Kabur

21 10 0
                                    

Ah, perkara cinta sejatinya tidak bisa dipaksakan, bukan? Presensinya memang tidak dapat diduga-duga. Pun begitu, tidak pernah terlintas di benak Raga kalau jatuhnya akan sedalam ini. Jatuh ke dalam pesonanya, pula seperti jatuh ke dasar jurang lantaran sang nona tak punya rasa.

Mundur ingin di pilih, bahkan jika mampu langkah ingin berhenti, tak berdaya ternyata waktu tidak bisa diajak kompromi. Raga harus tetap berjalan menghitung tiap melihat ke belakang bahwa banyak kisah yang sayang untuk dibuang.

Takdir tak bisa di atur, begitupula dengan benang merah yang terikat di tangan Raga menyatu di jari kelingking Kinan. Benang tersebut tidak mungkin terputus, lantas berpisah adalah sebaik baiknya rencana. Hatinya tergores dan terasa sakit, apakah harus menghubungi si penyembuh?.

Perasaan yang aneh menyelimuti hati Harsa. Entah kenapa rasanya dia ingin segera pulang. Semua firasat aneh nya terbukti benar. Suasana suram mengelilingi kediaman Annerous.

Satu langkah kaki Harsa menginjak rumah nya, dia mendengar suara teriakan Papa Rous dan tangisan Mama Anna. Entah apa yang terjadi, Harsa menerobos pintu dan menemukan mama nya tergeletak di lantai sedang menangis.

"Ma, mama kenapa" tanya Harsa menggenggam tangan Mama

"Baru pulang kamu?!" ucap Papa

Yang sebenarnya terjadi adalah kemarin Harsa berbohing kepada Kinan bahwa ia akan pulang, nyatanya dia pergi ke rumah Erigo untuk menginap. Bukan berniat untuk membohongi, hanya saja dia tidak ingin membuat nya khawatir.

Pergelangan tangan Mama penuh dengan luka memar. Otak dan hati nya tak terkendali melihat mama anna menangis. Sontak, Harsa meninju pelipis Papa nya.

"Saya diam saat anda memukul saya se umur hidup ini. Tapi saya tidak akan diam jika Mama terluka" ucap Harsa dengan mata memerah

"Kamu pikir salah siapa Mama jadi begini?! SALAH KAMU!" ucap Papa berapi api

Harsa membawa Mama keluar saat Papa mengatakan hal tersebut. Motor terus melaju sampai 2 jam lama nya di iringi air mata Mama yang terisak terbawa angin.

Sudah 12 kali Kinan menelepon Harsa, namun tak ada jawaban. Sebenarnya dimana dia sampai 12 panggilan sama sekali tidak di jawab.

Sampailah Harsa di tujuan nya. Ini di kota Yogyakarta, tempat ia bermain dengan Erigo. Lokasi ini juga dekat dengan rumah Harsa dulu sebelum pindah di Solo. Mungkin sekitar sampai umur 8 tahun dia tinggal di sini, jadi Harsa sedikit mengenal kota tersebut.

Diam diam kedua manusia besahabat tersebut membeli rumah seperti ruko, lantai atas rumah dan lantai bawah terdapat perlengkapan bengkel motor. Ya, tempat tersebut adalah tempat bagi mereka untuk melampirkan hobi. Di sana juga terdapat ruang bawah tanah berisikan beberapa motor klasik koleksi nya.

"Ini dimana Sa?" tanya Mama

"Tempat main aku Ma, sama Erigo. Di Jogja, deket rumah kita dulu" jawab Harsa

"Sampe sini? jauh banget loh"

"Ma . . . ga penting aku main sampe kemana, Mama kenapa?"

Hening. Tak ada jawaban apapun dari Mama. Jika ia menceritakan semua, apakah akan baik baik saja?

"Oke Mama ga mau cerita, aku tinggal ke apotik dulu ya. Mama mau nitip apa? Mama pasti belum makan" tawar Harsa

"Bawain gudeg tempat favorit Mama dulu, masi inget?" tanya Mama

"Siapp inget dong, anak siapa dulu"

Harsa pergi dan kini Mama sendiri. Mama melihat telepon Harsa yang ditinggal terus berdering. Sedikit menggelikan melihat nama kontak yang tetera. Benar, itu telepon dari si cantik Kinansa. Merasa penting, Mama mengangkat telepon tersebut.

My happiness♡̷̷ menelepon . . .
My happiness♡̷̷ : halloo Asaa? kamu gapapa kan? kamu dimana? kamu ga sakit kan? udah berapa kali loh aku telepon ga di angkat, kamu lagi belajar ya? ih maaf aku ganggu ya?

'gemes sekali' batin Mama

Me : hallo?
My happiness♡̷̷  : eh? bener nomor Harsa kan ya? loh benerr
Me : iya bener nomornya Harsa, ini Mama
My happiness♡̷̷  : HAHHHH?!

Mama terkejut dengan teriakan Kinan, begitu pula Kinan terkejut karena sekarang dia berbicara dengan Mama nya Harsa alias calon mertua.

My happiness♡̷̷  : ekhm ekhm, maaf tante aku terkejoed. Saya Kinan anu itu apa . . .
Me : iya tau pacarnya Harsa kan? panggil Mama aja jangan tante ya. Si Harsa nya lagi keluar sebentar tadi, nanti Mama kabarin kalo kamu telepon. Kenapa kangen ya?
My happiness♡̷̷  : hehe, iya tan- Mama. Aduh jadi malu, Kinan ganggu.
Me : engga kok, kamu lucu ga usah malu. Yaudah ya Mama pamit
My happiness♡̷̷  : iyaa Ma, selamat malam jan lupa mam
Panggilan terputus . . .

"WOYYY LAHH ASTAGA GILAA" Kinan berteriak untuk dirinya sendiri

Suara teriakan Kinan mengundang Junero menuju kamarnya. Pintu di dobrak tanpa di ketuk membuat Kinan terkejut kembali.

"Hah apaan? ada apa? siapa yang gila" tanya Kak Nero terlihat ngos ngosan

"Hah? apaa?" yang ditanya juga kebingungan

"Kenapa? siapa yang gila"

"Aku"

"Ya kenapa teriak?"

"Ya kan aku nya lagi gila, Kak"

Benar juga kata adik nya ini. Ada apa dengan dunia, orang gila semakin banyak. Junero meninggalkan kamar Kinan dengan mengumoat dalam hati. Heran, ada juga orang gila mengakui dirinya gila.

Ya saat ini Kinan merasa gila karena berbicara dengan calon mertua tanpa persiapan apapun. Musnah sudah image lemah lembut. Tapi tidak masalah, pintu calom menantu keluarga Annerous terbuka dengan sebutan 'Mama'.

Kacamata KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang