Cerita ini sudah tamat di Karya Karsa, cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri
Sambil menunggu pesanan mereka dibuatkan, Leon sejak tadi sibuk bermain ponselnya. Rupanya dia sedang chating digrup WA yang diisi oleh sahabat-sahabat dekat Leon. Sementara itu Ocha sejak tadi sibuk selfie serta memfoto Leon yang berada di depannya untuk ia jadikan story. Biasalah, dia kan ingin pamer kalau dia sedang makan malam bersama Leon. Alhasil saat dia mengunggah itu distory WA-nya, ponsel Ocha langsung dibanjiri chat dari teman-temannya yang heboh. Seketika Ocha mematikan ponselnya, tapi ia tidak henti-hentinya tersenyum.
"Jangan senyam-senyum sendiri kaya orang gila gitu dong!" protes Leon yang tidak sengaja melihat Ocha saat dia menaruh ponselnya di meja.
"Leon, Ocha udah selesai baca novel yang tadi siang dibeli pas bareng sama Leon." Ocha mulai curhat.
"Terus?" dengan malas Leon menanggapi karena ponselnya mulai kehabisan baterai akibat lupa dicas.
"Ceritanya tentang benci jadi cinta gitu, tapi pada akhirnya mereka happy ending. Pokoknya ceritanya lucu, gemes, romantis meski ada bagian sedihnya juga, Ocha seneng banget bacanya. Kira-kira kisah kita bisa kaya gitu juga gak ya?" ujar Ocha menceritakan apa yang ia baca dengan antusias.
"Emang kita saling benci?" tanya Leon
"Enggak sih, kalo Ocha kan cinta banget sama Leon, tapi kan Leon benci sama Ocha!" jawab Ocha dengan santainya.
"Siapa yang bilang kalau gue benci sama lo?" protes Leon.
"Ya, gak ada yang bilang. Cuma Leon selalu marah-marah sama Ocha, selalu males dideketin sama Ocha, selalu bilang risih kalau dideketin sama Ocha." Gadis itu mengungkapkan isi pikirannya tentang Leon.
"Tapi itu bukan berarti gue benci sama lo, kan? Gue cuma risih aja sama sikap lo yang bising, tapi itu bukan berarti gue benci sama lo. Gue sejak dulu menyukai ketenangan, jadi gue ngerasa keganggu sama kebisingan lo yang selalu merusak ketenangan gue." Leon menjelaskan bahwa dia tidak membenci Ocha sama sekali, tentu saja hal itu membuat Ocha senang bukan main.
"Ocha seneng, ternyata Leon gak benci sama Ocha. Semoga nanti Leon bisa bales perasaannya Ocha, ya!" pekik Ocha penuh harap.
"Kalau soal itu gue gak bisa jamin, soalnya ini menyangkut perasaan. Cha, cinta itu gak bisa dipaksa, lo gak bisa memaksa seseorang buat cinta sama lo!" ujar Leon.
"Justru itu, ini soal perasaan, jadi gak menutup kemungkinan kalau suatu saat nanti perasaan Leon berubah dan berbalik mencintai Ocha. Kalau kata papanya Ocha, gak ada yang mustahil di dunia ini, cinta bisa hadir karena terbiasa. Kalau nanti Leon sudah terbiasa dengan Ocha, gak menutup kemungkinan kalau Leon bakalan cinta sama Ocha. Dulu papa Brandon juga selalu ditolak sama mama Sonya selama bertahun-tahun, tapi papa pantang menyerah hingga pada akhirnya mama jatuh cinta tuh sama papa dan bahkan pernikahan mereka langgeng sampai sekarang." Ocha memiliki motivasi ingin setangguh papanya dalam memperjuangkan cinta.
"Permisi, pesanannya sudah siap," ujar seorang pelayan yang datang membawakan dua mangkuk ramen, dua gelas minuman, serta desert manis pesanan mereka.
"Udah buruan makan, habis itu kita langsung pulang, gue mau mabar sama temen-temen." Leon menyuruh Ocha untuk cepat memakan makanannya.
Mereka memakan makanannya, sampai akhirnya selesai juga mereka makan. Leon membayar tagihan untuk dirinya dan Ocha. Pada saat mereka berdiri untuk bersiap ke luar restoran, secara tidak sengaja Ocha melihat Heni datang bersama dua orang temannya.
"Ocha, Leon!" pekik Heni kaget saat melihat Ocha dan Leon berada di sana.
"Hay, Heni dan kawan-kawannya. Kalian mau makan di sini juga? Ramennya enak loh, kebetulan tadi Ocha sama Leon baru selesai makan ramen. Kita pamit pulang duluan, selamat malam!" ujar Ocha dengan hati yang bangga sekali melihat Heni dan ketiga temannya menganga, dari pancaran mata Heni terlihat kebencian, amarah, serta rasa iri pada Ocha.
Ocha sengaja menggandeng lengan Leon untuk semakin memanasi Heni dan teman-temannya, untung saja saat itu Leon tidak menolak sama sekali. Ocha berjalan pergi meninggalkan Heni dengan rasa percaya diri yang dibalut sedikit kesombongan dalam dirinya.
Leon hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja melihat tingkah Ocha yang ada-ada saja. Sesampainya di parkiran, Leon berhenti tepat di depan mobilnya, hal itu membuat Ocha mengernyitkan alisnya sembari bertanya-tanya di dalam hati.
"Mau sampai kapan gandenganya? Emangnya kita mau nyebrang, pakai gandengan segala? Gimana mau masuk mobil kalau digandeng terus kaya gini!" sindir Leon membuat Ocha refleks melepaskan tangannya sambil cengengesan.
"Hihi, maaf, Leon!" pekik Ocha, kemudian mereka masuk ke dalam mobil untuk pulang.
***
Tidak terasa waktu semakin cepat berlalu, kini orangtua Ocha sudah kembali ke Jakarta. Mereka menjemput Ocha untuk ikut pulang ke rumah, sejujurnya Ocha enggan. Dia masih ingin tinggal di rumah Leon agar bisa semakin dekat dengan pria itu.
"Mah, Pah, emangnya urusannya udah kelar? Gak mau nambah sebulan lagi di sana? Buat liburan misalnya." Ocha membuat Sonya menjewernya.
"Aduh, sakit, Ma!" protes Ocha.
"Kesenengan banget kamu ditinggal sama mama dan papa!" kesal Sonya.
"Ya, habisnya Ocha masih betah tinggal di rumah Leon," jawab Ocha dengan jujur membuat Liam dan Ara sontak tertawa.
"Kalau kamu mau tinggal di sini lagi juga gapapa kok, Ocha!" ujar Ara sambil tersenyum.
"Emang boleh, Tante?" tanya Ocha dengan mata berbinar.
"Boleh dong, tante malah seneng kalau ada Ocha, jadinya rumah gak sepi-sepi banget!" jawab Ara.
"Tapi mama sama papa yang gak ijinin, kamu itu jangan nyontoh papamu dong, Ocha. Jangan buat mama malu, kasihan Leon pasti risih digangguin sama kamu terus. Kalau kamu gak nurut sama mama, liat aja, uang jajan dan segala fasilitas kamu akan mama sita!" ancam Sonya membuat putrinya kicep.
"Astaga, Sonya, jangan galak-galak gitu dong sama Ocha. Lagian Leon juga gapapa kok, Ocha itu anak yang ceria dan baik," ujar Ara.
"Duh, maaf ya, sebulan ini udah merepotkan kalian, kalau begitu kami pamit pulang dulu." sonya meminta maaf pada keluarga Leon karena telah merepotkan dengan menitipkan Ocha menginap.
"Terimakasih banyak sudah mau menjaga Ocha selama sebulan ini." Brandon tidak lupa mengucapkan terimakasih pada keluarga Leon.
"Santai aja, kita kan teman!" pekik Liam.
"Om, Tante, Leon, makasih udah baik banget mau nampung Ocha. Kalau begitu Ocha pamit pulang dulu, kapan-kapan Ocha main ke sini lagi, jangan bosen ya!" pekik Ocha berpamitan.
"Iya, Sayang, tante seneng banget kalau ada Ocha, sering-sering main ke sini," ujar Ara membuat Ocha tersenyum senang.
Akhirnya Ocha pulang ke rumah bersama orang tuanya, Ara merasa rumahnya jadi lebih sepi karena selama ini dia sudah terbiasa dengan kehadiran Ocha yang memberikan warna tersendiri di rumah yang sepi ini. Sedikit banyak Leon merasakan perbedaan, kini rumahnya sudah jauh lebih tenang. Namun, dia merasa ada perasaan seperti rasa sepi sedikit yang kemudian dia tepis. Mungkin itu karena sebulan ini Leon sudah terbiasa dengan kebisingan yang Ocha buat, jadi saat Ocha pergi rasanya seperti rumah menjadi sepi kembali.
Setelah kepulangan Ocha ke rumahnya, kini Ocha tidak pernah lagi berangkat atau pulang sekolah bersama Leon lagi. Tentu saja Ocha sedih karena hal itu, dia pernah meminta Leon menjemputnya atau mengantarnya pulang, tapi Leon tidak pernah mau. Belum lagi ejekan dari Heni dan teman-temannya, mereka begitu puas melihat Ocha tidak berangkat atau pulang sekolah bersama Leon lagi.
Copyright © Wihelmina Miladi 08 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
LEOCHA
RomanceFollow sebelum baca! Ocha mencintai Leon sejak mereka masih kecil, gadis manja yang selalu mendapatkan semua keinginannya sejak kecil itu pantang menyerah dalam memperjuangkan cinta pertamanya. Walau penolakan dari Leon sudah tidak bisa dihitung lag...