8

1.9K 303 86
                                    

"Merasa senang karena mendapat pujian dari Tou-san dan Kaa-san?" sindir Sasuke dari ambang pintu. Kedua tangannya saling bersedekap. Ia cukup jengah dengan sifat Sakura yang seenaknya. Gadis itu seperti tak mempunyai sopan santun.

"Tentu saja, sir," jawab Sakura santai.

Lihat saja tingkahnya yang kini menguasai seluruh ranjang. Sudah hampir lima belas menit, gadis itu mengganggunya dengan kecerewetan yang membuat telinganya berdenging. Benar-benar, kebar-baran yang haqiqi dan sangat berisik.

"Keluar dari kamarku, sialan."
Sasuke memijit peningnya. Hampir setiap kali berhadapan dengan Sakura, kata-kata kasar yang terendam di titik terdalam otaknya, tak bisa dibendung lagi.

Sakura meninggalkan layar ponselnya dan menatap penuh Sasuke yang kini telah duduk santai di teras balkon dengan rokok yang terselip di celah bibirnya.

Giok hijaunya membulat, besar. Dengan tergesa ia berlari, mengambil satu batang rokok itu dan menginjaknya kasar. Ia tak peduli dengan tatapan tajam Sasuke yang seakan sudah mendarah daging pada tubuhnya.

"Kapan kau merokok?"

Sakura tampak marah. Harusnya, Sasukelah yang marah di sini. Tapi, giok hijau yang berada di hadapannya itu bukan seperti Sakura yang biasanya. Tatapannya lebih gelap dan berkobar. Ia jelas marah.

Sasuke berdecih. Ia berdiri tepat di hadapan Sakura yang sama sekali belum bergerak. Tatapannya masih nyalang seakan menguliti Sasuke seperti narapidana. Netra oniks miliknya terus melihat mulut pedas Sakura yang membuka dan menutup--- berusaha meredakan emosinya sendiri.

"Ingat point yang kukatakan sejak awal pertunangan tercetus?"

Dahi cantik itu mengernyit. Ekspresi yang sebelumnya tegang berubah menjadi senyum cantik yang menawan. Sakura mendekat dan menepuk dada Sasuke dua kali lantas mendongak--- menikmati ketegasan wajah Sasuke yang bisa dibilang di atas rata-rata.

"Apakah salah jika tunanganmu ini mengkhawatirkan kesehatanmu, hm?"

Decihan yang sudah Sakura prediksi akan terdengar kini mengudara. Dada bidang itu berbalik, bergerak menjauh namun Sakura terus mengekor hingga mau tak mau Sasuke kembali merasakan jengkel karena ulahnya.

Sakura terdiam di balik punggung Sasuke saat pria itu mengambil sesuatu dari dalam nakasnya.

Suara pemantik terdengar, membuat  Sakura dengan sigap kembali merebut sebatang rokok yang berada di celah jari Sasuke. Sungguh, tak bisakah Sasuke menurut padanya kali ini? Ini benar-benar serius.

"Benda ini hanya menyakitimu."

Pandangan sendu menjadi tontonan menarik Sasuke. Rasanya ia ingin menjambak surai panjang Sakura. Perempuan itu sudah terlalu dalam mencampuri urusannya dan ia tak suka.

"Banyak bicara."

Sasuke akan kembali mengambil rokok namun tangannya terpaksa terhenti karena cekalan yang Sakura lakukan.

"Aku akan memberikan pilihan lain selain benda menyebalkan itu. Kurasa kau akan lebih menyukainya," desisnya penuh amarah.

Secepat kilat, netra Sasuke membulat kaget. Celah bibirnya yang terbuka terkatup rapat saat bibir kenyal Sakura menempel di atasnya. Tubuhnya kaku hingga sampai kesadarannya mengambil alih, ia melepaskan pagutan yang gadis itu lakukan. Mendorong tubuh lebih tepatnya.

"Bagaimana? Lebih manis bibirku atau rokokmu, Sasuke-kun?"

Sasuke tak bicara, ia berbalik dan membanting pintu kamarnya keras. Percuma rasanya berbicara dengan Sakura. Gadis itu pintar sekali mengolah kata.

Back to the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang