Bagian 9

14 3 0
                                        

Rafly masuk kembali ke dalam kafe setelah selesai membelikan barang yang diinginkan Putri. Sambil berjalan, Rafly menengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang yang melihatnya membawa barang sakral milik wanita itu. Jika sampai ada yang melihatnya, bisa-bisa harga dirinya akan turun saat itu juga.

🖤💍

"Nih barangnya." Rafly menyodorkan keresek putih yang dipegangnya kepada Putri.

"Oke. Aku ke toilet bentar yah." Tanpa menunggu jawaban dari Rafly, Putri langsung melesat pergi.

Dan akhirnya tinggal Rafly sendiri yang berada di meja itu. Karena bosan Rafly mengambil ponselnya dan membuka aplikasi instagram.

Tak sengaja mata Rafly menangkap sebuah postingan foto yang sudah familiar di matanya. Di sana tertera nama akun nidyasindinanti_ . Ya, pemilik akun instagram itu adalah Nidya, pekerja baru yang ada di kantor tempat Rafly bekerja. Lebih tepatnya di bagian Divisi Keuangan. Rafly sebelumnya memang sudah memfollow instagram Nidya.

Di dalam foto tersebut, Nidya terlihat cantik sekali. Dengan memakai gamis panjang berwarna biru yang senada dengan kerudungnya. Berpose sambil duduk di atas sofa dengan senyum yang lebar, sehingga memperlihatkan deretan giginya.

Rafly terdiam sambil tersenyum menatap foto itu beberapa detik.

Entah apa yang ada di dalam pikiran Rafly saat ini, sehingga ia bisa tersenyum sehangat itu. Setelah beberapa detik, Rafly bergumam. "Cantik."
Kata singkat itu terucap sangat tulus sekali.

🖤💍

Putri kembali dari toilet setelah beberapa menit.
Di saat itu pula, Rafly menaruh ponselnya ke saku celananya.

Setelah berbincang sebentar mereka memutuskan untuk beranjak dari kafe setelah membayar makanan dan minuman yang sempat mereka pesan.

"Kamu habis ini mau ke mana lagi?" tanya Rafly kepada Putri.

"Kayanya mau langsung pulang aja, deh." Putri mengambil kunci mobilnya di dalam tas.

"Oh, gitu. Kalau gitu aku pamit dulu yah. Aku ada urusan lagi di kantor."

"Iya. Sampai jumpa kembali," ucap Putri sambil melambaikan tangannya bersiap untuk memasuki mobilnya.

Rafly membalas dengan gaya yang sama dan tentunya senyum yang masih terpancar di wajahnya.

🖤💍

Suasana di ruangan Divisi keuangan tampak heboh. Siapa lagi kalau bukan karena Izhar dan teman-temannya.

"Har! Gimana hubungan lo sama si Putri?" tanya Dewi kemudian.

"Ya, gitu, deh." Izhar tampak gugup jika ditanya tentang Putri.

"Gitu gimana, Har? Bukannya lo cinta banget yah, sama si Putri?" Giliran Angel yang bersuara.

"Gue udah usahain."

"Terus hasilnya gimana?" Kini giliran Chika yang bertanya.

"Doain aja."

"Iya, deh. Semoga impian lo buat nikah sama Putri tercapai. Tuh, gue doain lo." Chika melipat tangannya di depan dada.

"Aamiin." Semuanya langsung mengaminkan doa yang baru saja diucapkan oleh Chika.

"Dari pada kita bingung mau ngapain. Gimana kalo kita main game?" Dewi mulai memancarkan ide nya.

"Game apa itu? tanya Angel.

"Kita main jujur-jujuran masalah kriteria pasangan masa depan. Kita mainnya sesuai dengan tempat duduk. Gimana? Setuju gak?"

Semuanya tampak berpikir sejenak. Dan beberapa detik kemudian akhirnya semuanya menyetujui game tersebut.

"Oke. Siapa takut."

Permainan pun dimulai dan yang main pertama kali adalah Izhar.

"Ayo, Har, sebutin!"

Izhar menarik nafasnya pelan dan menghembuskannya.

"Gue pengen dapat jodoh yang baik, cantik dan yang pastinya bisa nerima gue apa adanya. Dan semua itu ada di Putri dan gue pengen dia bisa jadi istri gue di masa depan." Selesai mengucapkan itu Izhar langsung menundukkan kepalanya. Dan tanpa disadari teman-temannya, mata Izhar mulai berkaca-kaca.

"Semoga kamu bisa mendapatkannya, Har."

"Oke, sekarang giliran gue." Dewi merapikan kerudungnya yang sedikit berantakan. "Gue itu mau cari yang baik, sholeh, tampan, yang tingginya ngelebihin tinggi gue, dan kalo bisa dia itu alumni pondok pesantren." Dewi mengakhiri kalimatnya dengan senyuman.

"Kenapa lo mau yang alumni pondok pesantren?" tanya Chika.

"Gak apa-apa, pengen aja."

Permainan terus berputar hingga yang dapat giliran terakhir adalah Nidya.

"Oke. Sekarang giliran Nidya."

Nidya yang sedari tadi hanya diam pun mulai bersiap. Nidya memang tipe orang yang suka diam tak banyak bicara. Karena menurutnya, banyak bicara itu tidak baik, apalagi jika sampai membicarakan orang lain. Naudzubillah!

"Tipe aku itu yang baik, tampan, sholeh, humoris, gak perlu kaya yang penting bisa cukup aja dan bisa bimbing aku ke jalan Syurga-Nya."

"Masya Allah," ucap Dewi takjub.

"Kira-kira tipe yang seperti itu kamu udah nemu gak Nid?" tanya Izhar.

Pikiran Nidya langsung tertuju pada Rafly, tapi tentu saja dia tidak mungkin mengatakan itu di hadapan mereka semua saat ini.

"Insya Allah."

Keadaan seketika menjadi hening. Nidya, Izhar, Dewi, Angel, dan Chika saling menatap satu sama lain. Tapi setelah itu mereka kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

🖤💍

Assalamualaikum
Gimana ceritanya?
Semoga bermanfaat dan bisa menghibur yah
Jangan lupa dukung cerita ini dengan cara vote dan komen di bawah

Jangan lupa follow akun instagram saya
@nrfauziah2

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang