7

1.9K 265 101
                                    

Hujan deras mengguyur bumi sejak semalam. Hawa dingin yang mengiringi, semakin membuai siapa saja yang bergelung nyaman dibalik selimut. Terlalu enggan rasanya untuk bangun dan melakukan aktivitas pagi. Salah satunya adalah Sakura. Gadis itu semakin melesakkan kepala dan menekuk tubuhnya hingga melengkung bak janin.

Alarm yang distelnya telah berbunyi beberapa kali sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, gadis itu terus mengabaikannya. Ia terlalu nyaman bergelung dengan selimut biru milik Itachi.

Hari ini weekend. Sebenarnya, ia punya banyak waktu untuk bersantai. Akan tetapi, semalam ia telah berjanji akan menemani Mikoto kaa-san membuat kue pagi ini.

Beranjak dengan sedikit tidak rela, ia membuka sebelah matanya, melirik jam dinding yang terpasang di tengah dinding sebelah kanannya buram. Masih pukul 5.45 a.m. Janjinya dengan Mikoto kaa-san masih pukul 7 a.m. Walaupun begitu, ia tak ingin malas-malasan karena ia yakin calon mertuanya itu kini tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya di bawah sana.

Terduduk dengan mata yang sedikit terpejam, ia lantas menapakkan kakinya di lantai dan terdiam sejenak di sisi ranjang untuk beberapa saat hingga alarmnya kembali berbunyi keras.

"Diamlah, bawel."

Dengan sedikit kasar ia meraih jam weker dan menggeser tombol off. Membuka kelopak matanya lebih lebar, ia akhirnya pergi ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajah dan menggosok gigi.

Cukup 15 menit waktu yang ia gunakan untuk melakukannya. Mengucir rambutnya menjadi cepol, ia pun bergegas turun ke lantai bawah dan menghampiri Mikoto yang tampak sudah siap dengan peralatannya.

"Selamat pagi, Kaa-san," sapanya riang.

"Selamat pagi. Bagaimana tidurmu, sayang? Nyenyak?"

"Sangat nyenyak, Kaa-san."

Sakura mengangguk lantas menghampiri beberapa bahan yang telah dipersiapkan oleh Mikoto kaa-san. Manik hijaunya memindai mangkok-mangkok kecil di atas meja bar yang tersusun rapi.

"Oh, syukurlah kalau begitu."

"Loh, tepungnya belum ada?"

Setelah meneliti beberapa bahan yang disediakan oleh Mikoto, Sakura tak ayal mengeluarkan keheranannya karena salah satu bahan pokok yang sangat dibutuhkan belum tersedia disana. Ia lantas mengalihkan pandangannya ke arah Mikoto yang tersenyum manis.

"Aku sudah meminta Hinata untuk membawakannya nanti."

Tatapan keterkejutan jelas ketara di wajah Sakura. Ia sedikit menyampirkan anak rambutnya ke belakang telinga. Takut salah dengar karena suara hujan, mungkin.

"Hinata?" Ia membeo sedikit keras.

Mikoto mengangguk setelah mengambil cetakan kue yang berada di rak atas. Wanita itu lantas menyusunnya disamping sekotak keju yang berada diujung meja.

"Hyuga Hinata?"
Tanyanya masih tak percaya.

"Iya, sayang. Hinata, sahabat Sasuke."

Ck, sahabat apanya?

Sakura mencebik kesal. Ternyata, gadis itu telah mengenal ibu Sasuke. Apakah mereka memang sedekat itu? Mendengar Mikoto yang secara lancar menggulirkan namanya, ia rasa keduanya memang sangat dekat. Kenapa bisa? Oh, ayolah Sakura. Jangan pikun! Jelas Mikoto mengenalnya karena gadis itu adalah sahabat Sasuke. Tentu mereka dekat. Apalagi rumah mereka pun hanya terpisah beberapa sekat rumah.

"Kenapa? Kok melamun?"

"Tak apa, Tante."

Sakura yang tersadar segera mengambil apron merah muda yang tergantung disisi rak. Selesai memakainya, ia lantas mengambil air guna membasahi kerongkongannya yang sedikit kering. Setelahnya, ia membantu Mikoto mengocok telur untuk membuat sarapan pagi mereka. Rencananya, wanita yang mempunyai surai hitam itu akan membuat telur gulung sebagai menu sarapan.

Back to the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang