Cerita ini sudah tamat di Karya Karsa: Wihelmina Miladi
"Cha, lo masih marah sama gue?" tanya Leon pahit.
"Enggak, sumpah, Ocha gak marah sama Leon. Hanya saja sekarang Ocha baru sadar tentang hal ini. Anggap saja tiba-tiba hidayah muncul dan membuka mata hati Ocha." Dengan santainya Ocha menjawab.
"Sekarang Ocha udah sadar kalau cinta gak bisa dipaksakan terlepas mau sekuat apapun Ocha berusaha. Tidak semua cinta bisa hadir karena terbiasa, sekarang Ocha sadar kalau cinta itu memerlukan timbal balik, tidak selalu memberi saja tanpa menerima. Cinta satu arah itu menyakitkan, sekarang Ocha sadar kalau tindakan Ocha selama ini salah. Selain menyakiti diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Maaf, tanpa sadar Ocha sudah menyakiti dan membuat Leon tidak nyaman selama ini." Ocha menghela napasnya sejenak.
"Sekarang Ocha sadar kalau Ocha juga pantas mendapatkan cinta, Ocha pantas mendapatkan laki-laki yang mencintai dan menghargai Ocha. Merelakan memang pada awalnya sulit, tapi Ocha akan melakukannya karena nanti lama kelamaan juga akan biasa. Mulai sekarang Ocha gak akan menggangu Leon, gak akan mengejar Leon, gak akan cemburu atau marah sama siapapun yang deket sama Leon. Ocha juga gak akan mengikuti Leon lagi, kalau nanti Leon memilih kuliah disuatu tempat, maka Ocha gak akan kuliah di sana. Ocha benar-benar akan menjauh dari Leon." Perkataan Ocha terdengar begitu menyakitkan Leon, ada rasa marah, ada rasa sakit, dan juga rasa tak rela dalam hati Leon.
"Itu artinya lo marah sama gue sampai-sampai lo gak mau kuliah di tempat gue kuliah nanti. Lo gak perlu segitunya, Cha, kita itu sudah saling mengenal sejak kecil." Leon memprotes rencana Ocha.
"Leon, kalau mau move on kan gak boleh setengah-setengah, kita memang masih tetap menjadi teman. Hanya saja tetap ada jarak untuk kebaikan hati Ocha, tapi itu bukan berarti Ocha marah sama Leon." Ocha berusaha menjelaskan.
Suasana mendadak hening, Leon sudah tidak menyentuh makanannya lagi. Entah mengapa rasanya pahit, Leon jadi kehilangan selera makan gara-gara mendengar penuturan Ocha. Sementara Ocha tetap lahap menghabiskan makanannya, karena dia kelaparan.
***
Pagi ini Ocha turun dengan tertatih untuk sarapan bersama mama dan papanya. Dia dibantu oleh bibi yang sudah bekerja dengan keluarganya cukup lama. Saat kemarin Ocha pulang dengan keadaan kakinya terkilir, Brandon begitu panik. Dia memaksa untuk pergi menggedor pintu dokter tulang atau tukang urut, padahal saat itu sudah sangat larut malam karena jadwal mereka melenceng akibat mencari Ocha dan Zaky di hutan. Tentu saja Ocha dan Sonya menolaknya, apalagi kondisi Ocha yang begitu lelah. Dia ingin mandi lalu tidur untuk mengistirahatkan fisik, mental, dan hatinya yang begitu lelah.
"Cha, hari ini kamu ijin libur aja sih. Kita pergi ke dokter tulang buat memeriksakan kakimu. Kalau patah gimana? Atau mungkin ada luka dalam gimana? Pokoknya kamu harus rontgen dan gak CT scan." Brandon memang sejak dulu selalu berlebihan jika menyangkut anak dan istrinya karena dia begitu menyayangi keluarganya.
"Gak usah, Pah. Ocha cuma terkilir biasa aja kok, gak separah itu. Lagi pula nanti Ocha mau pergi ke tukang urut sama temennya Ocha." Ocha menolak dengan sopan.
"Tapi—"
"Sudahlah, Sayang, yang penting anak kita baik-baik saja dan mendapatkan penanganan." Sonya menengahi, kalau tidak pasti nanti urusannya jadi panjang.
"Ya, sudah, kita sarapan dulu." Mereka bertiga menghabiskan sarapan bersama, Brandon sudah bersiap ingin mengantar putrinya sekolah sekaligus berangkat ke kantor. Tapi tidak disangka, tiba-tiba saja Zaky datang menjemput Ocha. Dia bisa tahu alamat rumah Ocha karena pernah satu kali mengantarnya saat mereka sibuk latihan dan mempersiapkan drama.
"Selamat pagi, Om, Tante, Ocha. Perkenalkan saya Zaky, teman sekelasnya Ocha. Saya datang untuk menjemput Ocha, nanti saya juga mau minta ijin ingin membawa Ocha ke tukang urut." Zaky dengan sopan menyalami kedua orangtua Ocha dan memperkenalkan dirinya. Dia bahkan dengan gentle meminta ijin pada orang tua Ocha untuk membawa putri mereka menyembuhkan kakinya.
"Zaky, Om titip Ocha, ya!" ujar Brandon.
"Baik, Om, kalau begitu kami pamit berangkat sekolah dulu." Tidak lupa Zaky kembali bersalaman untuk pamit, Ocha juga menyalami orangtuanya untuk berpamitan. Kemudian Zaky memapah Ocha masuk ke mobilnya, lalu dia menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Ocha.
***
"Leon, lihat tuh, si Ocha kok berangkat bareng sama Zaky? Mana dituntun gitu lagi, mereka pacaran?" tanya Fahri
Saat ini Leon, Gio, dan Fahri sedang berada di parkiran sekolah. Mereka tidak sengaja melihat Ocha ke luar dari mobil Zaky. Belum lagi Zaky memapah Ocha untuk berjalan karena kakinya sakit. Fahri yang suka pada Ocha merasa patah hati, dia menyangka kalau Ocha ada hubungan special dengan Zaky.
"Tuh, kan, pada akhirnya Ocha menemukan cowok baik yang jauh lebih bisa menghargainya. Gue tahu si Zaky, dia temennya pacar gue, anaknya baik banget sih dan menghargai wanita banget." Gio mendukung saja kalau seandainya Zaky dan Ocha berpacaran.
Seketika hati Leon menjadi panas melihat kedekatan mereka. Memang benar, kadang saat seseorang berhenti mengejar dan pada akhirnya membuka hati atau dekat dengan yang lain. Pada akhirnya sosok yang dikejar akan merasa kehilangan, atau tak jarang juga dia baru menyadari perasaannya yang sebenarnya.
Leon langsung menghampiri Ocha yang sedang dipapah oleh Zaky, dia juga merasa khawatir pada kaki Ocha yang cedera.
"Cha, kaki lo gimana?" tanya Leon
"Eh, Leon, kaki Ocha masih sakit. Tapi nanti sepulang sekolah Ocha mau pergi ke tukang urut bareng Zaky. Untung tadi Zaky jemput Ocha ke rumah, jadinya ada yang bantuin mapah Ocha sampai ke kelas." Ocha menjelaskan tanpa terlewat.
"Cha, mau gua aja yang anter? Maksud gue, ini semua terjadi kan karena gue yang berkata kasar sama lo waktu itu. Anggap aja ini sebagai penebusan kesalahan gue saat gak percaya sama lo dan gak ngebiarin lo ngejelasin." Leon mencari alasan, padahal yang sebenarnya dia ingin bersama Ocha. Dia kesal melihat Ocha dekat dengan pria lain.
'Apa jangan-jangan gue suka sama Ocha? Apa ini yang namanya cemburu? Mungkin ini yang Ocha rasakan kalau melihat gue deket sama cewek lain.' Batin Leon masih belum yakin sepenuhnya mengenai apakah perasaannya pada Ocha adalah cinta atau bukan.
"Gak usah, Leon, biar Ocha pergi sama Zaky aja. Kan kemarin Ocha udah bilang kalau ini semua bukan salah Leon, jadi gak perlu merasa bersalah. Lagi pula Ocha kan udah bilang pengin jauhin Leon karena Ocha sudah memutuskan untuk move on. Kalau begitu, Ocha duluan masuk kelas, permisi." Ocha memberikan isyarat pada Zaky untuk pergi meninggalkan Leon.
Kedua teman Leon yang menyaksikan hal tadi pun sontak kaget, mereka langsung berlari menghampiri Leon.
"Bro, apaan tadi barusan? Ocha beneran pacaran sama Zaky?" tanya Gio penasaran.
"Gila, gue potek nih!" pekik Fahri.
"Udah lah, gue mau masuk kelas!" ujar Leon menahan perasaan campur aduk dalam hatinya karena perkataan Ocha barusan yang seakan merusak moodnya dipagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEOCHA
RomanceFollow sebelum baca! Ocha mencintai Leon sejak mereka masih kecil, gadis manja yang selalu mendapatkan semua keinginannya sejak kecil itu pantang menyerah dalam memperjuangkan cinta pertamanya. Walau penolakan dari Leon sudah tidak bisa dihitung lag...