______
______
______
🔷🔷🔷
Alvino membaringkan tubuh lelahnya di sisian pojok lapangan basket. Napasnya terdengar ngos-ngosan beriringan dengan keringat yang membanjiri sebagian tubuhnya. Sudah setengah jam ia dan timnya bermain basket. Namun teman-temannya itu masih semangat-semangatnya berlatih.Tidak dengan dirinya yang seolah tak ada tenaga untuk melanjutkan main.
Alvino memejamkan mata rapat. Deru napasnya kembali teratur.
Iaa menghela napas kasar saat mengingat masalahnya yang dihadapinya sekarang.
Yah, masalahnya dengan Kanaya. Sudah dua hari ini Kanaya menghindarinya dan tak mau diajak bicara. Oke, kalau soal hukuman ia bisa terima, namun dicuekin oleh gadis itu sangatlah menyiksanya.
Dirinya tahu sekarang, kalau Kanaya sedang marah padanya, gadis itu tak mau melihatnya. Tapi atas dasar apa Kanaya marah padanya? Apa karena bercandaannya yang kelewatan?
Alvino mendesah kasar seraya mengacak rambut frustasi. Kanaya memang selalu berhasil membuatnya mati kutu.
Kesenangan dirinya adalah menggodai Kanaya. Dimana dengan melihat reaksi wajah kesal dan memerahnya yang ditujukan gadis itu kepadanya, itu menjadi hiburan tersendiri baginya.
Dan dua hari tanpa menggoda Kanaya, hidupnya berasa hampa.
Alvino merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Dan tepat saat ia membuka mata, ada yang menyodorkan minuman dingin di depan wajahnya. Lantas ia bangun dari posisinya lalu menerima minuman tersebut.
"Permainan lo parah, man. Baru aja setengah jam udah lemes. Biasanya juga berjam-jam pun lo tahan."
"Omongan lo ambigu, Rel!" sahut Alvino seraya membuka segel botol, memutar tutupnya lalu menegak air itu hingga tersisa setengahnya.
Farrel tersenyum samar. Ia menekukkan kaki lalu menautkan kedua tangannya di sana. "Lo yang mikirnya kemana. Gue bicara basket juga!" kata Farrel diiringi tawa kecilnya. "Gue pikir setelah lo sering bareng Kanaya, otak lo isinya Qur'an ama Hadist, tapi ternyata tetep aja kayak dulu."
"Maksud?" Alvino menselonjorkan kedua kakinya dan juga menumpu satu tangan ke belakang. Matanya awas melihat timnya yang tengah asyik bermain.
"Lupakan. Lo keliat lesu kayak gini karna Kanaya lagi, 'kan?"
Alvino tak menjawab. Ia menegak kembali air mineralnya.
Farrel sedikit memiringkan kepala guna melirik Alvino. Tak di jawab pun itu sudah menjelaskan semuanya. "Ck, gue nggak bisa bayangin kalo lo ditinggal nikah ama dia. Pasti idup lo ngenes banget, gue jamin."
Alvino mengarahkan tatapan menusuk ke arah Farrel. "Lo ngomong apa, hah?! Kanaya masa depan gue dan bakalan nikah ama gue!"
Farrel tergelak mendengar jawaban Alvino yang tak santai itu. "Lo pernah nggak nanya tipe cowo idaman Kanaya itu kayak gimana?" tanya Farrel berujar santai, tak memperdulikan Alvino yang emosi dibuatnya.
"Ya, kayak gue!"
"Ck... lo, ya! Gue hanya kasih saran sih, kalo lo pengen Kanaya cepet kepincut ama lo, lo itu mesti berbenah diri. Yah, maksud dari omongan gue tempo lalu itu yah ini. Perbaiki hubungan baik antara lo ama tuhan. Lo tau, Vin... Zaman sekarang ini mainnya nikung cewek itu di sepertiga malam, bukan di siang bolong, apalagi di perempatan jalan, lo salah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [COMPLETED]
Novela JuvenilTeenRoman-Spiritual Alvino Raffasya Fernandez, biasa disapa Alvino, punya standar tinggi dalam hal memilih pacar. Dimana tipe idealnya itu haruslah cantik maksimal, seorang model dengan tubuh indah, tinggi semampai, dan rambut panjang bergelombang y...