Sudah tamat di Karya Karsa Wihelmina Miladi
Siang ini jam istirahat tiba, para murid berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Begitu pula dengan Ocha, dia tetap bersemangat pergi ke kantin meski harus dipapah oleh Zaky dan Bunga. Ocha duduk di meja tempat dia akan makan bersama teman-temannya yaitu Mia, Herman, Bunga, Nunik, Zaky, dan Tino.
Zaky mengantri ketoprak pesanan Ocha, saat Ocha sedang sendirian tanpa sengaja ia mendengar beberapa teman dari kelas sebelah bergosip.
"Si Heni and the geng kok tega banget sih, udah jahatin orang malah mengkambing hitamkan orang lain."
"Iya, rasain tuh mereka diskors selama dua hari, jahat banget sih ngunciin anak kelas sebelah di gudang. Mana katanya dia malah nuduh Ocha yang suka sama Leon itu, jadinya Ocha sempat dimusuhi teman-teman sekelasnya."
Ocha tercengang mendengar gossip yang beredar dengan cepat, rupanya Heni dan teman-temannya sudah mendapatkan hukuman atas perbuatan mereka. Ocha senang karena pada akhirnya semua terungkap, tapi dia tidak menyesali kejadian kemarin sama sekali. Dia malah bersyukur atas kejadian kemarin sehingga Ocha bisa sadar siapa teman sejati dan bukan, bahkan Ocha jadi sadar akan perasaannya yang salah selama ini. Banyak hikmah yang bisa Ocha ambil dari kejadian kemarin.
"Ocha, ini ketoprak, chiki, jus jeruk, dan air mineral kamu. Tinggal nunggu yang lain nih, kamu ada lagi yang mau dipesan?" tanya Zaky
"Udah, Zaky, segini aja. Makasih banyak udah mau direpotin terus menerus sama Ocha." Ocha terharu memiliki teman sebaik Zaky.
"Sama-sama, antar teman gak boleh sungkan." Zaky tidak merasa direpotkan sama sekali karena pada dasarnya dia memang orang yang baik.
Leon yang kini tengah duduk di meja lain yang tidak jauh dengan meja Ocha dan teman-temannya pun sedikit banyak curi-curi pandang ke arah gadis itu. Entah mengapa tiba-tiba saja Leon merasa sunyi, dia merasa seperti ada yang hilang. Biasanya disaat istirahat seperti ini Ocha pasti akan menempel padanya, tapi kini Ocha benar-benar berubah. Dia sama sekali tidak mendekati Leon lagi, malah terkesan menjauh.
"Bro, si Ocha beneran udah move on kali, ya! Biasanya kalau istirahat gini dia selalu buntutin Leon makan. Bahkan gue sam Gio kadang jadi gak enak kalau mau ganggu, jadinya kalian sering-seringnya makan siang berdua. Tapi kenapa sekarang dia cuek banget. Sejak tadi pagi dia sama sekali gak ngedeketin atau ngintilin lo lagi." Fahri merasa aneh dengan perbedaan Ocha.
"Udah jelas kan, Bro, sekarang Ocha udah lelah ngejar Leon. Bayangin aja dia sejak kecil terus-terusan mencintai dan mengejar Leon, tapi yang selalu dia dapat malah omelan dan keketusan Leon padanya. Siapapun pasti lelah kalau jadi Ocha, dia bisa bertahan sampai sejauh ini bener-bener patut mendapatkan penghargaan." Gio terlihat manggut-manggut bangga.
"Kalau dia udah move on, bagus dong, yah, gue jadi ada kesempatan buat deketin dia." Fahri tersenyum senang.
"Kayanya lo nyerah aja deh, Bro. Lo gak lihat Ocha sekarang lagi deket sama Zaky. Kalau dari gossip yang gue denger sih, saat semua orang marah sama Ocha, ragu dan gak membela dia. Tapi Zaky yang padahal baru deket belum lama bisa yakin banget kalau bukan Ocha pelakunya. Bahkan mereka sampai kesasar di hutan bareng. Kayanya memang Zaky pria yang tepat untuk Ocha, dia bisa menghargai dan memperlakukan Ocha dengan sangat baik." Gio sedikit banyak tahu tentang Zaky karena lelaki itu merupakan sahabat dari pacarnya.
Brakkk....
Siapa sangka Leon menggebrak mejanya sampai beberapa siswa lain menoleh ke arah mereka.
"Gue kenyang, gue mau cabut ke perpus!" ujar Leon datar, kemudian pergi meninggalkan teman-temannya.
"Cha, kok tumben hari ini lo gak deketin Leon?" tanya Tino
"Gaes, mulai sekarang Ocha udah move on dari Leon. Ocha gak akan gangguin Leon lagi atau marahin cewek-cewek yang deketin Leon. Ocha udah sadar kalau selama ini Ocha salah telah memaksakan sesuatu yang pada akhirnya melukai orang lain, bahkan melukai diri Ocha sendiri." Ocha menjelaskan pada teman-temannya kalau saat ini dia sudah move on dari Leon.
"Alhamdulilah temen gue sadar juga!" Herman sampai berkaca-kaca membuat teman-temannya legi sendiri.
"Gue seneng banget dengernya, Cha. Lo pasti nanti dapetin cowok baik yang bisa menghargai dan memperlakukan lo dengan baik," ujar Bunga penuh harap.
Dengan cepat desas-desus tentang Ocha yang sudah move on dari Leon pun tersebar. Para adik kelas dan fans seangkatan Leon begitu senang mendengarnya. Mereka akhirnya kehilangan satu saingat yang menurut mereka begitu berat karena selalu mengikuti Leon ke manapun.
***
Di rumah Leon malam ini.
"Leon, kita mau makan malam di rumah Ocha. Mama sama papa sekalian mau nengokin Ocha karena katanya kakinya lagi sakit. Kamu buruan ganti baju sana!" Ara menyuruh putra semata wayangnua untuk bersiap.
"Oke, Mah, aku ganti baju dulu." Leon langsung bergegas ke kamarnya untuk ganti baju.
Pada akhirnya Leon pergi ke rumah Ocha bersama orang tuanya. Sayangnya, sesampainya mereka di sana, ternyata Ocha sedang tidak ada karena belum pulang sejak sore tadi.
"Brandon, Sonya, aku dengar Ocha kakinya sakit? Ini kami bawakan cemilan kesukaan Ocha." Ara menyerahkan bingkisan berupa jajanan untuk Ocha.
"Makasih banyak, Ara. Tapi Ochanya belum pulang, dia tadi siang sih udah pulang buat mandi dan ganti baju, tapi terus pergi lagi dijemput temannya yang bernama Zaky. Soalnya dia mau nemenin Ocha ngurut kakinya di tempat tukang urut yang katanya cepet nyembuhin semacam terkilir, patah tulang, dan sebagainya." Sonya menjelaskan tentang putrinya yang belum pulang.
Seketika Leon menegang saat mendengar Ocha sedang pergi bersama Zaky. Perasaan marah dan tidak rela kembali bersarang di dalam dadanya, sesak sekali.
'Astaga, gue kenapa sih? Kenapa perasaan gue aneh begini? Rasanya gak rela melihat Ocha deket sama cowok lain. Rasanya sepi gak ada Ocha yang bising dan mengacau, gue kira dengan Ocha menjauh membuat hidup gue jadi tenang dan damai. Tapi nyatanya gak begitu, gue merasa ada yang kurang saat Ocha gak ada. Apa ini hanya sebatas perasaan kaget karena sudah sejak dulu selalu direcokin Ocha dan sekarang dia berhenti. Atau jangan-jangan Ocha perlahan-lahan tanpa gue sadari udah bertahta di hati gue?' Leon terlarut dalam gejolak batinnya.
"Oh, gitu, semoga kakinya Ocha cepet sembuh deh. Kangen sama keceriaan Ocha, dia udah gak pernah main ke rumah. Kemarin aja saat teman-teman Leon latihan drama di rumah, Ochanya gak ikut. Sayang banget mereka gak satu kelompok, padahal kayanya lucu kalau Ocha yang jadi Cinderella dan Leon jadi pangerannya." Ara membayangkannya saja sudah gemas, dia rindu saat-saat rumah ramai karena adanya Ocha yang menginap satu bulan kala itu.
"Dia hanya terkilir biasa kok, paling bentar lagi sembuh. Duh, gue malah jadi gak enak ngerepotin kalian yang dateng bawa jajanan dan buah-buahan untuk Ocha!" ujar Sonya.
"Santai aja, Ocha kan udah kami anggap bagian dari keluarga."
Mereka terus mengobrol di ruang tamu, sementara kedua ayah malah sibuk bermain kartu. Leon hanya bisa bermain ponsel sambil sesekali mencuri pandang ke pintu masuk, siapa tahu Ocha pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEOCHA
RomanceFollow sebelum baca! Ocha mencintai Leon sejak mereka masih kecil, gadis manja yang selalu mendapatkan semua keinginannya sejak kecil itu pantang menyerah dalam memperjuangkan cinta pertamanya. Walau penolakan dari Leon sudah tidak bisa dihitung lag...