16

1.6K 238 33
                                    

Suasana kelas begitu hening. Hampir semua murid berbondong-bondong menuju kantin untuk mengisi perut yang memang sudah memberontak akibat mata pelajaran yang menguras pikiran.

Meninggalkan satu sosok yang masih berkubang dengan susunan buku tugas yang harus dikumpulkan ke ruang guru, Hinatalah orangnya. Gadis itu masih mengurutkannya sesuai absen. Hanya tinggal beberapa buah saja yang sedikitnya menumbuhkan semangat untuk segera mengganjal perut.

"Kau masih saja tenang di sini sedangkan gadis kecentilan itu terus saja mendekati kekasihmu. Apakah kau tak khawatir?"

Suara sarat kemuakan itu mengalun, sukses menghentikan kegiatan Hinata yang akan menaruh buku terakhirnya. Rasanya, ia sendirian tadi. Tapi, sejak kapan Karin berada di kelasnya?

"Terima kasih perhatiannya."

Hinata tahu ia tak sopan. Tapi, berurusan dengan Karin bukanlah hal yang baik. Perempuan itu hampir sama dengan Sakura, 11-12. Sekali berurusan dengannya maka akan berdampak panjang.

"Ah, kalau aku menjadi kau, aku tak akan tinggal diam. Jujur saja, Sakura itu menarik."

Hinata terdiam dengan kekosongan mata yang nampak jelas. Menarik? Ia pun mengakuinya. Sekali pandang pun, walaupun ia seorang perempuan ia juga merasakan ada aura memikat dalam diri gadis itu. Segala yang ada pada diri gadis itu akan menimbulkan riak pesona saat memandangnya.

"Bukan hal yang susah untuk menyukai perempuan seperti Sakura. Termasuk Sasuke," lanjut Karin.

Hinata tak menampik. Kekhawatiran yang ia rasakan akhir-akhir ini memang mempengaruhi pikirannya. Tapi, apa yang harus ia lakukan?

"Jangan jadi lemah dan berdiam diri seperti ini, Hinata. Sekali-kali, egoislah sedikit."

###

"Bisa kita bicara?"

Sakura menggulirkan gioknya ke kanan, tepat ke asal suara. Sedotan yang hampir saja menyentuh bibir, terabaikan. Satu alisnya terangkat naik, mendapati sesosok gadis yang katanya pemilik hati Uchiha Sasuke, berdiri tak jauh dari mejanya.

"Kita bukan teman. Kurasa, tak ada yang harus dibicarakan," ketus Sakura melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Untung saja mereka berada di taman Konoha High School yang sepi oleh siswa maupun siswi. Jujur saja, hari ini dirinya sedang tidak mood untuk unjuk gigi pada siapapun, termasuk Hinata.

"Memang bukan. Tapi, ini menyangkut milikku," lirih sang indigo yang sukses menaikkan alis Sakura. Gadis itu mengorek telinganya, seakan ada kotoran yang menggumpal hingga menyebabkan dirinya menjadi salah dengar. Apa katanya tadi? Milikku? Hah, jelas-jelas ia berada satu tingkat di atasnya. Ingin rasanya ia tertawa namun hanya sunggingan seringai yang melekat.

Hijau hutannya memincing. Gemetar yang sempat terlihat, disembunyikan di belakang tubuh mungilnya. Ck, menyebalkan!

Suara tabrakan botol jus yang dihentakkan pada sisi meja terdengar keras hingga percikan isinya sempat keluar, menyebabkan bintik-bintik basah memenuhi sisi area botol.

"Oh? Milikmu yang mana ngomong-ngomong, senpai?" Satu senyum licik terbit di bibirnya. Atensinya mulai berpindah ke tangan Hinata yang kembali terkepal. Kali ini, tidak disembunyikan seperti tadi.

"Tak perlu dijelaskan, bukan?"

Remeh dan meremehkan.

Sakura tak suka dengan ketenangan yang gadis satu tahun di atasnya itu lontarkan. Ia berdecak keras. Tangan kirinya terulur, memperlihatkan benda bulat hitam yang melingkari jari manisnya. Menyadarkan betapa status pertunangan yang ia miliki memiliki nilai lebih satu tingkat dari status pacaran yang dipunyai gadis itu. Kasihan!

Back to the MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang