Tahukah kamu bahwa dukungan dari pembaca memiliki imbas yang baik untuk penulis dan kelangsungan ceritanya?Jika seandainya tidak menganggu suasana membaca teman-teman, silahkan tekan tombol bintang ya
Terimakasih.
____
____
"Padahal tidak perlu repot-repot," Jungkook bergumam, menoleh pada Jieun yang sedang menyeruput coklat panas yang masih mengepulkan uap, membuatnya mengatupkan kembali rahang saat akan melanjutkan kalimat. Melihat raut fokus yang terpampang jelas di wajah Jieun meyakinkan jungkook bahwa gadis asing itu tidak mendengar apa yang telah dan akan ia katakan.
Sejenak ia hanya memperhatikan Jieun yang mungkin saja menimbang-nimbang apakah harus menyeruput secangkir coklat panas di tangannya itu dengan resiko lidah melepuh atau sabar sedikit saja dan menunggu minuman manis itu lebih dingin untuk dinikmati. Pilihan pun jatuh pada opsi kedua dimana Jieun hanya mendesah pendek dan meletakkan minuman tersebut di atas meja.
Memalingkan wajah dari Jieun dan menatap lurus-lurus ke depan, pagar rumahnya yang menjadi korban tabrakan maut Jieun sudah selesai di perbaiki dua puluh menit lalu. Sedangkan pria sipit yang telah berbaik hati untuk bertanggung jawab atas kesalahan adiknya sendiri sudah tak berada lagi disana sebab harus membawa sepeda sekarat Jieun ke bengkel yang berada di sebelah klinik, meninggal gadis remaja yang menolak terkena percikan hujan dan mendaki tanjakkan kendati menggunakan mantel.
Di tengah-tengah kediaman yang hanya diisi oleh suara hujan yang menyentuh tanah, genteng, dedaunan dan juga permukaan padat lainnya serta Jungkook yang tenggelam pada pikirannya sendiri, suara Jieun menyentak pendengarannya, membuat pria Jeon tersebut menarik netra pada si gadis. "Kau tidak perlu merasa bersalah," katanya. "Aku ikhlas kok membuat coklat panas ini untukmu."
Menukik sebelah alisnya dan memandang heran, Jungkook tak ragu lagi kalau otak Jieun memang sudah usang sekali padahal masih muda. Pasti ada kabel putus di saraf terpentingnya. "Aku bicara tentang kakakmu, bukan coklat panas ini. Lagipula ini coklat panasku bukan coklat panasmu."
"Tetap saja aku yang membuatnya untukmu, seharusnya kau berterimakasih," sengit Jieun tak mau kalah dengan nada serta wajah datarnya.
Jungkook mendecih, lagi-lagi masih terheran-heran dimana Tuhan mendapatkan bahan saat menciptakan gadis seperti Jieun. Bahkan Jungkook tidak meminta Jieun untuk membuatkannya segelas coklat hangat lima menit lalu, melainkan gadis itu yang menerobos masuk tanpa izin dan mengacak-acak dapur Jungkook seenaknya.
Mendengar pria di sebelahnya tak memberikan tanggapan apa-apa, Jieun menggerakkan tangannya, menyikut rusuk Jungkook yang akhirnya memilih menghindari cek cok.
"Apa?"
"Jangan bertanya, seharusnya kau tahu diri."
Gadis gila ini mau apa sih? "Hah? Kau bicara apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A GIFT : SEMESTA
FanfictionSaat nelangsa menyelimuti seluruh bagian dari kehidupannya yang ditelantarkan, Jeon Jungkook yang hendak mengakhiri penderitaannya bertemu dengan seorang gadis yang menghancurkan pagar rumahnya. Kemudian, semulus tanjakkan di depan rumahnya, gadis i...