Part-07 Jangan munafik

334 63 19
                                    

Baca selengkapnya lebih cepat di Karya Karsa cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baca selengkapnya lebih cepat di Karya Karsa cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri


Pagi ini Ocha seperti biasa berangkat bersama dengan Leon, tentu saja hal itu membuat teman-teman yang menyaksikannya menjadi bertanya-tanya tentang hubungan mereka berdua. Katanya tidak pacaran, tapi selalu berangkat dan pulang sekolah boncengan.

Sebelum masuk kelas, Leon nongkrong di koridor bersama teman-temannya seperti biasa. Sementara itu Ocha sudah masuk ke kelas dan sedang bergosip bersama Herman, Bunga, Cindy dan Yayan.

"Bro, lo gimana sih, katanya gak suka sama Ocha? Tapi sikap lo kemarin udah kaya orang yang cemburu buta tahu gak! Padahal kemarin gue niatnya mau anterin Ocha pulang. Terus kenapa pagi ini lo berangkat bareng sama Ocha?" protes Fahri.

"Gue memang gak suka kok sama Ocha, kemarin dia memang sengaja nungguin gue karena biar bisa pulang bareng. Hari ini gue bareng sama Ocha juga karena gue dititipin orangtua Ocha suruh jagain dia." Leon menjawab dengan santainya.

"Bro, gak usah munafik deh, kalau suka tuh bilang!" pekik Fahri lagi masih merasa kesal pada Leon.

"Udah gue bilang, gue gak suka sama Ocha!" ketus Leon.

"Bro, sini gue bilangin sebagai seorang sahabat. Awas, hati-hati, seseorang yang terus menerus berlari mengejar orang yang bahkan tidak pernah berbalik melihatnya sama sekali, kelak dia akan lelah pada waktunya. Dia akan berhenti mengejarmu dan berbalik pergi meninggalkanmu. Jangan terlalu focus berlari sampai lo gak sadar kalau dia udah berhenti ngejar lo sejak lama. Kalau sampai nanti dia bertemu pria baik yang mencintainya, memperlakukan dia dengan baik, maka saat itu kesempatan buat lo dapetin dia lagi udah gak ada. Jangan sampai lo nyesel saat dia udah sama yang lain, jangan sampai lo sadarnya telat. Coba tanyain sama hati terdalam lo, apakah lo bener-bener gak cinta sama dia sedikitpun atau sebenarnya dia perlahan-lahan sudah mulai bertahta di sana." Gio si cowok play boy itu ternyata bisa berbicara bijak juga

"Bener apa kata Gio, gue gak masalah kalau memang ternyata lo suka juga sama Ocha. Asalkan lo jujur, gue cuma gak tega liat cewek sebaik Ocha disia-siain sejak dulu. Kalau lo emang suka sama dia, mending jujur, perlakukan dia dengan baik mulai sekarang. Jangan sampai lo nyesel setelah dia pada akhirnya merasa lelah dan pergi bersama lelaki yang bisa menghargainya." Fahri juga ikut menasehati Leon, tapi sayangnya Leon hanya diam saja sejak tadi. Sampai akhirnya bel masuk berbunyi, mereka bergegas masuk ke kelas.

***

Sepulang dari sekolah, seperti hari sebelumnya Ocha nebeng Leon. Tapi kali ini Leon membawanya mampir ke sebuah toko buku. Leon yang ingin membeli beberapa buku pelajaran dan bisnis. Sementara itu Ocha pergi ke bagian rak yang berisi novel-novel dari beberapa genre. Ada novel percintaan remaja, novel mature romance, novel islami, novel fantasy, novel horror, novel action dan masih banyak lagi. Tapi yang mendominasi di sana adalah novel percintaan romantis, seketika Ocha mencari-cari novel romantis yang ingin ia beli. Pertama jelas dia melihat cover dan judulnya, lalu dia membaca blurb di belakang buku, dan kalau suka maka Ocha akan membawanya ke kasir untuk dibeli.

"Yuk, balik!" ajak Leon setelah ia selesai membayar buku-buku miliknya.

"Leon, lihat deh, Ocha beli novel cinta-cintaan." Ocha nampak memamerkan dua novel yang dibelinya tadi.

"Sesekali baca buku yang bermanfaat kenapa sih, biar otak lo gak dodol-dodol banget!" cibir Leon membuat Ocha mendengus tak suka.

"Ocha kan gak bodoh-bodoh banget, nyatanya Ocha peringkatnya masih masuk sepuluh besar di kelas. Harusnya tuh Leon yang sesekali baca novel buat hiburan, biar gak tegang dan marah-marah terus. Hidup itu harus seimbang antara pelajaran, cinta, hiburan, dan kesenangan, biar gak stress." Ocha tidak mau kalah, dia justru membalas perkataan Leon.

"Sudahlah, ayo pulang!" ajak Leon.

"Leon, kita mampir makan dulu di mana gitu, Ocha laper. Lagian tante Ara sama om Liam kayanya mau pergi ke rumahnya om Damian sama tante Liana!" pinta Ocha.

"Beli makannya dibungkus aja, lo mau makan apa?" tanya Leon.

"Pengin makan sate!" pekik Ocha riang.

"Ya, udah, nanti kita mampir ke sate yang deket gang mangga, soalnya katanya di sana enak." Leon dan Ocha pun pergi untuk membeli sate, baru kemudian mereka pulang dan memakan satenya di rumah.

***

Malam ini Leon mendapat kabar kalau mama dan papanya akan menginap di rumah omnya yang bernama Damian. Sementara itu tukang masak di rumah mereka sudah dua hari pulang kampung.

"Cha!" Leon menggedor pintu kamar Ocha yang tepat berada di sebelahnya.

Ocha yang tengah asyik membaca novel yang dibelinya saat di toko buku bersama Leon siang tadi pun segera membukakan pintu kamarnya.

"Ya, Leon, ada apa?" tanya Ocha

"Mama sama papaku mau nginep di rumah om Damian, bibi yang biasanya masak di rumah ini juga sedang pulang kampung. Lo mau makan malam di luar gak? Kebetulan gue laper!" ajak Leon membuat Ocha senang bukan main.

"Kita dinner? Kencan? Makan malem bareng? Huaaa ... Ocha seneng banget! Tungguin bentar Ocha mau ganti baju dulu!" pekik Ocha antusias tanpa bisa disela, dia langsung menutup pintu kamarnya membuat Leon melongo.

"Ini makan malem doang kali, bukan kencan, Cha!" pekik Leon namun sama sekali tidak didengarkan oleh Ocha karena dia sibuk memilih baju yang akan ia pakai. Tidak lupa dia berdandan sedikit dan memakai parfume kesayangannya.

Leon menunggu cukup lama di depan kamar Ocha, beberapa kali dia sudah menggedornya agar Ocha cepat. Tapi Ocha hanya menjawab katanya sebentar lagi, namun pada kenyataannya masih lama.

"Cha, buruan, gue tinggal nih, lama banget sih lo!" Leon kembali menggedor pintu kamar Ocha.

"Iya, bentar!" jawab Ocha dari dalam kamarnya, tidak lama kemudian dia keluar dengan gaun selutut berwarna army dengan rambut digerai rapi yang diselipkan jepit rambut berwarna senada dengan gaunnya. Dia juga memakai sepatu flat berwarna senada, dan tas selempang berwarna hitam.

"Astaga, Ocha! Gue nungguin lo dari tadi sampai lumutan, tapi lo malah asyik dandan. Woy, kita cuma mau pergi cari makan, bukan mau kondangan!" kesal Leon.

"Maaf deh, habisnya Ocha seneng banget bisa makan malam di luar berdua sama Leon. Jadi rasanya deg-degan kaya mau kencan, maaf udah buat Leon nunggu lama," ujar Ocha.

"Ya udah, buruan kita berangkat, lo mau makan di mana?" tanya Leon

"Serius Leon mau Ocha yang milih tempatnya?" Ocha malah balik bertanya karena dia merasa tidak percaya belakangan ini sikap Leon jauh lebih baik disbanding sebelum-sebelumnya.

"Hmm." Leon hanya menjawab singkat.

"Kita makan di restoran ramen yang baru buka dong, kata Bunga ramen di sana enak. Ocha pengin coba juga, selain ramen, di sana juga jual berbagai macam makanan ala korea lainnya loh!" ujar Ocha antusias merekomendasikan tempat favoritnya.

"Nanti lo yang ngasih tunjuk jalannya." Leon kali ini membawa mobil mengingat Ocha sudah berdandan sedemikian rupa membuatnya tidak tega kalau dandanan Ocha harus berantakan.

Sepanjang jalan Ocha tidak ada henti-hentinya tersenyum, dia tetap menganggap kalau ini adalah kencan dengan Leon. Sesampainya di sana mereka langsung turun dan memesan makanan.

Copyright Wihelmina Miladi 07 Februari 2022

LEOCHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang