___
Yoongi bukannya tutup mata dan tutup telinga pada keadaan adiknya semenjak pindah kesini dan Jieun terus bergaul dengan lelaki malang di kompleks sebelah. Sering kali setiap selesai bertemu dengan Jungkook gadis itu akan berlari memasuki rumah, melewati ruang tengah dan merunduk di kamar mandi sambil mengeluarkan isi perutnya sendiri dengan rintihan pilu yang mengisi setiap sudut kamar mandi. Biasanya keadaan itu berlangsung selama setengah jam yang ditandai sunyi serta suara isak tangis kecil Jieun yang tertunduk lemah di lantai kamar mandi.
Menyaksikannya jelas saja membuat Yoongi tak mampu berkata-kata dan hanya bisa menelan tangisnya ke dalam hati. Padahal ia berniat untuk membuat Jieun jauh dari keramaian dan anak muda yang seumuran dengannya. Oleh karena itu, walau impiannya dari kecil adalah tinggal di apartemen di tengah kota, Yoongi terpaksa mengalah dan memilih rumah di pinggiran kota yang tenang dan hanya ditinggali oleh orang-orang yang sibuk seharian. Tetapi, siapa sangka, hadiah sepedanya yang dimaksudkan agar Jieun rajin berolahraga malah membawa petaka. Jieun yang penuh rasa penasaran itu melipir ke kompleks sebelah, berkali-kali menemukan pemuda pendiam beraura suram yang berhasi menarik perhatiannya.
"Kudengar Ibunya meninggal beberapa bulan lalu, sekarang dia tinggal sendirian. Kasihan, ya?" Tatapan penuh simpati yang selalu membawa masalah itu sudah diprediksi dengan baik oleh Yoongi bahwa ia tidak akan bertahan lama di tempat ini. Jieun akan kembali membawa masalah baru untuk dirinya sendiri. Kepalanya mendadak berkedut pusing, apalagi pesan rutin yang Namjoon kirimkan padanya yang mendesak Jieun untuk kembali ke pusat perawatan.
"Aku tidak bisa membawa Jieun kembali," ujar Yoongi sore ini pada Namjoon yang terdengar sibuk di seberang sana.
"Ayolah, kak. Kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Kau hanya akan membawa Jieun istirahat selama enam bulan, setelah itu Jieun akan kembali untuk perawatannya."
Yoongi tak segera menanggapi. Ia diam cukup lama sambil menatap kaleng sarden yang belum disentuh sama sekali. "Tidak bisakah Jieun dirawat jalan saja, Joon? Kau bisa memberikannya obat rutin, kan?"
Terdengar desahan berat di seberang sana, "Bukankah kita sudah pernah mencobanya dua tahun lalu? Kurasa kakak tidak akan pernah lupa kasusnya dua tahun lalu. Kamu dan Jieun sangat menderita karena perawatannya dihentikan."
Sulit. Yoongi sudah tak memiliki alasan lagi untuk menghindar. Rencananya untuk membawa kabur sang adik dari jeratan masa lalu yang harus terus menerus digali tak pernah berjalan sesuai harapannya. Kini ia tak tahu harus memberikan alasan yang bagaimana. Mengatakan bahwa Jieun sudah membaik? Tidak mungkin. Jieun akan selalu terlihat baik-baik saja, gadis itu juga sangat mampu untuk berpura untuk terlihat baik-baik saja. Tetapi, fakta bahwa keadaannya terus menurun selama enam bulan ini akan terkuak di sesi konsultasi yang telah Namjoon jadwalkan untuk Jieun.
Seperti kali ini, ketika dirinya sibuk memasak sarden kaleng kesukaan sang adik di dapur, pintu rumah yang terbuka dan langkah terburu-buru milik Jieun melesat dengan cepat ke kamar mandi. Suara muntahan, rintihan dan juga batuk dari sang adik kembali menggema dari balik pintu kamar mandi yang tidak tertutup sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
A GIFT : SEMESTA
FanfictionSaat nelangsa menyelimuti seluruh bagian dari kehidupannya yang ditelantarkan, Jeon Jungkook yang hendak mengakhiri penderitaannya bertemu dengan seorang gadis yang menghancurkan pagar rumahnya. Kemudian, semulus tanjakkan di depan rumahnya, gadis i...