Bagian 11

14 3 3
                                    

Nidya dan Putri sampai di tempat para pedagang berjualan. Tapi, mata Putri langsung menatap makanan yang paling ia sukai, yaitu Cireng.

"Mbak, kita jajan itu yah." Mata Nidya langsung mengikuti arah jari telunjuk Putri yang menunjuk penjual Cireng. Makanan tradisional khas Sunda itu memang sudah menjadi kegemaran Putri sejak SD.

Nidya mengangguk dan segera berjalan mengikuti Putri yang sudah jalan duluan di depannya.

"Mbak, mau aku beliin apalagi selain Cireng?"

"Ini aja deh," ucap Nidya sambil tersenyum manis. Semanis kuah Cireng yang mereka beli.

🖤💍

"Mbak, tau gak? Siapa orang yang paling bahagia di dunia ini?" tanya Putri sambil masih mengunyah Cireng yang barusan ia masukkan ke dalam mulutnya.

"Telan dulu Put, baru dilanjut ngomongnya."

Putri yang mendapatkan peringatan pun, langsung cengengesan.

Setelah selesai mengunyah makanannya. Putri segera mengingatkan kembali tentang pertanyaannya yang belum dijawab oleh Nidya. "Mbak, yang tadi belum dijawab."

"Oh, iya, aku lupa tadi. Emang siapa orang yang paling bahagia itu?"  tanya Nidya balik, karena memang ia tidak tau sama sekali yang dimaksud Putri.

"Ya, itu mbak sendiri lah." Putri mengucapkannya dengan tersenyum lebar.

"Kenapa jadi aku?"

"Iya, itu mbak. Karena dari pertama kita bertemu, aku gak pernah tuh lihat mbak cemberut atau apalah itu yang menunjukkan kesedihan."

Nidya yang mendengarnya langsung tertawa kecil.
"Putri! Aku beritahu ya, kalau senyum itu bernilai ibadah dan juga dengan tersenyum kita bisa membuat orang lain bahagia. Itu alasan aku selalu tersenyum dan bukan berarti aku gak punya masalah atau kesedihan."

"Oh, gitu ya." Putri manggut-manggut mengerti. Tapi, sedetik kemudian, Putri bersuara lagi. "Mbak, cerita dong apa aja gitu. Unek-unek yang ada di dalam hati mbak, kaya kisah cinta mbak. Wih pasti bakalan seru tuh." Putri tersenyum riang sambil menepuk-nepuk dua tangannya.

Nidya terdiam sebentar, mencerna baik-baik ucapan Putri barusan. Apakah mungkin masalah percintaannya harus ia bagikan ke Putri. Tapi, mereka berdua cukup dekat dan sering berkomunikasi. Dan Nidya juga yakin, Putri adalah orang yang bisa menjaga rahasia dengan baik.

Putri yang sedari tadi menunggu jawaban Nidya mulai bosan dan kembali bersuara. "Ayolah mbak, gak usah takut, aku tidak akan membocorkannya kok. Kalau memang itu privasi buat mbak. Ayolah mbak, kita saling terbuka aja. Siapa tau juga aku bisa bantu ngasih saran."

Nidya berdehem sebentar dan akhirnya membuka suaranya.

"Yaudah deh. Jadi gini, aku ini kan baru beberapa bulan kerja di Jakarta. Tapi, entah kenapa pas hari pertama masuk kerja, aku ketemu sama manager aku, hati ku bergetar tak karuan. Mungkin rasa itu bisa disebut dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan kamu tau, kalau orang sudah jatuh cinta sama seseorang. Bakal susah menghilangkan rasa itu. Tapi, aku merasa tidak pantas untuknya, karena dia jabatannya lebih tinggi dari pada aku. Pasti selera dia juga tinggikan. Dan aku cuma berharap suatu saat nanti kebaikan akan berpihak kepada kita berdua." Mata Nidya mulai berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

Putri yang melihatnya merasa ikut terharu dan sedih akan kisah cinta Nidya.

"Aku salut sama mbak. Mbak bisa nutupin perasaan mbak. Padahal hati mbak juga sudah ingin meluapkan rasa itu 'kan? Aku cuma bisa doain mbak dan manajer mbak itu bisa berjodoh. Tenang aja mbak, jodoh gak kemana kok." Putri mulai memeluk Nidya dan begitupun dengan Nidya.

Setelah beberapa detik mereka berdua melepaskan pelukan hangat itu. Sungguh! Nidya tak menyangka bisa mendapatkan teman yang baik di tempat rantauannya. Allah telah mengirimkan Putri yang baik hati untuknya.

🖤💍

Assalamualaikum
Gimana ceritanya?
Semoga bermanfaat ya
Jangan lupa dukung dan beri semangat dengan cara vote dan komen di bawah.

Jangan lupa follow akun instagram saya
@nrfauziah2

Jazakillah khairan





Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang