggak?" tegas Kyungsoo, nadanya lebih ke dingin sih, jelas dingin ngelihat raut muka Rose yang nggak mood lagi bikin dia ngerasa aneh,
"Nduk cah ayu, ini nanti di bawa pulang ya, bunda mu kan suka banget sama sayur mangut, oh iya terimakasih udah bantuin" Rose menerima dengan senang bungkusan plastik dari tangan Marini, dan sepertinya Kyungsoo paham kalau Rose udah pengen pulang, udah malem juga,
"Buk, aku bawa mobilnya, Rose pakai rok, nggak bisa naik motor"
"Iya, hati hati bawa Rose nya"
"Budhe, aku pamit dulu nggih, Yoyo, mbok Jum, permisi yaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Runner-up
Fanfiction"Dalam dunia ini aku percaya bahwa pemenang nggak harus ada di urutan nomor satu" "Sampai kapan keyakinan kamu begitu?" "Sampai saatnya aku buktiin kalo kepercayaan aku itu benar"