3

1.7K 262 17
                                    

"Turun."

Sasuke menggeram. Waktunya terkikis gara-gara meladeni Sakura yang keras kepala. Ia berusaha melepaskan belitan lengan gadis itu di perutnya. Benar-benar menyusahkan! Sudah lima menit, ia menyuruh gadis itu untuk turun namun Sakura tetap bersikekeuh berada di atas motornya, menempeli dirinya layaknya lintah yang menghisap darah.

"Kamu mau kemana?"

Sakura malah menyandarkan kepalanya di bahu bidang Sasuke. Hidungnya yang mancung melasak maju menuju lehernya--- membaui aroma mint segar yang keluar dari pori-pori tubuhnya--- membuatnya refleks menjauh dan mendengus risih.

"Bukan urusanmu."

Manik hijau itu menyipit tak suka. Jawaban pemuda itu terlalu ketus. Rasanya, ia ingin menjambak ujung rambut hitam yang telah rapi karena gel itu kasar. Tapi, sayangnya surai itu tertutupi helm full face hitamnya. Sakura hanya mampu meremas jaketnya yang tak meninggalkan bekas apapun.

"Ya sudah, aku tak akan turun dari motor sportmu ini."

Sasuke menghela nafas lelah. Mana mungkin ia akan memberitahu Sakura bahwa ia akan ke pusat Tokyo. Bisa-bisa, gadis licik itu akan mengacaukan semua rencana kencannya dengan Hinata. Gadis itu terlalu nekat. Sangat.

"Ke perpustakaan kota."

Sakura menyeringai. Tangannya semakin erat membelit perut kokoh Sasuke dengan hidung yang masih setia mengendus. Kali ini, ia menghirup parfum Sasuke yang tertempel manis di balik jaketnya.

"Oh, baiklah. Kalau begitu, antarkan aku ke pusat Tokyo. Kudengar di sana sedang ada bazar."

Sasuke mematung, kepalanya menoleh setelah beberapa saat terfokus pada pengguna jalan yang berada di seberangnya. Ia melayangkan tatapan tajamnya ke manik Sakura yang menatapnya tanya. Kenapa tiba-tiba?

"Kenapa? Kamu keberatan?"

Sungguh, Sakura ingin tertawa sekarang. Melihat mata Sasuke yang melebar terkejut, mau tak mau kekehan kecilnya meledak. Memang pemuda itu kira dia tidak tahu kalau mereka akan berkencan di sana.

"Ayo jalan. Setelah kau mengantarku, aku tak akan menghalangimu untuk pergi, kok."

Melesakkan kepalanya ke punggung bidang itu, seringai di bibirnya belum juga hilang.

Ia mengabaikan Sasuke yang menghentakkan tubuhnya agar bisa lepas namun sia-sia. Pegangannya pada perut pemuda itu semakin ia eratkan.

Tak ingin membuang banyak waktu, Sasuke pun menstarter motornya, mulai membelah jalanan dengan tarikan gas di atas rata-rata, membuat Sakura memekik kencang karenanya.

ººº

Pusat Tokyo begitu ramai. Area berupa taman lapang dengan icon bunga Sakura di tengahnya itu telah dirubah menjadi stan-stan dengan berbagai buku dan pernak-pernik. Banyak kalangan usia mampir di sana. Kebanyakan dari para remaja dengan seragam identitas sekolahnya. Selain karena ada makanan gratis, acara yang diadakan setahun sekali itu juga menyediakan berbagai buku dengan harga miring. Tentu saja, semua itu menarik minat para pencinta buku. Apalagi, hampir semua stan bazar itu menyediakan versi terlengkap bukunya. Mulai dari novel sampai ilmu pengetahuan. Benar-benar, mengesankan bukan? Ini seperti surganya para kutu buku.

Sakura bergumam sedikit malas. Ia yang sebenarnya anti buku, turun dari motor Sasuke dengan sedikit enggan. Kalau bukan karena Sasuke akan berkencan di sini, mana mau ia datang dan rela berpanas-panasan ria seperti sekarang.

"Kenapa belum pergi? Bukankah kau ada janji?"

Sakura melontarkan kalimat tanya kepada Sasuke yang tengah mengotak-atik ponselnya. Alih-alih mendapatkan jawaban, pemuda itu malah tetap diam di posisinya. "Sasuke-kun?"

Back to the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang