6. Everything Has A Price

5.4K 229 1
                                    

Aku sudah hampir melupakan permintaan di ruang fotokopi saat ia kembali membahasnya 2 minggu kemudian, kali ini, kita di ruang rapat, bukan yang di lantai 15. Para atasan divisi baru saja menyelesaikan rapat anggaran bulanan, dan dalam saat-saat tertentu Mr. Tobias mengajak ku mengikuti rapat, karena itu aku berada di sini saat ini. Setelah semua keluar, dia menahan ku untuk tetap tinggal. Kenapa semua atasan selalu melakukan itu? Tidak bisakah mereka melihat kalau bawahan mereka sedang sibuk dan di kejar waktu

"Sudah berubah pikiran?" Ucapnya datar

"Tenang apa, Sir?" Tanya ku sopan

"Kau tahu tentang apa" balasnya datar

"Tidak, saya masih belum berubah pikiran" balas ku menggeleng santai "dan saya tidak akan pernah merubahnya"

"Kau yakin?" Tanyanya mengubah posisi berdiri

"Saat ini, saya positif" balas ku mengangguk

"Beri saya alasan meyakinkan kenapa kau mengatakan tidak selain yang sudah kau katakan" ucapnya bersedekap

"Beri saya alasan meyakinkan kenapa saya harus mengatakan ya selain yang tidak pernah kau katakan" balas ku setelah membuang nafas menenangkan diri dan juga bersedekap

"Semua orang membutuhkan kekuatan finansial, saya bisa memberikan mu itu" ucapnya menatap ku, dan kalimatnya itu benar-benar membuat diriku versi anak ayah ku muncul, kalimatnya membuat ku marah

"Hanya karena kau mengatakan kau memiliki banyak uang, apa kau berpikir aku akan langsung berubah pikiran?" Ucap ku dengan nada marah tapi tetap menjaga volume "well, berita untuk mu, sir, aku tidak materialistis" lanjut ku menggigit lidah ku agar tidak mengeluarkan panggilan kasar "kau tidak tahu hal pertama tentang diri ku kalau kau berpikir uang adalah dewa. Dan yang paling parah lagi, satu hal yang paling penting untuk kau ketahui, adalah nama ku, yang kau tidak tahu siapa" lanjut ku lagi "sekarang, permisi, Sir, ada pekerjaan yang harus saya lakukan, karena seperti yang kau katakan, semua orang membutuhkan kekuatan finansial" tambah ku lalu berjalan keluar ruangan, setidaknya mencoba untuk keluar

"Semua orang memiliki harga" ucapnya menghalangi jalan ku

"Sir, tidak kau pernah mendengar pepatah 'seorang wanita yang bisa dibeli bukan lah wanita untuk dipertahankan'?" Ucap ku menatap pria itu "jadi tidak, sir, saya tidak memiliki harga" lanjut ku dan kali ini berhasil keluar ruangan

Gosh, pria itu membuat ku kesal sampai lapis paling dalam diri ku, dan tidak ada yang pernah melakukan itu kecuali ayah ku, yang membuktikan kalau dirinya tidak beda jauh dari ayah ku. Karena itu, aku harus jauh-jauh darinya

"Nama mu Avelysa Young, orang-orang memanggil mu, Lyss. Membawa makanan dari rumah untuk makan siang menunjukkan kau sedang berhemat, yang kau lakukan cukup sering akhir-akhir ini"

"Bravo, kau mengetahui nama ku dan kebiasaan ku" balas ku sarkastis "kenapa kau sangat bersikeras dengan membuat ku menikahi mu?" Aku baru saja kehilangan nafsu makan ku. Dia hanya diam "maksud ku, di ruangan ini saja aku yakin ada satu lusin wanita yang siap mengatakan ya pada permintaan mu"

"Kau ingin aku memohon atau sesuatu?" Simpulnya setelah beberapa saat

"Tidak, bukan itu yang aku inginkan" balas ku menggeleng "yang aku inginkan adalah untuk kau meninggalkan ku sendiri"

"Kau ingin alasan mengapa aku bersikeras meminta mu bukan satu lusin wanita yang kau bicarakan tadi?" Lagi, kesimpulan lain yang jauh tapi cukup dekat dengan perkataan ku sebelumnya lagi

"Sure" balas ku ringan

Dia membuang nafas berat, dia ragu, dia melihat sekitar, ruangan kosong, semua orang untuk alasan apa memilih untuk keluar makan siang, bahkan atasan ku keluar sendiri bukan meminta ku membelikan sesuatu untuknya seperti hari normal lainnya

"Aku punya referensi lain kalau kau membutuhkan sumber wanita untuk kau nikahi, kalau itu yang kau incar, mail bride adalah yang termudah, mereka membutuhkan greencard dan akan mengatakan ya tanpa pertanyaan"

"Inheritance" ucapnya memulai tepat setelah aku selesai "untuk mendapat itu, aku harus menikah, dan aku senang mengetahui kau bukan materialistis, karena itu aku bersikeras pada mu" lanjutnya melihat arah lain

"Kau mengorbankan pernikahan hanya untuk harta warisan?" Ucap ku tidak percaya kalau hal itu benar ada

"Itu hak ku, dan kakek ku menghancurkannya dengan mewajibkan ku melakukan sesuatu yang tidak akan pernah aku lakukan dan dia tahu itu" ucapnya emosi

"Apa warisan mu?" Tanya ku karena penasaran, bukan berarti jawabannya akan mengubah putusan ku untuk menjauh darinya sebisa mungkin

"Apa aku harus memberi tahu mu saat ini?" Balasnya malas

"Kalau aku akan mengatakan ya pada permintaan mu, setidaknya aku tahu untuk apa aku melakukannya dan apakah sepadan" jelas ku mengangkat bahu santai

"Tidak aku tidak akan memberi tahu mu" putusnya menggeleng

"Okay, then" gumam ku kembali pada salad ku

"Aku tidak tau, Okay?" Ucapnya setelah beberapa saat "dia tidak memberi tahu ku"

"Jadi kau melakukan pernikahan untuk tujuan buta?" Dia diam "bagaimana kalau apa ia wariskan pada mu hanya seekor anjing? Atau sesuatu yang tidak berguna untuk mu seperti.. aku tidak tahu.. buku mungkin?" Lanjut ku

"Tidak, semua yang kakek ku wariskan adalah sesuatu yang berharga" ucapnya menggeleng "apa kau sudah berubah pikiran?" Tanyanya kembali ke titik awal

"Nope" balas ku menggeleng

"Argh! Kau sangat menyebalkan" ucapnya emosi

"Sudah ku katakan mintalah pada wanita lain" ucap ku ringan "dan aku juga sudah mengatakan tidak sejak awal"

"Apa yang harus ku lakukan untuk mengubah pikiran mu?" Ucapnya datar, tapi aku tahu kalau saat ini ia menahan amarahnya dalam dirinya dan satu kesalahan akan membuatnya meledak, dan aku memang mengarah kesana, aku ingin melihat terburuknya

"Jujur saja, kau membuat banyak kesalahan sejak awal kau meminta, tapi aku hanya akan menyebutkan 3 teratas. Pertama, kesan pertama adalah segalanya, kalau kau meminta ku dengan cara yang lain saat di ruang fotokopi, kemungkinan akan tidak sesulit ini. Kedua, kau baru saja mengatakan kau tidak pernah ingin pernikahan, yang membuat mu menjadi pria tidak setia, dan tidak ada seorang pun yang meminginkan suami seperti itu. Dan terakhir, kau bahkan tidak memikirkan apa yang aku inginkan, kau terus menekankan tentang diri mu" ucap ku panjang lebar "jadi maaf kan aku kalau aku terus mengatakan tidak, kau harus belajar, Mr. Radson" tambah ku

"Aku baru saja bertanya pada mu hal yang sama dengan poin terakhir mu" ucapnya datar

"Tidak kau bertanya apa yang bisa kau lakukan untuk mengubah pikiran ku, bukan apa yang aku inginkan. Itu jelas dua hal yang berbeda" balas ku menggeleng

"Okay, Lyss, apa yang kau inginkan dari seorang suami?" Akhirnya dia mengerti!

"Aku ingin suami dengan hati dan bunga" balas ku santai

"Itu mustahil!" Ucapnya ketus

"Itu yang aku inginkan" ucap ku mengangkat bahu santai

"Apa lagi yang kau inginkan selain itu?" Setidaknya ia mencoba, aku akan memberinya poin minus dalam skor "seperti ayah ku"

"Oh, orang-orang mulai datang, kau se--" sebelum aku selesai bicara, Scott Radson telah melangkah menjauh dari ku

Aku membuat poin di kepala ku untuk jawaban yang belum ku berikan padanya. Poin satu, aku ingin pria yang satu wanita saja. Poin dua, aku ingin pria yang tidak malu saat ada penonton. Poin tiga, aku ingin kejujuran. Poin empat, keluarga, dia wajib berhubungan baik dengan mereka. Poin lima, belum terpikir lagi, ku lanjutkan nanti saja.

The Secret Life of The Caring Daughter (The Secret Life Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang