Melarikan Diri

28 10 0
                                    

"sok cantik eh pho sahabat sendiri"

"nyesel gue pernah muji dia"

"gatel banget ga sih caper ke Kak Raga"

"Raga kok mau ya temenan sama dia"

"cih jijik banget muka cantik kelakuan kek sampah"

"sekarang nempel ke Harsa kek parasit"

"plis deh mending Harsa jangan deket deket Kinan"

Begitulah kira kira bisikan namun terdengar di telinga dengan jelas. Sepanjang jalan melewati koridor sekolah, Kinan mendengar caci maki dari beberapa murid sekolah ini.

Langkah nya berat untuk melanjutkan jalan, namun apalah daya sudah terlajur. Kalau tanya dimana Harsa, dia berada di perpustakaan. Dari parkiran ke perpustakaan dan kelas beda arah.

Baru saja sampai di kelas, semua mata menatap tajam ke arah Kinan. Ini masih jam pagi tapi lumayan banyak yang datang.

Dari arah belakang tiba tiba ada yang menarik rambut Kinan hingga ikat rambutnya putus. Rambut Kinan yang di cepol berantakan dan beberapa helai rontok karena ditarik.

Berbalik badan, Kinan langsung ditampar oleh seseorang yang menarik rambutnya tadi. Pipi nya memanas serta muncul warna merah yang amat sangat jelas.

"NAJIS YA NEMPEL SANA SINI GA TAU MALU! RAGA, SEKARANG HARSA JUGA? APA JANGAN JANGAN ERIGO JUGA HASIL KEGATELAN LU? DASAR PELACUR"

Dia gadis entah darimana tiba tiba menghantam mental seorang Kinansa. Dia kembali merasakan rasa tidak adil setelah di tinggal ibunya. Satu demi satu airmata mulai menetes bahkan ini bukan kemauan Kinan sendiri.

"Aku ga salah" ucap Kinan sangat pelan

Bela diri kacau, gadis itu malah mendorong bahu Kinan hingga terjatuh di lantai. Semua orang di kelas pun hanya terdiam seakan akan menikmati sinetron di tv.

Suara langkah kaki bergemuruh mulai mendekati kelas. Muncul wajah familiar di mata Kinan. Wajah yang dari kemarin hingga pagi ini menatap nya, Kaharsa.

Harsa datang menghempas gadis yang merisak Kinan. Matanya tajam serasa ingin menerkam. Dia kembali sebagai superhero lagi bagi Kinan. Tentu semua mulut membicarakan kejadian tak terduga ini.

Sampailah mereka ke tempat persembunyian, bangku gerbang belakang sekolah lagi. Harsa mengobati telapak tangan Kinan yang sedikit tergores akibat jatuh tadi.

"Sa" Kinan membuka percakapan

"Gak"

Seolah olah bisa membaca pikiran, Harsa menjawab jelas yang akan di minta Kinan. Kedua mata Kinan berkaca kaca saat menarik tangannya paksa dari Harsa fokus mengobati nya.

"Jauhin aku" pinta Kinan dengan jelas

"Gue bilang engga" bantah Harsa

"Deket sama aku itu rugi buat kamu. Nanti bisa jadi kaya gini lagi atau mungkin lebih parah. Aku ga papa, reputasi kamu jatuh itu masalah"

"Gue bakal lindungin lu. Dan deket sama lu sama sekali ga ada kata rugi Kin. Sakit bilang sakit, marah bilang marah, jangan bilang ga papa. Katanya gue boleh bahagia kalo sama lu, kalo kita jauh gue gimana?"

"AKU BENCI KAMU. JANGAN KHAWATIR JANGAN OEDULI SAMA AKU. AKU BENCI NERIMA KEHANGATAN, KALO ENGGA AKU BAKAL LEMAH. MAU SAMPAI KAPAN PUN AKU TETEP BAKAL BILANG GAPAPA SA!"

Bendungan air mata tak tertahankan. Langkah kaki terus maju namun hati tak ingin meninggalkan. Keduanya terhalang oleh pikiran masing masing.

"Ayo Kinansa kamu benci Asa kamu ga kenal Asa kamu keren kamu baik"

Berjalan sambil menangis tidak lengkap jika tidak bergumam sendiri. Dia berjalan mengabaikan pandangan orang orang yang melihatnya aneh maupun benci.

Entah apa yang dipikiran nya, dia asal masuk bus besar antar kota. Beberapa menit menangis dalan bus, dia baru sadar akan hal itu. Mungkin ini Tuhan sedikit membantu Kinansa, bus ini bisa mengantar ke Semarang.

Semarang, rumah sepupu nya yaitu Kak Yoan dan Mahesa. Karena bus tersebut melewati tol, hanya menempuh waktu 1,5 jam. Setelah itu dia memanggil taksi menuju Citrasun Garden.

Alangkah terkejutnya pemilik rumah kedatangan tamu tak terduga. Tante Fani terkejut melihat keponakannya yang cantik ini datang dengan wajah kusam dan lesu.

"Aduh aduh ini muka nya kenapa kusut gini" ucap tante Fani

Kinan hanya tersenyum lebar saat menatap mata tante yang di anggap ibu kedua itu. Tante Fani pun paham setiap Kinan datang secara tiba tiba pasti ada masalah.

Kamar ini masih sama. Sebelum Ayah menikah, dia ikut dengan tante Fani karena Ayah sibuk bekerja. Kamar yang dulu dia tempati tetap bersih dan lengkap bernuansa merah muda.

Banyak poster barbie yang menjadi favorit nya adalah mermaid tale dan princess charm school. Menatap wajahnya dibalik cermin membuatnya sedikit tertawa.

"Bisa bisa nya dari Solo ke Semarang mukanya kek gini" ucap Kinan kepada diri sendiri

"Kan biasanya juga gitu"

Pintu kamar di buka tanpa diketuk memang mengejutkan. Tapi ini lebih mengejutkan bahwa Kak Yoan di balik pintu tersebut. Seolah olah mendapat boneka, Kinan lari memeluknya.

"Cantikku kenapa?" tanya Kak Yoan

"Kok kakak di sini? ga kerja?" Kinan mengalihkan pertanyaan

"Tadi ada berkas ketinggalan, eh ada kamu. Bolos sekalian gimana ya? mau jajan ga?"

"Engga. Kakak kerja sanaa ga boleh bolos"

"Gapapa direkturnya bapakku. Kamu sendiri juga bolos"

"Eh iya juga, bapakmu itu om ku. Kan aku masih sekolah gapapa bolos sekali. Udahhh sana balik kerja"

"Iya iya ini kerja, nanti di usahain pulang cepet"

"Ga cepet juga gapapa, Kinan bisa main sama Mahesa"

"Mahesa ga mau main sama kamu, katanya kaya bocah"

Menyebalkan memang saudara nya yang satu itu, tapi tak apa karena dia gemoy nan tampan. Jika di suruh memilih Kak Nero, Kak Yoan, dan Mahesa, sia akan tetap memilih Ayah. Ayahnya adalah manusia paling tampan sedunia.

Kacamata KaharsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang