______
______
______
🔷🔷🔷
"Senyam-senyum sendiri? Kesambet makhluk alien, ya, lo? Ato jangan-jangan dia ngajakin lo ke habitat asalnya? Ih, merinding gue jadinya," celetuk Verra sekembalinya ia dari dapur, dengan membawa jus stroberi miliknya dan berlalu dari hadapannya Alvino. Namun sebelum itu, Alvino dengan gesit menendang belakang Verra dengan kaki panjangnya sehingga sedikit lagi adiknya itu hampir jatuh terjengkang ke sofa di depannya. Namun, ia bisa menyeimbangkan dirinya kembali, tapi gelas yang dipegangnya sedikit tumpah mengenai karpet bulu.
"Aish, lo bener-bener, ya!" gertak Verra kesal seraya menatap abangnya tajam. "Hampir aja gue jatoh gara - gara lo!!" lanjutnya lagi dan duduk di samping mommy-nya.
"Lo kan tadi yang mulai duluan!"
"Tapi nggak usah pake nendang pantat gue segala kali! Kalo tadi gue bener-bener jatoh lo mau tanggung jawab?!"
"Buktinya lo tadi nggak kenapa-napa kan?! Masalah itu aja di besar - besarin..." kelit Alvino cuek tanpa merasa bersalah, masih dalam posisi rebahannya.
"Aish, lo jadi abang bener-bener nyebelin!" Decak Verra kesal.
Kenapa abangnya ini tak pernah mau mengalah padanya. Ia 'kan cewe?
Verra mengitari ruangan dengan iris matanya dan ia baru menyadari daddy-nya tak lagi berada di tempat. Sebenarnya dirinya mengharapkan abangnya itulah yang menghilang dari sini.
"Daddy kemana, Mom?" tanyanya kepada Mommy-nya, mengalihkan kekesalannya sambil meletakkan gelas yang di pegangnya di atas meja.
"Di taman samping. Tadi di ajak grandpa buat nemenin dia main golf," jawab Soraya tanpa mengalihkan pandangan dari acara yang di tontonnya seraya memakan potongan cheese cake di piringnya.
Verra melirik Alvino jengah, yang mana cowok itu masih asyik dengan dunianya sendiri. "Kenapa grandpa nggak ngajakin Bang Vin aja sih mainnya? Biasanya juga dia 'kan yang di ajak."
Soraya menyeruput jus melonnya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Tadinya juga di ajakin, tapi lagi males katanya."
"Lagi encok, ya? Wajar sih, udah tua."
"Lo mau ngajakin ribut lagi?" Alvino menjawab sinis.
"Nggak kok," balas Verra sambil meletakkan kepalanya di paha Mommy-nya. "Tumbenan lo betah di rumah saat libur gini? Biasanya juga kabur ke rumah si rempong itu."
"Serah gue dong, idup-idup gue! Kenapa lo yang repot?"
"Siapa juga yang ngurusin idup lo? Tadi 'kan gue cuman nanya doang? Dan lo nya salah kaprah."
Alvino sedikit mengangkat kepala dan memiringkannya. "Lo ngusir gue? Emang nih rumah punya lo?"
"Tu kan, salah tanggap lagi kan lo? Bang, lo di putusin ama cewe yang gue liat di toko buku tempo kemaren, ya, hingga gagal fokus kek gini? Duh bro, ngenes banget sih idup lo? Dulu - dulu juga waktu putusan ama mantan lo yang genit itu lo nya biasa aja."
"Lo jangan sok tau, ya!!"
"Hmmm...jadi gue bener 'kan? Lo lagi patah hati di putusin ama cewe itu? Sangat di sayangkan. Padahal tuh cewe cantik pake banget lagi. Mungkin dia baru nyadar kali, kalo lo itu nggak pantes buat dia."
"Hei, bocah!! Gue bilang lo jangan sok tau ya tentang urusan orang dewasa!" tekan Alvino kesal. Ia sudah bangun dari posisi tidurannya, dan melemparkan stik balado ke arah Verra yang sebenarnya tadi akan di masukkannya ke mulut namun tidak jadi karena mendengar celotehan adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [COMPLETED]
Fiksi RemajaTeenRoman-Spiritual Alvino Raffasya Fernandez, biasa disapa Alvino, punya standar tinggi dalam hal memilih pacar. Dimana tipe idealnya itu haruslah cantik maksimal, seorang model dengan tubuh indah, tinggi semampai, dan rambut panjang bergelombang y...