flashback
"Mom, kita mau ke mana?" Anak itu menatap sepanjang perjalanan dengan penasaran dari dalam mobil. Ibunya hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus menyetir.
"Taman" jawabnya singkat.
Mata anak itu langsung berbinar senang, ia bersorak sambil tersenyum polos. "Benarkah?! Sudah lama sekali Mommy tidak mengajak Sungie ke taman!"
Ibunya hanya bergumam sebagai tanggapan.
Mobil mereka akhirnya berhenti di depan gerbang taman, tampak cukup banyak orang di sana.
Tanpa menunggu lama, Sungie segera keluar dari mobil dan menatap senang gerbang taman, ia melompat-lompat kecil kegirangan, senyumnya pun manis dan mampu membuat matahari malu karena sinar polosnya.
Namun beberapa saat kemudian dia menyadari bahwa ibunya tidak keluar dari mobil, kaca mobil turun sedikit, memperlihatkan wajah datar yang nyaris tanpa ekspresi.
"Mom?" panggilnya lirih.
Jisung menatap bertanya, yang hanya dijawab oleh hening sejenak sebelum sebuah suara nada perih terdengar.
"Nak, kemari sebentar."
Jisung mendekat saat melihat ibunya keluar dari mobil dan mengapit wajahnya dengan tangan yang lembut.
"The world is cruel and I am part of the cruelty of the world, I am a bad parent and there is nothing that can atone for this terrible sin, nor will I ask forgiveness or forgiveness from you for leaving you on this cruel sea of life. But that doesn't mean that in this world there are no good people, but I hope that one day, you'll find the one you lean on, the one you'll put on your shoulder, and the one you'll always have when you need it."
Meski hanya sesaat, ada kilatan sedih di matanya sebelum berganti dengan sesuatu yang kejam.
Sebuah keyakinan kuat untuk meninggalkan.
Jisung berkedip, ia tak mengerti, apa yang barusan ibunya katakan? Mengapa ia tampak sedih? Mengapa cuaca cerah di siang hari ini terasa dingin seolah hujanlah yang sedang turun?
"Mommy?"
"I know you will find them. You are a good boy, right?"
Jisung tidak menjawab secara langsung, ia hanya mengangguk.
Sebuah surat ditaruh di atas tangan anak itu, berisi beberapa lembar uang. Kebingungan Jisung bertambah besar.
"I love you but I can't let you stay by my side." Getir pada suara ibunya semakin membuat hati Jisung tenggelam dalam lumpur.
Mengapa ia punya firasat bahwa ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka?
Ibunya langsung berdiri, tanpa menoleh sedikitpun, ia lalu masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari sana.
Meninggalkan Jisung yang meratapi sepinya.
°*°*°*°*
Terhitung sudah 4 jam berlalu sejak Jisung duduk dibawah pohon besar yang berada di taman itu, matanya sembab karena terlalu banyak menangis.
"Kenapa Mommy jahat hiks... Mommy ninggalin Sungie sendirian" gumamnya dan mulai kembali menangis.
Tak jauh dari sana terlihat sepasang kekasih tengah berjalan sambil bercengkarama dengan sesekali tertawa.
Mengapa orangtuanya tak seperti pasangan itu?
Mengapa hanya ia yang berbeda?
Apakah Tuhan membencinya?
Padahal ia sudah menjadi anak yang baik, saat Ibunya bekerja di luar, Jisung diam di rumah dengan tenang, tak menangis atau melakukan hal apapun yang dapat menggangu sang Ibu dalam bekerja. Ia sudah menjadi anak yang patuh, dan anak yang patuh tentunya akan disayang oleh ibu dan Tuhan, kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Décision
RomanceMaaf gak jago bikin deskripsi, takutnya enggak sesuai sama ceritanya Kalo penasaran langsung baca aja Terima kasih buat yang udah mau mampir dan sempetin baca