Nidya dan Dewi akhirnya sampai di kantor. Dan mungkin saat ini keberuntungan berpihak pada mereka. Mereka sampai tepat 5 menit sebelum jam kerja dimulai.
"Alhamdulillah, Dewi, kita belum terlambat." Nidya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Kali ini, Nidya benar-benar sekhawatir ini.
"Alhamdulillah. Yasudah ayo kita masuk!" Dewi dan Nidya pun masuk ke dalam dan segera menuju ruangan Divisi Keuangan.
🖤💍
Malam ini Putri memikirkan sesuatu yang membuatnya kesulitan untuk tidur. Dari tadi Putri hanya menutup dan membuka laptopnya, sesekali ia membuka ponselnya memeriksa apakah ada pesan yang masuk.
Ya, Putri sedang memikirkan tentang keputusannya untuk berhijab beberapa minggu lalu. Karena, Putri tak sengaja menemukan video yang membahas tentang akibat membuka aurat dengan dosanya yang akan dilimpahkan kepada orang tua.
Dan tentu saja Putri tidak mau jika itu terjadi. Putri tidak mau bertambah berdosa lagi dengan tidak menutup auratnya. Oleh, karena itu ia memutuskan untuk berhijab.Tapi, yang Putri pikirkan saat ini adalah langkah apa yang harus dia ambil pertama dan saat ini Putri juga butuh orang yang perlu membimbingnya.
Setelah berpikir agak lama, Putri akhirnya tau siapa orang yang ia butuhkan dan pas untuk kebutuhannya saat ini. Ya, orang itu adalah Nidya. Putri mencari nama Nidya dalam kontak ponselnya dan segera menghubungi wanita itu berharap Nidya mengangkatnya karena ini sudah jam 22.00.
Setelah nada dering beberapa kali terdengar. Akhirnya panggilan pun tersambung dan hingga sambungan itu terputus.
🖤💍
Setelah solat subuh tadi, Rafly melanjutkannya dengan berolahraga keliling komplek dengan sepedanya di area rumahnya. Di hari weekend seperti ini, banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk berolahraga ataupun berkumpul dengan keluarga tercinta.
Setelah 1 jam Rafly berkeliling, akhirnya Rafly pulang ke rumahnya kembali. Rafly hari ini berencana ingin mengunjungi sahabatnya yaitu Zein.
Zein adalah sahabat Rafly sejak SMA sampai dengan kuliah. Tapi, mereka harus terpisah sejak mereka lulus kuliah. Karena perbedaan tempat kerja keduanya. Rafly yang bekerja di Jakarta, sedangkan Zein bekerja di Palembang.
Dan kebetulan Zein sedang ada keperluan kerja di Jakarta yang membuatnya harus tinggal dan menetap beberapa hari di sini. Zein memang sempat mengabarkan Rafly bahwa ia akan ke Jakarta, dan tepat hari ini Zein sudah ada di salah satu hotel yang berada di Jakarta.
🖤💍
Rafly menaiki motornya dan segera pergi menuju salah satu hotel untuk menemui Zein di sana.
Di perjalanan sesekali Rafly bersenandung ria menikmati matahari pagi yang masih segar karena memang jam masih menunjukkan pukul 08.30.Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya Rafly sampai di hotel tujuannya. Rafly berjalan ke arah lobby dan masuk ke dalam lift dan menekan nomor lantai yang ditempati Zein.
Rafly kini telah berada di depan pintu yang didalamnya ditempati oleh Zein. Rafly kemudian menekan bel dan menunggu orang yang berada di dalam membukakannya pintu.
Tidak lama pintu terbuka dan memperlihatkan sosok pria yang tingginya hampir sama dengan Rafly, dengan warna kulit yang dominan berwarna putih, dan alis yang cukup tebal. Ya, pria itu adalah Zein Habibi. Sahabat Rafly itu adalah pria blasteran Arab-Betawi.
"Assalamualaikum," ucap Rafly memberikan salam kepada sahabat lamanya itu.
"Waalaikumussalam, Masya Allah sahabatku." Zein menjawab salam Rafly dan langsung memeluk erat sahabatnya itu. Sekitar 3 tahun berpisah sejak kelulusan kuliah bukanlah hal yang sebentar untuk Rafly dan Zein. Di sekolah maupun di kampus, mereka sering dijuluki anak kembar, karena hampir setiap kegiatan selalu berdua dan mereka pun punya hobi yang sama. Dan jangan lupakan bahwa mereka ini sama-sama jomblo akut yang tidak pernah sama sekali masuk ke dalam dunia pacaran. Oleh karena itu, persahabatan mereka kerap menjadi acungan jempol bagi orang terdekat.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Rafly kemudian.
"Alhamdulillah, aku baik-baik saja, dan aku harap kamu juga seperti itu."
"Ah, iya, Alhamdulillah." ucap Rafly.
Zein mempersilahkan Rafly duduk di sofa kecil yang ada di kamarnya. Zein juga meletakkan dua gelas kopi susu dan satu piring gorengan. Zein dan Rafly banyak berbincang-bincang masalah pekerjaan dan tentang kejombloan mereka.
"Kapan rencana mau nikah?" tanya Zein tiba-tiba, membuat Rafly sejenak kehilangan kata-kata. Rafly bingung, jawaban apa yang ingin ia lontarkan atas pertanyaan Zein. Saat ini Rafly memang ingin sekali menikah, tapi untuk rencana Rafly tidak memikirkannya. Jangankan rencana calonnya saja belum ada. *Miris sekali*
"Kapanpun itu jika Allah sudah menghendaki. " ucap Rafly mantap.
"Nanti jika kamu nikah, aku siap kok jadi MC, atau pelayan tamu, atau sekedar mengangkat piring yang kotor pun tidak masalah."
Seketika tawa keduanya pecah dan membuat suasana terasa hangat.
Assalamualaikum
Semoga suka ya sama ceritanya
Maaf jika banyak kekurangan
Mohon kritik dan saran
Syukron
KAMU SEDANG MEMBACA
Istikharah Cinta
General FictionAbshor Rafly Fransakti, seorang manager keuangan di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta. Kisah cintanya bermula saat Putri dan Nidya, hadir dalam hidupnya. Keduanya pun membuat Rafly jatuh hati, tapi akhirnya Rafly hanya memilih salah satu dari ke...