Past Truth

30 10 0
                                    

20% lelah, 30% stress, 50% gila itu yang ada di dalam diri seorang Kinansa Widyasmara. Waktu olimpiade tinggal 1 minggu lagi dan jam belajar di tambah dari 2 jam menjadi 5 jam. Mereka tidak boleh keluar dari ruang jam meskipun bel istirahat berbunyi, karena di ruang belajar sudah tersedia makanan jadi jam istirahat pertama tetap di sana.

Waktu belajar sudah hampir usai, Kinan merasakan sesak di dada serta nyeri di perut. Keringat mulai bercucuran membuat dia tidak fokus membaca buku. Harsa mulai membereskan buku buku nya dan Kinan masih diam menahan rasa sakit.

"Udah selesai jam nya, lu mau di sini terus?" cara Harsa mengajak keluar bersama sedikit aneh

Ada yang aneh dengan gadis yang bersembunyi di balik buku ini, di tarik lah buku tersebut dan nampak lah keadaan Kinan yang berkeringat dan pucat.

"Hah? oh iya yuk keluar" Kinan masih sempat mengukir senyum nya

"Lu sakit?" tanya Harsa yang panik wajah Kinan pucat

"Aku? engga ini gapapa gerah aja"

Langkah kaki Kinan terus berjalan meninggalkan Harsa di belakang nya. Satu demi satu kaki nya melemah dan kepala mulai berat. Dari belakang Harsa memperhatikan Kinan yang berjalan terhuyung.

Hampir sampai di kelas, bel istirahat kedua berbunyi. Beramai ramai murid keluar dari kelas berlarian. Hal tersebut membuat pandangan Kinan semakin buruk dan akhirnya pingsan.

Harsa mendekat namun terhalang oleh kerumunan yang mengelilingi Kinan hanya bisa menyaksikan Raga baru keluar dari kelas mendapati Kinan yang pingsan lalu langsung di bawa ke Uks.

Perawat mengatakan bahwa asam lambung Kinan naik dan hal itu menyebabkan dia pingsan. Rasa gelisah menyelimuti Rasa sekarang. Dia terus menggenggam tangan Kinan berharap cepat sadar.

"A-asa"

Setelah beberapa menit, perlahan kedua mata cantik milik Kinan terbuka. Satu yang di sayangkan, nama Harsa yang pertama kali di dengar Raga.

"Kin" Raga memastikan Kinan sadar

"Asa mana?" tanya Kinan

Pertanyaan dari Kinan membuat Raga sedikit kesal. Bagaimana dia bisa mempedulikan orang lain dengan kondisi seperti ini.

"Serius lu cari dia? liat kondisi lu sekarang. Gue yang dari tadi di tempat ini pun Harsa ga ke sini" jawab Raga

"Eh iya belajar, maklum" ucap Kinan sedikit murung

"Kin stop. Gue tau lu suka sama dia, tapi ga gini juga jangan berubah. Harsa ga peduli sama lu, ngeliat lu aja engga. Dia ga baik, pasti lu juga denger semua tentang dia kan? jauhin Kin, dia yang bikin lu sakit gini" ucap Raga dengan tegas

"Kamu ga berhak nilai baik buruk nya Harsa, Ga. Ini juga aku sakit emang aku nya yang ga bisa jaga diri bukan karena dia. Kamu juga ga berhak ngatur aku deket sama siapa aja, Harsa sekali pun. Bukan aku yang berubah tapi kamu Raga! sadar ga sih perilaku kamu selama ini buat aku sakit. Oke aku tau kamu suka sama Noura tapi please sikap jangan ngelebihi batas aku. Aku juga tau kamu pasti denger kan percakapan aku sama Noura" Kinan memperjelas keadaan

Air mata Kinan perlahan menetes saat beranjak meninggalkan Raga yang terdiam. Lega akhirnya Kinan bisa meluapkan semua uneg uneg nya. Langkah kaki nya terhenti sejenak terkejut mendapati Noura berada di depan pintu membatu, dengan segera Kinan melanjutkan jalannya.

Raga sendiri menggerutuki kebodohan nya yang menghancurkan semua. Sempat berkontak mata sebentar, Noura yang tadinya diam langsung maju dan menampar wajah Raga.

"God damn it! Lu jahat banget sumpah. Apa apaan banget bisa jadi kacau gini" tentu Noura marah akan hal ini

"Ra-" ucapan Raga terpotong

"GET THE FUCK OUT OF HERE!"

Berakhirlah Noura yang masih tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Bisa bisa nya waktu itu Kinan datang menangis di rumahnya hal tersebut, dan sekarang Noura menjadi menyalahkan dirinya sendiri. Tak tau lagi aoa yang terjadi antara Noura dan Kinan nantinya.

Sementara itu, Kinan sekarang berada di bangku gerbang belakang sekolah menangis tersedu sedu. Dua tidak bisa menahan bendungan air mata nya. Apakah nanti pertemanan nya dengan Raga dan Noura akan hancur?

"Udah 30 menit, muka lu tambah jelek kalo nangis"

Suara familiar tersebut melewati telinga Kinan. Itu suara limited edition milik Kaharsa Annerous yang mengejek sembari menyodorkan permen karet. Permen karet membantu menurunkan asam lambung.

"Aku bukan anak kecil yang di kasih permen langsung diem" ucap Kinan masih sesegukan

Harsa yang tadinya berdiri, mendekat duduk di bangku mengamati wajah Kinan ya masih cantik walaupun dengan mata sembab.

Secara tiba tiba Kinan memeluk Harsa dan kembali menangis. Memang, menangis di pelukan orang lain sangat menenangkan apalagi orang itu adalah mas crush.

Jantung milik Harsa berdetak lebih kencang. Dia mulai khawatir bagaimana jika Kinan mendengar detak jantungnya tersebut. Wajahnya terasa panas sehingga menjadi memerah.

Selang beberapa menit, akhirnya Kinan berhenti menangis. Kinan menyeka sisa air mata nya di pipi. Melihat wajah Harsa memerah,tangan Kinan maju menyentuh kedua pipi milik Harsa.

"Wajah kamu merah? demam?" tanya Kinan

"Ga, apa sih pegang pegang" Harsa menepis tangan Kinan karena takut salting

"Ih bohong kamu sakit kan. Aku tadi aja bohong kalo aku ga sakit. Trus kenapa tadi ga jenguk? Jahat banget" Kinan keceplosan kalau dia berbohong

"Kan. Maka dari itu gue ga jenguk lu, lagian ada Raga juga"

"Cemburu ya? ciee Asa cemburu"

"Najis, siapa lu?"

"Kinansa Widyasmara yang cantik jelita membahana mempesona sejagad raya"

Kacamata KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang