~HAPPY READING~
Seharian Penuh Ini Berhasil Fajri Lewati Tanpa Mendengar Sedikit Suara Halus Dan Lembut Thalia. Gadis Itu Kemarin Sudah Berpamitan Pergi Pada Mereka.Sekarang Tinggal Lah Ia Sendiri. Ia Mungkin Tak Akan Bertemu Thalia Selama 2 Tahun Kedepan. Kecuali Thalia Yang Ke Jakarta, Atau Mereka Ke Bogor.
Rasa Kangen Itu Selalu Datang Menghampiri Fajri. Ada Apa Dengan Hatinya? Mengapa Hati Nya Terasa Dingin Ketika Ia Tak Lagi Bertemu Thalia?
Rasanya Memang Lebay, Namun Percayalah Sesakit Itu Jika Sehari Saja Tak Bertemu Orang Yang 'Mungkin Kita Sayang.
"Di Kamar Mulu Ji, Nggak Keluar?" Tanya Fenly Yang Sedari Tadi Siang Melihat Fajri Terus Terusan Di Kamarnya.
"Ngusir?" Tanya Sinis Fajri.
"Ck! Bukan. Maksudnya Kamu Ngga Mau Keluar Gitu? Jalan Jalan Atau Ke Supermarket Jajan? Atau Apa Kek?" Tawar Fenly.
"Nggak." Singkat Fajri Menjawab.
"Kenapa Sih? Dari Kemarin Kayak Nggak Punya Semangat Hidup." Gerutu Fenly Saat Melihat Wajah Murung Fajri.
"Gapapa."
"Gapapa Kok Murung Gitu?" Balas Nya.
"Nggak Murung." Jawab Fajri Sedikit Kesal Dengan Kakaknya Yang Dari Tadi Terus Saja Berbicara.
"Yaudah Serah. Yang Penting Jangan Lupain Kesehatan Kamu, Murung Kamu Bisa Buat Kesehatan Kamu Down." Tukas Nya.
"Hm." Fajri Hanya Menatap Kosong Jendela Kamar Nya.
Fenly Menghela Nafas Pasrah, Ia Beranjak Dari Tepi Kasur Sang Adik Dan Berjalan Keluar Dari Kamar Adiknya. Percuma Menasihati Jika Dia Keras Kepala.
Fajri Perlahan Menolehkan Kepalanya Mengarah Sang Kakak Yang Perlahan Keluar Dari Kamar Nya.
Setelah Memastikan Fenly Benar Benar Keluar, Fajri Kembali Menatap Ke Arah Jendela Kamarnya.
"Gw Kangen." Batin Nya Berbicara.
Kangen Melihat Malam Yang Indah Dan Merasakan Hembuskan Angin Itu Bersama Thalia. Ah Mungkin Rasanya Nyesek Saat Ditinggal 2 Tahun Itu.
Sebenarnya Gampang Jika Fajri Harus Ke Bogor, Namun Mengingat Ujian Akhir Semester Akan Ia Alami Nanti, Maka Otomatis Akan Susah Ia Bepergian Dan Menghabiskan Waktu Dengan Belajar.
"Huft.." Helaan Nafas Itu Terdengar.
"Se malas Itu Jalanin Semuanya.."
"Tanpa Lo." Sambung Nya.
"Argh! Kenapa Gw Galau Banget Sih! Padahal Gw Bukan Siapa Siapa Nya." Ucapnya Penuh Penekanan.
Fajri Mengajak Rambutnya Kasar, Kesal. Mengapa Ia Sekesal Ini? Toh Baru Sehari Ia Ditinggal Oleh Thalia.
Tes
Pergerakan Fajri Terhenti Kala Merasakan Darah Kembali Menetes Dari Hidung Nya. Ia Mengeram Marah Saat Lagi Lagi Penyakit Nya Mengganggu Kesendirian Nya.
Fajri Mengambil Tisu Di Nakas Dekat Kasur Nya, Membersihkan Darah Itu Yang Terus Saja Mengalir. Mimisan Itu Membuat Tubuh Nya Seakan Tak Bertulang.
"Akh.." Fajri Lagi Lagi Merintih Saat Kepala Belakang Nya Mendadak Pening Dan Penglihatan nya Sedikit Memburam.
Fajri Berusaha Tetap Mengoptimalkan Tubuhnya Agar Tak Ambruk, Ia Berusaha Turun Dari Kasur Nya Menuju Meja Belajarnya Di Depan, Ia Ingin Mengambil Obat Nya.
Dengan Tenaga Seadanya, Ia Berjalan Dengan Tumpuan Dinding Sebagai Penyangga Tubuhnya Agar Tak Jatuh. Tubuhnya Sangat Lemas Sekarang.
"Sakit Ya Tuhan." Batin Nya Mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJRI || UN1TY ✅
Ficção Adolescente"𝐖𝐡𝐲? 𝐖𝐡𝐲 𝐢𝐬 𝐢𝐭 𝐝𝐢𝐟𝐟𝐢𝐜𝐮𝐥𝐭 𝐟𝐨𝐫 𝐲𝐨𝐮 𝐭𝐨 𝐬𝐡𝐚𝐫𝐞 𝐚𝐟𝐟𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐦𝐞?" - Maulana Fajri - ___________________________________________ Ahmad Maulana Fajri. Bukankah Anak Wajib Untuk Kita...