Bagian 3

16 6 6
                                    

"Assalamualaikum, Pak."

"Waalaikumussalam, masuk!" ucap Rafly kepada orang yang mengucapkan salam itu.

Wanita yang sedari tadi ada di depan pintu menunggu persetujuan dari Sang Manager Keuangan akhirnya dipersilahkan masuk.

Rafly sejenak mematung melihat kecantikan wanita berjilbab syar'i di hadapannya. Wanita itu memancarkan aura kecantikan dari setiap sudut wajahnya. Ditambah lagi dengan pakaiannya yang tertutup dan terjaga.

"Maaf, Pak," ucap Nidya menyadarkan Rafly yang mematung menatapnya.

Ya, wanita itu bernama Nidya Sindi Dinanti. Panggilannya Nidya.

"Eh, maaf-maaf. Ayo silahkan duduk." Rafly langsung salah tingkah dibuat Nidya.

"Sudah lama nunggunya?" Rafly mencoba mencairkan suasana dengan berbasa-basi sejenak.

"Gak juga sih," ucap Nidya tampak biasa aja tapi dalam hatinya juga seperti ingin tertawa terbahak-bahak.

"Kalau saya boleh tau nama kamu siapa?" tanya Rafly.

"Nama saya Nidya Sindi Dinanti. Panggilannya Nidya," jawab Nidya.

"Nama yang bagus."

"Hm..yasudahlah kita langsung kepembicaraan saja ya."

"Bagaimana? Apakah kamu siap bekerja di sini?" tanya Rafly.

"Insya Allah, saya siap lahir batin, Pak."

"Jadi untuk jabatan kamu saya tempatkan di divisi keuangan. Dan tugas kamu disini adalah bertanggung jawab kepada seluruh kas masuk dan kas keluar di kantor ini. Jika ada pengeluaran kamu harus bisa mendata semuanya. Menyimpan dan menganalisis transaksi keuangan. Memberikan informasi keuangan  kepada saya setiap minggunya. Kamu juga berhak untuk memegang uang perusahaan. Menerima dan mengeluarkan uang yang ada pada kas, bank, deposit, hingga investasi. Kamu juga mengatur kebutuhan uang kas perusahaan dan memastikan semuanya sesuai dengan pencatatan yang dilakukan oleh pihak akuntansi." Rafly menjelaskan kepada Nidya. Nidya pun menyimak dengan seksama.

"Bagaimana? Kamu paham? Jika masih ada yang kurang jelas tanyakan saja pada saya," ucap Rafly.

"Insya Allah, saya paham, Pak," ucap Nidya yakin dengan jawabannya.

Rafly mengambil sebuah map berwarna hijau yang berisi beberapa berkas penting di dalamnya.

"Ini kamu terima,"

"Terima kasih, Pak." Nidya langsung menerima map itu dengan senang hati.

"Sama-sama. Kamu bisa mulai bekerja besok. Hari ini saya beri waktu kamu untuk istirahat dan belajar lagi di rumah tentang tugas Divisi Keuangan," ucap Rafly.

"Jika kamu ingin bertanya lebih banyak lagi, kamu juga bisa menelpon atau mengirimkan pesan kepada saya. Ini kartu nama saya." Rafly memberikan secarik kertas kecil kepada Nidya, dan tentu saja akan langsung diterima oleh Nidya.

"Terima kasih banyak, Pak," ucap Nidya.

"Mulai sekarang juga kamu tidak usah lagi panggil saya Pak, panggil saja Rafly."

Nidya terdiam dan mengerutkan keningnya, bingung dengan apa yang barusan diucapkan oleh Rafly. Menyadari wajah bingung Nidya, Rafly tersenyum dan memahami.

"Tidak apa-apa. Biar lebih akrab saja, tidak usah canggung sama saya," ucap Rafly setengah tertawa.

"Iya, Pak..eh maksudnya Rafly, saya pamit dulu. Terima kasih atas bantuannya. Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban dari Rafly, Nidya langsung keluar dari ruangan Rafly dengan perasaan yang tidak karuan. Nidya seperti mendapat sebuah getaran hebat yang langsung menusuk ke dalam hati.

🖤💍

Setelah melewati jalanan macet ibu kota, akhirnya Putri sampai di kediamannya di daerah Kebagusan.
Putri langsung memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Putri adalah anak dari salah satu pengusaha saham yang terkenal di Jakarta. Maka tidak heran rumah yang ia tempati itu besarnya tidak kurang dari 1000 hektar. Dengan desain interior ala Eropa.

Tapi di rumah yang besar itu hanya dihuni oleh 20 orang saja. 18 orang ART dan sisanya adalah Putri dan Ayahnya. Ibunya sudah bercerai dengan ayahnya sejak ia berumur 15 tahun. Putri adalah anak tunggal ayahnya. Maka tak heran jika hampir seluruh kekayaan ayahnya diserahkan kepada Putri.

Putri masuk ke dalam rumahnya dengan langkah tidak semangat. Rian, sang ayah yang melihatnya langsung mendekati putrinya itu.

"Eh..Putri kesayangan ayah sudah pulang. Tapi mukanya kenapa gitu. Habis diputusin pacar?" tanya Rian sekenanya.

"Gak yah, Putri cuma agak cape aja. Yaudah Putri ke kamar dulu yah," ucap Putri sambil menyalami tangan ayahnya dan berlalu dari hadapan ayahnya.

Putri memasuki kamarnya yang bernuansa pinky dan penuh dengan desain animasi kartun Hello Kitty. Sangat cute..

🖤💍

Assalamualaikum
Gimana ceritanya?
Semoga bermanfaat ya.
Jangan lupa beri dukungan dengan cara vote dan komen di bawah

Jangan lupa follow akun instagram saya
@nrfauziah2

Istikharah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang