Bagian 18

6 1 0
                                    

Nidya bersiap ingin pergi ke kantor. Dia sudah bersiap sejak jam 5 tadi. Karena Nidya hanya tinggal sendiri, jadi setiap harinya dia harus bangun pagi untuk membuat sarapan, mandi, ataupun sekedar membersihkan kosannya. Kosan yang luasnya hanya sekitar 5 x 10  meter dengan kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi.

Nidya sudah siap sekarang dan kebetulan rumahnya agak dekat dengan jalan raya, jadi ia tidak harus berjalan jauh lagi untuk mencari angkutan umum.

Nidya berjalan keluar kosannya dan setelah sampai di jalan raya, Nidya mencari angkutan umum. Tapi, sepertinya hari ini Nidya kurang beruntung, yang ditunggu dari tadi rupanya tidak ada hingga ia sudah berdiri di sini sekitar 30 menit. Itu membuat Nidya resah, ia takut terlambat.

Nidya mondar-mandir sambil melirik jam yang ada di tangannya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7.30, dan biasanya Nidya sudah sampai di kantor.

Tak lama kemudian ada mobil yang berhenti tepat di depannya berdiri sekarang. Nidya bingung sekaligus senang karena barangkali mobil ini mau berbaik hati padanya.

Perlahan kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita cantik yang memanggil nama Nidya.

"Nidyaa," seru wanita itu.

Nidya pun sontak kaget dengan siapa yang ada di mobil itu. "Dewi."

Ya, wanita yang memakai mobil adalah Dewi, teman sekantor Nidya.

Dewi ini kadang-kadang bawa mobil kalau ke kantor. Dewi ini juga bisa dibilang orang yang berada, orang tuanya adalah pemilik salah satu pabrik roti di Jakarta. Jadi, tak heran kalau anaknya juga ketularan kayanya. Dewi ini sebenarnya masih dalam tahap kuliah dan belum lulus juga. Dia kuliah di London tapi sambil kerja di Jakarta. Biasanya sebulan sekali balik ke sana.

"Ayo, Nid! Ikut aku aja nanti telat."

Tanpa pikir lama Nidya mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil Dewi. Dewi menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata sambil berdoa semoga masih bisa masuk di kantor.

🖤💍

Putri sekarang sedang berkutat di dapur untuk memasak makanan untuk Rian. Akhir-akhir ini, Putri memang sering memasak untuk Rian. Demi kesehatan sang Ayah, Putri jadi jarang makan di luar dan lebih memilih untuk membuat makanan sendiri di rumah.

Masakan yang dimasak Putri mulai dari sayur bening, ayam goreng, lalapan dan buah-buahan segar sudah siap. Putri membawa masakannya ke meja makan. Putri memanggil Rian untuk makan. Biasanya seluruh ARTnya juga ikut makan bersama dengan Putri dan Rian.

🖤💍

Selesai makan Putri bersiap ingin pergi ke butiknya. Karena, sudah beberapa hari ini ia tidak pernah ke sana. Kesibukan menjaga dan merawat Rian menjadikan pekerjaanya yang lain ternomor duakan.

Setelah selesai dengan bajunya Putri pergi menuju kamar Rian untuk berpamitan.

Perlahan Putri memutar kenop pintu. Pintu yang berwarna biru dengan hiasan abstrak perlahan bergerak dan memperlihatkan Rian yang sedang duduk sambil memainkan laptopnya.

"Assalamualaikum, Yah."

Rian yang mendengar ucapan salam itu pun lantas menoleh dan menjawabnya.

"Waalaikumussalam. Eh, anak Ayah."

"Putri mau izin ke butik dulu yah. Soalnya sudah beberapa hari gak jenguk ke sana. Putri gak akan lama kok. Dan kalau Ayah butuh sesuatu bisa panggil Bibi aja." ucap Putri sembari menyalimi tangan Rian.

"Iya. Tapi, kamu hati-hati yah. Jangan ngebut," peringat Rian.

"Iya, Yah. Yaudah Putri pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

🖤💍

Assalamualaikum
Jangan lupa vote dan komen yah
Dukungan kalian mempengaruhi cerita ini tetap terus lanjut atau tidak😊🙏
Semoga selalu bermanfaat untuk kalian.
Syukron🥰

Follow instagram saya
@nrfauziah2

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang