______
______
______
🔷🔷🔷
Kanaya baru saja keluar dari perpustakaan. Di kedua tangannya sudah ada beberapa buku paket kimia, biologi, dan fisika untuk tambahan referensi belajar di rumah.
Empat bulan sudah menaiki kelas tiga, dirinya berniat untuk bersungguh-sungguh meningkatkan kualitas belajarnya, dengan tujuan bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.Terhitung semenjak sekolah di CG, ia bersyukur bisa masuk tiga besar di kelasnya. Dan harapan terbesarnya ialah bisa mempertahankannya nilai baiknya tersebut sampai ujian kelulusan kelak. Karena dengan bisa bertahan di posisi itu, full beasiswa dari yayasan untuk melanjutkan kuliah akan ia dapat.
Semoga.
Dengan buku di pelukannya, Kanaya melangkah pelan menuju taman depan. Sebelum keluar dari kelas jam istirahat tadi, Bella mewanti-wantinnya untuk menyusulnya di sana, katanya ia ingin berdiskusi dengannya perihal materi pelajaran. Namun tentunya setelah sahabatnya itu dari kantin.
Jalan untuk menuju taman depan melewati lapangan outdoor basket. Seiring langkahnya yang melewati tempat itu, sesekali arah pandangnya ia tujukan ke sana. Ada lima siswa yang tengah asyik bermain, dua diantaranya adalah Yudha dan Farrel. Mereka berlima bersaing ketat memperebutkan bola orange itu untuk menjebloskannya ke ring. Melihat mereka yang asyik bermain basket, dirinya teringat sosok yang juga punya hobi sama, biasa bersama keringat yang mengucur area wajah gantengnya terpatri jelas diingatan.
Astagfirullah....
Kanaya menggeleng cepat guna mengenyahkan pikiran yang mulai berkelana mengingat sosok itu.
Kanaya mempercepat langkah menuju taman, namun langkahnya diperlamban saat ia mendengar derap kaki yang tergesa di belakang. Penasaran, ia berhenti lalu menoleh, dan di sana ada Yudha yang cengar-cengir kepadanya dengan menyampir tangan di bahu Farrel. Cowok itu tak bereaksi seperti Yudha. Seperti sosok Farrel biasanya, dingin dan tanpa ekspresi.
"Hai...." Yudha melambaikan sebelah tangannya yang bebas pada Kanaya.
Kanaya tak menghiraukan sapaan Yudha kemudian melanjutkan langkah. Semoga mereka tidak mengikutiku. Batinnya.
Sayangnya saat Kanaya sengaja memelankan langkah, bermaksud untuk mempersilakan mereka jalan duluan, yang ada dua sosok itu juga ikut berhenti.
Kanaya menghela napas. Sepertinya harapannya pupus. Dua cowok dibelakangnya memang niat mengintilinya lagi.
Jujur, dirinya risih dan tak suka dengan kehadiran mereka disekitarannya, ia merasa seolah-olah geraknya diawasi. Memang dirinya tak pernah terus-terang berucap bahwa ia tak nyaman dengan adanya mereka, ia hanya menunjukkannya melalui gestur tubuh. Dan ia pikir mereka peka lalu berhenti 'mengawalnya.'
Kini Kanaya sudah sampai di taman, dan dari tempatnya, Bella melambaikan tangan ke arahnya. Ternyata tak hanya gadis mungil itu saja, namun Arissa dan Putri juga ada di sana. Mereka semua menguraikan senyum ketika ia sudah sampai dan mengambil tempat disebelah Putri. Ketika ia membalik wajah ke belakang, ia bisa bernapas lega karena dua cowok tadi tidak lagi mengikutinya. Mereka balik badan dan kembali lagi ke lapangan.
Yah, mereka akan berhenti mengawalnya kalau ia sudah bergabung dengan para sahabatnya. Dan ia bersyukur mereka tahu kondisi.
"Mereka ngikutin kamu lagi?" tanya Putri disela-sela kunyahan keripik kentangnya.
Kanaya mengangguk kecil sembari meletakkan buku-buku pinjaman dari perpus di meja.
"Berasa kayak kamu punya bodyguard, kemana-mana selalu dikawal." Arissa menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [COMPLETED]
Teen FictionTeenRoman-Spiritual Alvino Raffasya Fernandez, biasa disapa Alvino, punya standar tinggi dalam hal memilih pacar. Dimana tipe idealnya itu haruslah cantik maksimal, seorang model dengan tubuh indah, tinggi semampai, dan rambut panjang bergelombang y...