______
______
______
🔷🔷🔷
Serah terima pengunduran jabatan Ketua OSIS baru saja selesai dilaksanakan, bertempat di aula. Dimana acara tersebut disaksikan seluruh penghuni CG. Ada keharuan menyelimuti suasana tersebut, karena jabatan yang disandangnya belumlah genap satu tahun, dan sekarang Waketos-lah yang naik guna mengantikan dan menempati posisi tersebut.
Terutama para siswinya yang merasa kehilangan salah satu most wanted di sini, yang mana mereka beri gelaran pangerannya CG. Dan sekarang takkan ada lagi mereka menemukan sosok gantengnya itu yang biasa berwara-wiri dan berkeliaran di area kantin dan lapangan basket.
Namun terlepas dari semua itu, ada satu hal yang menjadi pro-kontra disamping salam perpisahan yang disampaikannya barusan. Mayoritas tak menyetujuinya. Yang mana ia menyampaikan bahwa semua para murid yang muslim, terhitung dari hari ini semuanya diwajibkan untuk menunaikan salat dzuhur berjamaah di mushola, siapa yang absen maka akan kena sangsi. Itu sebenarnya agenda bulan depan yang di rencanakan dan akan ia realisasikan bersama semua anggota OSIS dan juga berkerja sama dengan Rohis. Namun karena masa jabatannya hanya sampai di sini, maka ia meminta Waketos yang sekarang menggantikan posisinya untuk merealisasikan hal tersebut.
Entah bakal terlaksana atau tidaknya, itu bergantung pada kebijakan yang berwenang dan juga acc dari pembina OSIS.
"Jadi Ketos aja oke banget kepimpinannya, apalagi jadi pemimpin rumah tangga. Ya kan, Ya?" Bella mengerling dan juga menyenggol bahu Kanaya yang berjalan disampingnya. Namun ucapannya itu tak diberi respon olehnya. "Hey... are you okay?"
"Memang aku kenapa, Bella? Aku baik-baik aja," jawabnya Kanaya akhirnya menjawab dengan melirik sekilas ke arah Bella. Ia sudah tahu kemana arah pembahasan salah satu sahabatnya itu.
Setelah keluar dari aula, Bella menariknya paksa ke kantin. Cewek itu minta ditemani makan karena Arissa dan Putri masih ada jam kelas setelah acara tadi, jadi waktu istirahat mereka sedikit diundur.
Dan kini mereka sudah tiba di depan pintu kantin dan seperti biasa ruangan luas ini tumpah ruah oleh penghuni setianya.
"Yah kali aja, 'kan? Alvino tanpa di sisi Kanaya pasti terasa hambar. Aku jamin itu!" Bella berkata lagi. "Eh tapi, beneran kamu nggak kehilangan Alvino? Ke Bandung lho dia lanjut sekolahnya? Luar kota, Ya, kalo kamu lupa."
"Apa sih, Bella?! Biasa aja."
Kanaya menghela napas dalam. Lagi! Bella ini tak berhenti-berhenti menggodainya. Sahabat mungilnya ini sudah merekcoki dengan hal itu semenjak di aula tadi. Sebenarnya dirinya malas merespons, jadinya ia hanya menjawab sekenanya saja. Itu topik yang ingin dihindari.
Kalau boleh jujur, dirinya ingin menyendiri dulu, menenangkan hati dan pikiran, namun sebelum sempat terucap, Bella menariknya paksa kemari. Lihat saja orang yang ingin dihindarinya ada di sini, tengah makan bersama dengan dua sahabatnya---lebih tepatnya ia hanya ikut duduk, karena dihadapannya tidak ada pesanan makanan apapun. Pembawaannya masih santai, sama seperti di aula tadi. Dimana saat semua orang diliputi haru dengan kepergiannya dari sekolah, lelaki itu biasa saja responnya. Sosok itu bisa sekali membuat semuanya santai, padahal ini adalah hari terakhirnya dia berada di sini.
Tidak dengan dirinya yang masih saja terbawa pikiran akan hal itu.
Lamunannya buyar saat Bella semakin menyenggol bahunya keras saat mereka melewati meja tiga sahabat itu untuk pesan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [COMPLETED]
Teen FictionTeenRoman-Spiritual Alvino Raffasya Fernandez, biasa disapa Alvino, punya standar tinggi dalam hal memilih pacar. Dimana tipe idealnya itu haruslah cantik maksimal, seorang model dengan tubuh indah, tinggi semampai, dan rambut panjang bergelombang y...