Bagian 2

36 7 3
                                    

Putri menggerutu kesal, dia kesal, kesal dan sekesalnya sama Izhar. Bagaimana tidak, Izhar yang tadinya mengajak Putri ke ruangan untuk mengobrol malah tidak jadi. Katanya Izhar harus keluar karena ada urusan. Padahal tadi siapa yang memaksa-maksa Putri.

"Huftt ... kesal banget ih aku sama Izhar. Aku sudah capek-capek datang ke sini, padahal dia tahu aku baru aja balik dari Malaysia." Putri melanjutkan gerutuannya sambil berjalan.

Orang-orang yang berjalan berselisihan dengan Putri hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Untung saja Putri berpenampilan anggun, jika tidak bisa dituduh orang gila.

Karena dihinggapi rasa kesal, Putri tidak ingat lagi untuk menemui Rafly. Dia pun sekarang menuju arah pulang.
Mencari mobilnya yang berwarna merah di antara banyaknya mobil terparkir.

Setelah masuk ke dalam mobil, Putri segera keluar dari area kantor tersebut. Namun, saat di depan gerbang kantor tersebut, dia tiba-tiba ngerem mobilnya. Lalu segera keluar dari mobil.

"Mbak tidak apa-apa?" tanya Putri pada seorang wanita yang mengenakan hijab tersebut.

"Ehm ... tidak apa-apa. Saya baik-baik saja. Maaf, karena saya menyebrang dengan tiba-tiba karena awalnya saya tidak melihat mobil anda." Wanita berhijab tersebut menunduk, mungkin merasa bersalah.

Putri tersenyum melihat wanita di depannya. "Anda tidak salah kok, saya yang harusnya minta maaf karena saya yang teledor."

Wanita berhijab di depannya membalas senyum Putri sambil pamit, "ya sudah kalau begitu, saya mau masuk dulu. Nanti saya telat, soalnya saya mau interview nih."

"Baiklah, Mba. Semoga diterima," ucap Putri disisipi doa tulusnya yang diamini oleh wanita berhijab tadi.

Karena merasa wanita berhijab tadi sudah masuk ke kantor, Putri pun juga kembali ke mobil dan menyusuri jalan padat ibu kota.

🖤💍

Di dalam ruangannya, Rafly menunggu-nunggu. Ya, Rafly sedang menunggu Putri. Sudah beberapa kali dia melirik jam tangannya namun Putri tak kunjung pula datang.

Ingatannya pun menerawang saat bertemu Putri untuk pertama kalinya.

Flashback

Saat sedang menunggu antrian audisi Rafly tak sengaja bertemu dengan Putri. Putri duduk di samping kanannya, dan yang pertama kali mengajak kenalan ialah Putri sendiri.

"Halo, A. Salam kenal yah, aku Aisyah Putri asal Jakarta. Panggil aja Putri, Kata orang sih suara aku bagus jadi aku ikut audisi ini. Oh, ya umurku 16 tahun, masih kelas 2 SMA," ucap Putri panjang lebar sambil mengulurkan tangannya.

Rafly hanya menangkupkan kedua tangannya di dada sambil tersenyum. "Salam kenal juga. Saya Rafly asal Bandung."

Putri tiba-tiba mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "ih Aa nya gak mau yah salaman sama Putri, apa karena takut tangan Putri bau yah?" Putri langsung mencium tangannya sendiri untuk memastikan tangannya berbau atau tidak.

Tingkah Putri itu tak luput dari pandangan Rafly, dia tersenyum lebar dan menggelengkan kepalanya atas tingkah konyol Putri.

"Bukannya saya gak mau salaman sama kamu, tapi kita ini bukanlah mahram." Rafly berusaha menjawab dengan lemah lembut agar gadis di depannya ini tidak tersinggung.

"Ohh ... mahram itu apa?"

Rafly mengerutkan alisnya, apakah gadis di depannya ini tak tahu arti mahram sama sekali. "Mahram itu orang-orang yang haram untuk dinikahi, karena sebab keturunan, persusuan dan pernikahan dalam syariat Islam. Sedangkan kita bukan siapa-siapa, jadi kita bukanlah mahram," jawab Rafly masih dengan suara yang lemah lembut.

"Agar kita jadi Mahram bagaimana A?" tanya Putri pula. Sebenarnya Rafly tak enak terlalu banyak berbicara dengan gadis di depannya ini, apalagi mereka beberapa menit baru kenal. Namun, dia tak enak hati untuk tidak menjawabnya apalagi melihat binar mata gadis di depannya ini.

"Ya harus ada ikatan yang diakui agama dan negara." Rafly terpaksa menjawabnya dengan kalimat tersebut karena sekarang pikirannya tidak dapat menyusun kata-kata akibat pertanyaan gadis ini.

Rafly lihat gadis di depannya sedang meletakkan jari telunjuk di bawah dagunya seperti sedang berpikir.

"Hmm ... ikatan diakui agama dan negara. Ya udah kita nikah yuk, A!"

Skatmat, Rafli tidak habis pikir kenapa gadis 16 tahun di depannya bisa sepolos itu. Dan apa tadi, apakah gadis di depannya melamarnya?

Flashback end

Rafly tertawa kecil ketika mengingat sepenggal pertemuannya dengan Putri kurang lebih 6 tahun yang lalu. Bahkan tadi dia hampir tidak mengenali Putri.
Entah takdir apa yang mempertemukan mereka kembali.

Tokk ... tokk ... tokk

Rafly tersadar dari lamunan ketika pintu ruangannya diketok. Berdehem sebentar, Rafly pun menyuruh orang tersebut untuk masuk.

"Silahkan masuk!"

"Selamat siang, Pak. Saya di sini cuma ingin memberitahukan bahwa ada pekerja baru di divisi keuangan dan pihak HRD menyuruh saya membawanya ke sini," ucap wanita itu yang juga merupakan pekerja di kantor tersebut.

"Baiklah, silahkan dia masuk."

Setelah mengucapkan itu, wanita itu pun keluar. Lalu tak lama masuklah juga seorang wanita yang mengenakan hijabnya.

"Assalamualaikum, Pak."

🖤💍

Assalamualaikum
Gimana ceritanya?
Semoga bermanfaat ya.
Jangan lupa dukung cerita ini, dengan cara vote dan komen di bawah.

Jangan lupa follow akun instagram saya
@nrfauziah2

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang