___
Walaupun minggu dan merupakan hari libur, suasana perkarangan rumah Jungkook tak ada bedanya dengan hari biasa. Tetap sunyi tanpa suara anak-anak yang berteriak atau berlarian di luar rumah, pun yang terdengar hanya suara kendaraan atau kucing yang bermain kejar-kejaran di sepanjang kompleks perumahan. Sepi sebab semua orang bahkan tetap sibuk di hari libur.
Walaupun demikian itulah alasan kenapa Jungkook menyukai lingkungan itu. Suasana hening yang tentram adalah nikmat kehidupan yang tiada tandingannya. Ia bisa mengerjakan tugas kuliah atau sekedar bermain game dengan tenang di komputer. Tidak ada yang menganggu.
Seperti halnya hari ini. Rintik-rintik hujan membasahi permukaan bumi yang tak terlindungi oleh atap. Walaupun demikian mendung tak separah itu. Sinar mentari masih secerah pagi tadi ketika ia berlari pagi sehabis bangun tidur. Jungkook benar-benar menyukai ini hingga senyuman lebar terpampang di wajah tampannya yang segar.
"Surga dunia," gumamnya dengan nada senang.
Meneguk habis segelas air hangat kuku dalam sekali tegukan, kemudian meletakkan gelas bekas minumannya di samping wastafel dapur, lelaki itu melenggang ke arah tangga, naik ke lantai dua rumahnya dan kembali ke kamar. Hari ini Jungkook ingin bermain game sepuasnya setelah kemarin ia dihajar habis-habisan oleh tugas kuliah semester akhir yang membuatnya ingin menyerah saja.
Begitu membuka pintu kamar, langkahnya terhenti. Selama lima hari ini ia selalu begitu setiap kali membuka kamarnya. Sepasang netranya terpaku pada tali yang tergantung dari langit-langit kamar, mengingatkannya pada rencana konyol yang membuat perutnya bergejolak mual seketika. Sudah lima hari ia tak melepas tali itu sama sekali walau keinginan untuk mengakhiri hidup itu sudah sedikit memudar dari otak. Kendati demikian alasan Jungkook tak mau melepas tali itu adalah karena pikirnya ia mungkin saja akan mengakhiri hidup kembali dan pastinya tak akan susah-susah lagi menggantung tali di langit-langit.
Ia memasuki kamar dengan tenang, duduk di kursi gaming-nya dan menghidupkan layar komputer. Saat sedang sibuk dengan perintilan komputernya, suara bel terdengar, membuat pria itu tertegun sebentar.
"Seingatku aku tidak memesan makanan atau barang," gumamnya.
Jungkook memilih diam, tidak menanggapi. Pikirnya itu hanya anak-anak iseng atau seseorang yang tak ingin ia lihat di hari tenangnya.
Namun bel rumahnya kembali berbunyi.
Jungkook masih diam.
Sekali lagi bel rumahnya masih berbunyi.
Dan Jungkook masih diam.
Kali ini bel rumahnya tak berbunyi sekali saja, namun hingga dua kali, tiga kali, empat kali dan lima kali dalam tempo yang cepat.
"Sialan! Siapa sih?" Lelaki itu lantas melompat dari kursinya, menghentak lantai dan membuka pintu kamar dengan kasar. Sembari menggerutu siapa yang bertamu ke rumahnya di hari libur yang cerah ini, lelaki itu sampai di depan pintu rumah dan masih mendengar bel rumahnya berbunyi. Tanpa menyahuti untuk membuat manusia jahil di balik pintu itu untuk menunggu sebentar, Jeon Jungkook dengan cepat memutar kenop pintu dan membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A GIFT : SEMESTA
FanficSaat nelangsa menyelimuti seluruh bagian dari kehidupannya yang ditelantarkan, Jeon Jungkook yang hendak mengakhiri penderitaannya bertemu dengan seorang gadis yang menghancurkan pagar rumahnya. Kemudian, semulus tanjakkan di depan rumahnya, gadis i...