"Aku harap kamu benar-benar memberikan kado terindah itu saat ulang tahunku, Saki."
Sakura merotasikan bola matanya malas walaupun lawan bicaranya tak bisa melihat ekspresi apa yang ia ciptakan. Bibirnya berdecak diiringi dengan senyum simpul yang melekat di sudut bibirnya kemudian.
"Tenang saja. Aku pastikan kamu akan mendapatkan kado spesial itu."
Decakan puas tertangkap di telinga. Sakura lagi-lagi mendengus samar. Tak habis pikir dengan kado merepotkan yang membuat dirinya kelimpungan mendapatkannya. Benar-benar brengsek yang sialnya harus ia turuti.
"Bagus. Aku menantikannya."
Suara tawa mengakhiri percakapan mereka. Gadis itu lantas beranjak dari ranjang--- membuka tirai jendela yang langsung disambut dengan rasa hangat yang menembus persendiannya yang masih terasa kaku.
Menatap dedaunan yang basah akibat embun pagi, lebih baik ia ke kediaman Sasuke sekarang.
©©©
Sakura mengamati garis wajah Sasuke yang terlelap. Ia kuliti setiap bagian wajah rupawan itu secara mendetail. Menunduk dan memakukan dagunya di atas siku tangan yang ia tekuk, maniknya mendatar dengan tatapan terfokus pada bulu mata lentik yang menghiasi kelopak mata pemuda itu.
"Kamu tampan."
Jari telunjuknya terulur--- menyentuh pipi tegasnya seringan kapas. Beberapa kali, ia usap pipi tanpa jerawat itu naik-turun yang kemudian bisikan lirih kembali mengalun--- bercampur dengan detak jarum jam yang mengisi keheningan ruangan itu. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh namun tampaknya pemuda itu belum ada tanda-tanda akan bangun dari tidurnya.
"Tapi, kamu sangat dingin. Aku benci mengingat betapa sulitnya mendapatkan hatimu tahu."
Jari telunjuk yang sebelumnya berada di pipi kini mulai bergerak ke sudut bibir Sasuke, menari-nari di sana. Sejenak, ia rasakan tekstur daging tebal yang pernah disesapnya dulu.
"Tapi, seorang Haruno Sakura tidak akan menyerah untuk mendapatkan hati---"
Sakura tersentak. Hijau hutannya membelalak saat kelereng hitam itu terbuka. Tatapannya yang tampak polos berhasil memaku maniknya untuk terus menghunusnya.
Jarinya telah ia tarik namun pandangan itu sama sekali belum terlepas.
"Kenapa ada orang sepercaya diri sepertimu?"
Sakura berkedip dua kali dengan kepala yang dimiringkan. Senyum sinis terbit di ujung bibirnya. Kepalanya semakin mendekati wajah Sasuke yang masih belum bergeser satu sentipun. Keduanya saling menarik seakan objek di hadapannya masing-masing itu adalah hal berharga yang tak boleh dilewatkan begitu saja.
"Apa salahnya? Kamu telah mengetahuinya dari awal, kan?"
Suara dengusan menabrak wajahnya--- mengalirkan rasa hangat serta aroma woodie dari tubuh Sasuke. Ugh, padahal pemuda itu baru bangun namun kenapa rasanya tak ada bau tak sedap yang menguar darinya? Menyebalkan.
"Tidak berubah."
Sasuke bangun dari tidurnya--- meninggalkan Sakura yang mencebik namun tatapannya tak lepas dari punggung telanjang yang kini membelakanginya. Satu tahi lalat yang berada di punggung kanan pria itu menjadi fokus Sakura sekarang.
"Tak baik bagi seorang gadis memasuki area pribadi seorang pemuda tanpa ijin."
Manik hijau itu masih setia membidik pergerakan Sasuke yang hanya menggunakan celana pendek hitam selututnya. Warna mukanya telah memerah--- mengetahui beberapa pahatan telah tercipta di badan setengah matang milik Sasuke. Jika dilatih lebih giat, ia yakin pasti absnya itu akan lebih menonjol. Sial, Sakura menggeleng serta memalingkan muka saat dirasakan pipinya memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to the Moon
Genç Kız Edebiyatı⚠️WARNING⚠️ SASUSAKU SLIGHT SASUHINA Yg ga suka sedih2 bisa menjauh. Berharap feelnya nyampe walaupun sekali lagi Alur lambat kayak keong.